Malam itu, seperti malam-malam biasanya di Surabaya ketika
bulan Oktober. Panas, bahkan kipas angin seakan hanya memutar udara panas yang
ada di ruang keluarga rumah kontrakan di Kedung Tarukan Surabaya. Tak perlu
olahraga berat untuk berkeringat. Tidurpun satu keluarga ini berkeringat.
Di saat merasakan udara yang tak pernah dirasakan di
Palangka Raya, Frida melihat anak keduanya yang berusia 7 tahun sedang
mendongakkan kepalanya, melihat langit-langit rumah. Tampak termenung dan sepertinya
ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Memang, Qawam ini unik. Sering termenung
dan memikirkan sesuatu. Jikapun ditanya, biasanya jawabannya pun di luar
mainstream. Idenya, lintasan pikirannya kadang menggoda ayah bundanya untuk
tertawa renyah.
“Qawwam, ada apa nak, kok lihat atap rumah ? Ada yang
dipikirkan ? “ tanya bunda Qawam penasaran.
“Ada sich bun “ jawab Qawam dengan memutar bola matanya dan
tetap mendongakkan kepala ke arah langit-langit rumah.
“Gini bun. Kalau menurut bunda bagaiamana kalau aku nanti
ketika besar nikah dengan 3 atau 4 perempuan ?” lanjut Qawwam dengan intonasi
yang datar.
Glek.... Ayah dan Bunda tercengang. Membelalakkan mata.
Menelan ludah. Mengganti posisi duduk mendengar pertanyaan ini. Benar memang
dugaan kedua orang tua ini. Pasti ada sesuatu yang di luar mainstream yang
dipikirkannya.Tapi ini memang lebih mengejutkan. Mereka menduga pertanyaan ini mungkin masih
berhubungan dengan ungkapan perasaannya beberapa sebelumnya. Ungkapan perasaan menyesal menjadi orang
tampan. “Bunda, aku nyesel jadi orang ganteng. Terlalu banyak perempuan di
tempat ngaji yang suka ama aku dan abang” begitu kata Qawwam beberapa hari
lalu. Dan itupun bercerita dengan nada seperti menyesal setelah kehilangan uang
yang banyak. Intonasinya, nadanya persis seperti orang yang menyesal. Bukan
sebagai guyonan. Tapi memang benar-benar menyesal. Oh hai anak ini.
Begitu juga malam ini. Pertanyaannya benar-benar serius.
Bukan untuk becanda. Dia memang bertanya dengan serius. Bisa dilihat dari bola
mata dan intonasi suaranya bahwa Qawam tidak sedang main-main. Sempat bunda terdiam
beberapa saat. Kaget dan ingin tertawa mendengar pertanyaan ini. Namun
ditahannya, tak diperlihatkannya di depan Qawwam. Takut nantinya Qawwam malah
menarik diri dan tak menceritakan mengapa dia punya pikiran seperti itu.
“Mengapa kamu berpikiran seperti itu wam ? “ tanya Frida
sambil menahan tawanya.
“Gini bun, kalau aku punya 3 istri kan, yang pertama kusuruh
ngurus anak-anakku. Yang kedua nanti bantuin beres-beres rumah. Nah yang ketiga
dan keempat cari uang bun.” Jawab Qawwam dengan ekspresi dan mimik muka yang
menggemaskan.
“Terus, kamu ngapain Wam ? ” tanya Frida lagi.
“Ya aku kerja juga, aku juga bersih-bersih rumah dan aku
juga ngurus anak-anakku juga bun,” begitu jawabnya dengan muka bahagia karena
bisa menjelaskan rencananya dengan detail.
“Aku juga ingin punya anak yang banyak bun.” Lanjutnya
“Terus Wam, kamu dapat dapat ide dari mana untuk nikah lebih
dari satu istri ? Kan ayah juga istrinya cuma bunda aja wam .” tanya Frida lagi
pada anak keduanya.
“Bunda ingat cerita nabi Ibrahim ? “ tanya Qawwam
“Nabi Ibrahim kan awalnya istrinya Cuma satu bun. Terus
karena gak punya anak, diperintah ama Allah untuk menikah lagi kan. Istri
keduanya kan Hajar namanya, ibunya nabi Ismail yang mau disembelih ama nabi
Ibrahim pas usianya 12 tahun kan. Terus setelah itu, nabi Ibrahim punya anak
lagi kan dari istri pertamanya. Nama anaknya siapa bun ?”
“Ishaq.” Jawab Frida singkat
“Iya aku ingat sekarang. Ishaq namanya. Sama-sama nabi kan
kayak nabi Ismail dan ayahnya (Nabi Ibrahim). Betul kan aku.” Kata Qawwam
dengan pasti
Malam ini ayah dan bunda benar-benar takjub dengan apa yang
ada di lintasan pikiran anak usia 7 tahun. Dan ini juga membuat semakin mantap
kedua orang tua ini untuk tetap menjadikan sekolah rumah sebagai pilihan
belajar untuk Qassam dan Qawwam. Banyak hal ternyata yang didapat anak-anak ini
dengan membaca berkeliling di beberapa perpustakaan yang ada di Surabaya atau
kadang membaca beberapa halaman buku cerita yang ada akan dipilihnya di toko
buku, meski kadang buku-buku itu tak terbeli.
Namun tetap bahwa ada yang perlu diluruskan pada anak ini ada
beberapa hal yang kurang tepat. Jangan sampai terbawa ke alam bawah sadarnya
sebelum dia menutup mata untuk tidur malam ini.
“Wam, benar bagi laki-laki menikah itu boleh lebih dari 1.
Bahkan sampai 4. Tapi wam, istri bukan untuk disuruh-suruh kerja wam.” Kata Frida
pada Qawwam
“Tapi, bunda juga kerja, kadang ayah juga dikasi Bunda uang
untuk beli-beli .” jawab Qawwam
“Iya wam. Tetap aja, tanggung jawab pertama itu laki-laki
yang kerja. Kalo perempuan kerja itu gak wajib. Ayah wajib ngasi uang (nafkah)
ke bunda, tapi kalo bunda ngasi uang ke bunda itu sedekah wam.” Lanjut ayah.
“Tanya ayah wam kenapa ayah istrinya kok Cuma bunda .” goda
Frida ke Qawwam
‘kenapa yah, ayah kok Cuma nikah 1 orang saja ?” tanya
Qawwam serius
“Wam, punya istri 1 aja ayah sudah kerepotan wam apalagi
kalo 2. Apalagi kalo 4. Wah repot wam ha ha ha .” jawab ayah tak serius
“Begini Wam benernya,
kita nikah lebih dari satu itu juga harus adil wam. Gak boleh sayangnya ke satu
atau dua orang istri saja. Coba lihat nabi Ibrahim. Sayangnya kan ke Hajar dan
Sarah.Nah, ayah kayaknya belum bisa seperti Ibrahim Wam “ lanjut ayah sebelum
akhirnya Qawwam menutup matanya untuk tidur di malam yang panas ini.
Tak ada kesimpulan atau sanggahan lagi dari Qawwam setelah
itu, karena matanya sudah tak kuat lagi untuk dibuka. Dia tertidur mungkin
dengan membawa segala macam pikiran dan kesimpulan percakapan malam ini.
Surabaya, 20 November 2015
Rizqi Tajuddin
Komentar
Posting Komentar