Langsung ke konten utama

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting.
Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam.
Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester.
Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini.
Selamat menikmati

1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang tua membaca rapor, mereka bisa dengan mudah memahami apa yang sudah dicapai anak dan apa yang perlu dibantu.
Guru sebaiknya menghindari komen yang gak jelas dan bermakna ganda.

CONTOH
Yuli sudah dapat membaca quran dengan baik (baik dalam hal apa gak jelas)
----> Yuli sudah dapat membaca quran dengan ..... , .... diisi dengan hal yang dapat ditangkap oleh indera. Misal sebutkan saja capaian makhrojulnya,panjang pendeknya, kelancarannya dll

2. Guru sebaiknya menghindari komen yang sifatnya konklusi atau kesimpulan pribadi dari guru, bukan sesuatu yang

Ahmad bersemangat dalam mengikuti pelajaran membaca. 
----> bersemangat itu  kesimpulan. Saya pernah bertanya kepada guru mengapa dia menyimpulkan anak bersemangat, jawaban guru karena anak tersebut datang tepat waktu dan selalu meminta ngaji duluan. Ini kesimpulan guru. Bisa jadi anak datang tepat waktu karena ingin melakukan kegiatan lain, jadi ingin segera menyelesaikan tugas sebelumnya.Komen yang tepat sebagai berikut :

Dalam mengikuti pelajaran membaca, Ahmad selalu datang tepat waktu dan meminta giliran pertama pada gurunya (ini lebih jelas dan orang tua dapat membayangkan apa yang dikerjakan anaknya)

Ahmad masih malu-malu ketika menyampaikan pendapat di depan teman-temannya.
-----> Malu-malu ini persepsi guru (meski bisa jadi benar, tapi sebaiknya guru menulis yang terlihat)

Ahmad masih memutar-mutarkan bola matanya, memilin bajunya dan berbicara dengan suara yang lirih

3. Rapor adalah laporan guru kepada orang tua siswa terhadap capaian anaknya, bukan laporan guru ke anak atau evaluasi capaian anak yang disampaikan ke anak.
 Maka kata-kata seperti ini juga harusnya dihindarkan :
Semangat ya nak ! ; Berjuang terus, pasti kamu bisa ; Tahun depan kamu pasti lebih baik ! dan lain sebagainya.
Kata-kata ini sebaiknya diberikan saja secara lisan atau tulisan namun tidak melalui rapor.

4. Sebaiknya guru menghindari kata-kata namun, meskipun, tapi, walaupun, karena kata-kata tersebut memuji di awal dan menjatuhkan di akhir. Kata tersebut dapat dipakai jika kondisi sebaliknya.
CONTOH :
Fajar sudah dapat membaca buku namun dengan terbata-bata
---> Fajar dapat membaca buku dengan terbata-bata.


Insan memahami konsep puluhan dan ratusan, namun kadang masih terburu-buru dalam mengerjakan tugas atau menyelesaikan tugasnya
---> Insan telah memahami konsep puluhan dan ratusan. Insan kadang terburu-buru dalam menyelesaikan tugasnya.


 5. Kata-kata pujian seperti Alhamdulillah, subhanallah dan lain sebagainya. Karena ini juga persepsi dari guru. Ketika guru menuliskan Alhamdulillah dan ternyata "target" orang tua lebih tinggi dari capaian anak, ini menjadi seusatu yang janggal.

Contoh :
Alhamdulillah, Makhroujl huruf Nisa cukup sesuai dengan yang seharusnya. Ada beberapa huruf saja yang masih kesulitan diucapkan dengan makhroj yang sesuai seperti huruf alif, ba .

----> Makhroujl huruf Nisa cukup sesuai dengan yang seharusnya. Ada beberapa huruf saja yang masih kesulitan diucapkan dengan makhroj yang sesuai seperti huruf alif, ba .


Baik, di akhr tulisan saya akan berikan contoh komen deskripsi yang sudah mengalami editing.

Kecepatan membaca Alif semester ini adalah 90 detik untuk sekitar 150 kata. Intonasi dan tanda baca sudah mulai diperhatikan. Alif juga sudah dapat menceritakan lagi isi buku yang ia baca dibantu dengan pertanyaan tentang maksud dari isi bacaan. Kemampuan menyimak Alif sudah mengalami perkembangan, ini dibuktikan dengan kemampuan dia mencertikan kembali apa yang dibacanya di hadapan teman-temanya.

Demikian tulisan sederhana saya, semoga dapat menjadi bahan bagi teman-teman dalam menulis komen deskripsi.

Rizqi tajuddin
Sahabat Alam Palangka Raya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu