Langsung ke konten utama

40. Otak Kanan, Otak Kiri atau Otak-otak ?

Seorang ibu yang akan memasukkan anaknya di Sahabat Alam menanyakan pada saya, apakah pembelajaran di kelas menggunakan otak kanan atau otak kiri. Pertanyaan ini membuat saya agak sedikit kebingunan maksud pertanyaan ini. Saya bertanya pada ibu tersebut untuk memastikan apa maksud dari pertanyaannya. “Maksud ibu bagaimana, saya belum paham dengan pertanyaan ibu.”
Kemudian ibu itu menjelaskan panjang lebar tentang maksud pertanyaan itu. Jadi maksud ibu itu adalah, bahwa sekarang ini sedang ramai-ramainya para pegiat pendidikan di Indonesia mengkritisi pola pembelajaran di sekolah-sekolah yang dianggap terlalu memanfaatkan otak kiri, banyak menghafal dan sedikit kreativitas.
Oh begitu maksud ibu itu
Ya memang sekarang di Indonesia sedang booming tentang otak kanan ini. Sebelumnya lebih dahsyat tentang otak tengah.
Nah, bagi saya ini adalah golden moment untuk menjelaskan konsep pendidikan di Sahabat Alam. Pertama, konsep pendidikan di Sahabat Alam sesuai prinsip Islam dalam mengasuh atau mendidik anak, yakni tawazun atau seimbang. Dalam hal apapun. Baik prioritas fisik, ruh/jiwa atau bahkan masalah otak.
Seimbang bukan berarti harus sama. Karena kebutuhannya haruslah disesuaikan dengan kebutuhan anak, dengan memperhatikan tahapan-tahapan perkembangannya.

Prinsip berikutnya kebahagiaan. Bahagia bukan dengan bersenang-senang saja atau tertawa-tawa ketika belajar. Banyak yang salah memahami bahwa membuat anak bahagia di kelas adalah dengan cara membuat mereka tertawa dengan ice breaking yang sering tidak kontekstual dengan apa yang akan diajarkan. Anak akan bahagia ketika kebutuhannya terpenuhi. Apa saja kebutuhan anak itu ? Kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan rasa dihormati (saya akan membahas tentang kebutuhan ini di artikel yang lain). 
Menjadikan pembelajaran yang tawazun dan berorientasi pada kebutuhan anak itu sama dengan menggunakan semua potensi otaknya. Karena kebutuhan anak meliputi semua aspek yang memerlukan semua potensi anak. Kebutuhan fisik misalnya seperti keseimbangan membutuhkan stimulasi otak belakangnya. Ketika bicara tentang aturan maka potensi otak kirinya yang perlu dikembangkan. Ketika bicara tentang rasa maka potensi otak kanannya yang akan diasah. 
Tak ada yang lebih baik menggunakan otak mana yang lebih dominan. Karena masing-masing bagian otak mempunyai fungsi yang saling melengkapi. Ketika mengajar matematika, tak selamanya diperlukan otak kiri, karena bisa jadi perlu juga menggunakan potensi otak kananya ketika belajar matematika. Karena matematika tak hanya logika. Ketika membuat desain, seorang desainer juga tak melulu hanya menggunakan otak kanannya karena dalam desain juga ada hitung-hitungan dan aturan-aturan yang dijadikan sebagai acuan oleh desainer. Mereka memerlukan sinergi di semua bagian otaknya. Memang ada yang akan lebih dominan ketika akan mengerjakan sesuatu. Tapi tetap saja sinergi semua bagian otak itu diperlukan. 
Allah SWT pasti punya maksud mengapa menjadikan otak beberapa bagian. Jadi tak perlu kita mengagungkan salah satu bagian otak dengan menganggap belajar dengan otak satu lebih baik dari bagian otak lainnya. Apalagi bagi anak usia dini. Semua bagian otaknya perlu stimulasi. Baik bagian otak kiri maupun kanan. 
Dalam tahapan perkembangan anak, masing-masing usia punya kecenderungan bagian otak mana yang lebih dominan dibanding yang lain. Misalkan pada tahun pertama kehidupan, otak bagian kanan yang harusnya punya peranan lebih. Kemudian ketika usia 1-3 tahun otak kiri lebih punya peranan karena pada usia ini anak sudah mulai dikenalkan pada aturan-aturan sederhana yang bermanfaat bagi hidupnya. Maka, harusnya semua bagian itu distimulasi sesuai dengan kebutuhan anak. Menggunakan salah satu bagian dan menegasikan lainnya bukanlah langkah yang tepat baik dilihat dari sisi perkembangan anak maupun prinsip pendidikan Islam yang tawazun. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t