Langsung ke konten utama

15. Inti dari Sebuah Kurikulum adalah Kebahagiaan



Kita semua tahu, akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Anies Baswedan menghentikan perjalanan Kurikulum 2013 pekan lalu. Pekan ini surat ke guru-guru di seluruh Indonesia mungkin akan disebarkan.
Secara pribadi, saya setuju dengan kebijakan Prof Anies ini. Sejak lama saya ikut teriak-teriak tentang kebijakan kurikulum 2013 ini, bahkan saya memutuskan tidak ikut beli buku kurtilas, selain banyak masalah di buku tersbeut dan kurikulum juga karena sudah adanya buku pdf-nya, mengapa buang-buanh duit jika sudah ada pdfnya dan ternyata kurikulum dan bukunya gak nyambung. Buang-buang anggaran saja.
Tapi saya tidak ingin banyak terlibat pada pro kontra tentang kurikulum ini.
Di tulisan ini, saya ingin mengungkapkan rasa saya, pikiran saya, dan pengalaman saya bagaimana seharusnya kurikulum itu, tentu menurut persepsi saya. Saya tak ingin memaksakan apalagi mendikte apa yang harus dilakukan.
Inti dari sebuah kurikulum dibuat seharusnya adalah kebahagiaan. Karena esensi dari kehidupan adalah kebahagiaan. Maka, kurikulum harusnya dibuat ke arah sana, ke arah bagaimana pengguna kurikulum merasa bahagia dengan apa yang dilakukan. Jika ternyata sebaliknya, maka sebaiknya kurikulum itu direvisi atau bahkan dihentikan penggunaannya.
Kurikulum jika targetnya adalah kebahagiaan, maka harusnya kurikulum itu menjadikan anak seutuhnya bukan hanya dilihat dari aspek akademis saja. Maka dari itu, penting bagi guru untuk memahami tahapan perkembangan anak atau ilmu anak (paedagogik). Anak-anak akan merasa bahagia jika apa yang diberikan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Misal, anak yang dalam tahap merangkak akan bahagia jika orang tuanya memberi tantangan mengambil sesuatu dengan cara merangkak. Anak akan menjadi depresi jika ternyata ayah bundanya punya ekspektasi lebih, misa ingin dirinya berlari. Bisa jadi anak dengan tahapan ini, ternyata melebihi umur secara rata-rata anak yang harusnya bisa merangkak. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk tidak menyamakan capaian masing-masing anak.
Ketika guru sudah tahu dengan baik tahapan perkembangan anak, maka yang dievaluasi guru bukan matematika dan sains saja tapi lebih dari itu, guru dapat mengevaluasi pertumbuhan seutuhnya dengan proses yang penuh makna, berkelanjutan dan penuh makna. Misal ketika anak belum bisa menulis, guru tak hanya mengajari menulis saja, tapi guru akan melihat bagaimana kekuatan otot bahunya, siku hingga masalah motorik halusnya.
Maka dari itu, kurikulum yang fleksible, yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, yang sesuai dengan lingkungan sekitar anak, yang memberikan pilihan yang bermakna bagi siswa adalah sebuah kemutlakan dalam sebuah institutsi pendidikan. Anak-anak harusnya tidak dijauhkan dari lingkungannya. Mereka menggunakan manfaat ilmu yang diperolehnya untuk perubahan di lingkungannya. Anak-anak di Kalimantan harusnya belajar lebih banyak bagiaman bersikap ramah pada sungai, gambut dan hutan. Maka, pembelajaran anak-anak Kalimantan sangatlah kurang pas jika disamakan dengan anak-anak Singapura yang jarang bersentuhan dengan ketiga hal tersebut.
Kurikulum harusnya bersifat sistem, bukan hanya berisi materi-materi ataupun metode-metode. Bisa jadi, materi kurikulum bagus, metodena bagus tapi ternyata ada sistem di luar yang mereusak kurikulum itu. Apa misalnya ? Anak-anak berkembang sesuai dengan masa lalunya, masa di kandungannya, pola asuh orang tuanya, pola asuh di lingkungannya, maka seharusnya mereka dibandingkan dengan perkembangan dirinya bukan dengan perkembangan orang lain atau temannya. Mereka adalah makhluk yang unik. Satu sama lain adalah nyata berbeda, bahkan anak kembar identikpun memiliki perbedaan, minimal pada sidik jarinya. Sistem dalam kurikulum harusnya memfasilitasi ini. Bukan merusaknya dengan tes-tes standar yang cenderung kaku dan tak fleksibel, atau dengan membandingkan prestasi anak satu dengan anak lainya (bisa berupa ranking kelas atau lainnya).
Dari beberapa negara yang maju dan bahagia anak-anaknya, pendidikan tak bisa lepas dari aspek yang multidimensi. Mulai dari hulu yaitu pendidikan keluarga hingga kebijakan politik yang mendukung. Negara yang baik juga tak mengabaikan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan anak di usia dini , bahkan konsentrasi pada pendidikan usia dini sangat perlu diperhatikan. Karena penanaman karakter yang baik adalah pada usia dini. Di Indonesia malah usia dini sudah dijejalkan dengan akademis yang memberatkan. 
 Dan di akhir tulisan ini saya ingin tambahkan bahwa olah seni, olah rasa, olah bahasa dan olah raga adalah satu kesatuan dalam pendidikan. Semuanya adalah hal penting yang harusnya tak dilupakan dalam kebijakan pendidikan di tingkat manapun. Negara hingga rumah tangga. Anak akan menjadi hambar jika tak pernah mengolah rasa dan bahasanya. Mereka jadi lemah jika raganya tak pernah diolah.
Dan jika negara punya kewajiban untuk membuat kebijakan, maka sekolah dan keluarga punya kewajiban untuk bagaimana memahami ilmu jiwa anak, memperbaiki pengasuhan di keluarga dan sekolah serta mendidik anak dengan adab yang sesuai dengan nilai-nilai luhur.
Kurikulum itu penting, dan yang lebih penting adalah membuat kurikulum yang membahagiakan.

tulisan ini terinsipirasi dari buku
- Ki Hajar Dewantara Jilid I (pendidikan)
- The best school (thomas Armstrhong)
dan diskusi2 di Fb IG (meski saya bukan anggota IGI :D)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t