Langsung ke konten utama

54. Ayaaaah, Tanganku Patah

Peristiwa apapun seharusnya bisa kita jadikan kesempatan emas bagi kita untuk memasukkan nilai-nilai pada anak-anak. Termasuk ketika kita melihat anak kita sakit atau musibah lainnya.
Seperti siang ini, ketika mendengar bahwa Qawwam terplintir tangannya dan dia menangis kesakitan ketika pulang sekolah. Saya berusaha untuk tenang dan tidak menambah kepanikan yang dideritanya
Usia Qawwam yang sudah 8 tahun, usia yang seharusnya anak sudah mulai kita ajarkan tentang logika, sebab akibat dan bagaimana bersikap ketika tertimpa musibah. Meski kita tetap menunjukkan empati pada sakit yang dideritanya, dan hal itulah yang pertama bisa kita lakukan. "Sakit ya wam, bagian mana yang sakit wam ?" Itu yang bisa kita lakukan pertama ketika melihat si anak kesakitan. Tak perlu kritikan atas kejadian yang menimpanya, karena bukan itu yang diperlukan baginya saat ini. Kritikan hanya akan menambah luka dalam hatinya.
Setelah melihat kondisinya tangannya yang agak miring dan ada sedikit memar serta rasa sakit ketika disentuh, saya dapat menyeimpulkan bahwa perlu rotgen untuk melihat kondisi sesungguhnya.
"Wam, menurut ayah nih, kayaknya tanganmu harus difoto ." kata saya
"Kenapa harus difoto ?" tanya Qawam
"Ini tanganmu memar, mungkin ada tulang yang retak, patah atau geser, dengan foto itu bisa jelas semua." jawab saya
"Terus, setelah tahu mau diapain lagi ?"
"Hmm, setelah itu ke dokter wam, dokter tulang. Entah diapain lagi. Dokter nanti yang nentukan. Bagaimana, foto kita ?" tanya saya lagi
"Iya. Tapi foto di mana ?"
" Di rumah aja, pake hape ayah ." canda saya
"Ayaaaaah ! " kata Qawwam sambil memukul pelan lengan bagian atasku, dia tentu tahu kalau saya hanya becanda.
Sore sekitar pukul 15, kami berdua pergi ke Lab untuk rontgen tangan Qawam. Dia masuk ke ruang rontgen sendiri sementara aku menunggu di ruang tunggu. Sekitar 15 menit di sudah keluar dari ruangan dan beberapa menit kemudian hasil rongten keluar, dan benar ada faktur, eh fraktur di tulang lengannya.
Hasil rongten diperlihatkan oleh petugas Lab, dan memang terlihat jelas ada tulang lengan yang patah.

"Wam, bener. Ada tulangmu yang patah." kataku
"Terus diapain yah ?" tanya Qawam
"Disemen wam, pake semen putih" candaku lagi
"Yaaah !" kata Qawwam sambil memelototiku.
"Yang bener, diapain !" desak Qawwam
"Digips kayaknya Wam. " jawabku
"Diapain itu?"
"Sebenarnya kayak disemen sich Wam, tapi belinya di toko bangunan eh apotek Wam. Dokter tulangnya yang tahu. Hmm, gini wam, ayah cariin di google ya digips itu diapain" lanjut saya sambil mencari foto anak yang digips tangannya di google.
"Ohhh.. ini maksud ayah " kata Qawam sambil tersenyum.
Selepas foto ini, kami berdua pulang ke rumah dan siap-siap untuk pergi ke praktek dokter tulang di salah satu RS swasta di Bangil. Menurut informasi, dokter akan mulai praktek sekitar pukul 19. Pas aja, karena istri akan sampai Bangil sekitar jam 19. Istri memaksakan pulang ke Bangil meski besok akan ada ujian di kampusnya (istri sedang kuliah spesialis di FK Unair).

((Dan bukan sebuah kebetulan jika ketika istri keluar dari kampus, ada taksi yang lewat. Bukan juga sebuah kebetulan jika lampu lalu lintas yang dilewati semuanya sedang hijau dan jalanan gak macet. Bukan juga sebuah kebetulan pula jika ketika menyebrang di jalan Gubeng lalu lintas sangat sepi sehingga istri tanpa kesulitan menyebrang jalan. Bukan juga sebuah kebetulan jika ketika membeli tiket tak ada yang mengantri di loket. Dan memang benar-benar pas, selesai beli tiket, kereta Penataran jurusan Bangil datang. Mungkin Allah membalas doa seorang ibu yang mencintai anaknya ))

Pukul 19:30, istri datang dan langsung menuju RS yang jaraknya sekitar 200 m dari Stasiun Kereta Api Bangil. Dari kejauhan Qawam melihat bundanya, wajah ceria dan senyum terus mengembang hingga bunda dekat dengannya. Seperti kebanyakan anak lainnya, tampak Qawam ingin diperhatikan dan dimanja oleh bundanya, dan bundanya langsung memberikan perhatiannya dan menunjukkan empati pada Qawwam.
"Wam, sakit ya itu ?"
"Enggak kok bund, sudah gak terlalu, cuma kalau digerakin aja agak sakit." jawab Qawam

Sekitar 15 menit menunggu, Qawwam dipanggil perawat dan kami masuk bertiga ke ruang periksa. Di dalam sudah ada seorang dokter SpOT yang sebenarnya kami sudah pernah beberapa kali bertemu. Cukup ramah dokter ini. Ditanya apa yang terjadi pada Qawwam
"Aku tadi main dorong-dorongan ama teman-temanku. Dorong pintu. Terus aku gak kuat dan tanganku terplinter, terus sakit tanganku, aku nangis. " kata Qawwam
"Iya jelas ini pak, ada yang patah ya ." kata dokter sambil melihat hasil rongten tadi sore.
kemudian, dokter menjelaskan pada kami bahwa ada dua pilihan. Pertama, langsung digips, dengan resiko tangan akan terlihat sedikit bengkok atau pilihan kedua, operasi, untuk merapikan tulang yang patah itu kemudian baru digips. Tapi pilihan kedua cukup mahal dan beliau menyarankan menggunakan BPJS. Tapi masalahnya, kami berangkat tadi dengan biaya sendiri. Dan jika dengan BPJS, perlu menunggu besok hari atau lusa ketika beliau praktek lagi. Kami minta waktu untuk diskusi. Kami keluar dari ruangan, dan menjelaskan pada Qawam.

Bunda : Wam, pilihannya ada dua. Langsung digips di sini, tapi resikonya tanganmu terlihat gak lurus dan ada rasa sakit sedikit ketika dokter nanti pasang gips. Kedua, operasi. Besok, mungkin di Surabaya karena BPJS nya SUrabaya. Resikonya, Qawam malam ini akan masih terasa sakit. Tapi ketika diluruskan tulangnya, Qawwam disuntik agar merasa kesakitan, disuntik kayak orang tidur. Terus baru digips. Kamu milih yang mana
Qawwam : (sambil meneteskan air mata) sakit ya keduanya. Kalau aku gak milih keduanya bagaiman ? apa dampaknya bun ?
Bunda : (wow, anak usia 8 tahun berkata apa dampaknya) hmm, dampaknya ya wam ? Gini wam, tulangmu yang patah itu akan nyambung kembali meski tanpa digips atau operasi.
Qawwam : Ya udah bun, gak usah aja diapa-apain. Biarin aja
Bunda : Gini wam, kalau gak diapa-apain, ada kemungkinan syaraf kamu terjepit ketika tulangmu nyambung, dan ini akan membuatmu sakit seumur hidup. Tapi kali itu pilihan Qawam ya gak papa.
Qawam : tapi kalo dipasang gips, sakitnya sedikit kan ?
Bunda : Iya wam
Qawwam : Ya wis, aku pilih pasang gips aja malam ini.

Deal. Setelah itu, biarkan dokter yang bekerja. Dan alhamdulillah, tak lama dokter memasang gips, dan juga Qawwam tidak terlalu kesakitan ketika dokter memasang gips

Sambil memegang gunting besar, dokter memukul-mukul gips di tangan Qawwam, "Tuh kan gak sakit meski dipukul, ha ha ha, kalau Qawam tadi gak mau digips, masih akan kesakitan, kalau ini coba saya pukul gak papa kan"
Qawwam hanya tersenyum simpul melihat dokter itu memukul-mukul gips yang sudah terpasang di tangan Qawwam.

Saya ingin mengambil hikmah (cieee, kayak ustadz aja) dari peristiwa ini :
1. Berikan empati kita terlebih dahulu pada anak kita yang tertimpa musibah. Katakan perasaan kita, dan katankan bahwa kita merasakan apa yang dia rasakan. Ini perlu, karena mereka suatu saat akan menjadi sebaliknya. Seseorang yang harusnya memberikan empati pada orang lain yang tertimpa musibah
2. Tumbuhkan rasa aman dengan tidak mengkritik atau mengevaluasi kegiatan yang menyebabkan dirinya seperti sekarang. Karena ketika rasa aman sudah tumbuh, maka anak akan mengambil langkah-langkah yang lebih positif untuk solusi yang diambil dan anak akan cenderung kooperatif
3. Jangan panik, jangan lebay. Karena kepanikan kita hanya akan membuat anak merasa takut akan musibah yang dihadapinya. Bersikap tenanglah dan ajaklah dialog dengan anak, ajak diskusi bagaimana menemukan solusi yang terbaik
4. sesekali becanda ketika anak sudah mulai tenang dan hilang rasa sakitnya.
5. Jadilah pasangan yang memiliki visi yang sama agar anak belajar pola yang sama dari orang tuanya. Ketika ayah tenang dan sang bunda ternyata tak bisa tenang, anak cenderung menjadi tidak kuat karena dia bingung sikap mana yang harus diambil

Setiap kejadian ada hikmah yang bisa kita ambil. Jadikan semua kejadian yang menimpa anak sebagai peluang emas untuk menanamkan nilai-nilai pada anak.

Semoga Allah SWT merahmati kita semua

Komentar

  1. Good parents,Best partner...sangat menginspirasi sekali pak rizqi..banyak pelajaran yg bisa sy ambil dr postingan bapak...semoga bapak sekeluarga diberikan kesehatan dan kebahagiaan selalu...amin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t