Langsung ke konten utama

55. Awas Pak, itu di Celana .....

Plek... terdengar suara khas di tengah kerumunan peserta workshop menulis pagi ini. Kemudian, tanpa dikomando, satu per satu peserta berdiri sambil mengibas-ngibaskan tangan ke celana dan baju. Berdiri bergiliran mirip suporter bola yang sedang membuat gelombang manusia, meski agak tak beraturan.

Beberapa terlihat merasa jijik atau bahkan ketakutan, sambil berdiri dan menghindar dari benda yang berbunyi plek tadi.

Bukan hanya ibu-ibu, bapak-bapak pun terlihat heboh. Entah jijik, atau memang takut dengan binatang ini. Tapi terlihat dari wajah mereka sebagian yang memerah dan terkejut.  

"Aduh," kata seorang peserta yang tangannya terinjak oleh peserta lain yang menghindar dari kejaran makhluk kecil ini.

"Awas Pak, itu di celana Bapak," kata seorang peserta lainnya.

Brak... Brak.... terdengar suara kayu karena seorang bapak melompat-lompat di atas lantai kayu aula tempat workshop menulis.

"Wah, heboh juga ya," kata Qaris Tajuddin, pemateri workshop menulis pagi ini di Aula Sahabat Alam. Qaris adalah redaktur Tempo yang diminta mengisi workshop menulis dalam rangka Festival Literasi di Sahabat Alam.

"Cicak ini bisa jadi cerita di buku yang akan diterbitkan oleh Sekolah Sahabat Alam," lanjut Qaris.

Perlu sekitar 10 menit Qaris menunggu kehebohan karena jatuhnya seekor cicak berwarna gelap dan berbintik dari atap aula tempat workshop pagi ini, mereda.

Entah mengapa cicak itu berani menjatuhkan dirinya di keremunan orang yang sedang serius mendengar Qaris bicara. Padahal, cicak cukup takut dengan manusia, kadang hanya mendengar suara hentakan kaki manusia saja binatang ini sudah kabur menghindar. Oh, tak terbayangkan betapa depresinya cicak ini ketika jatuh tadi. Sudah jatuh dari ketinggian sekitar 3 meter, kemudian di tengah-tengah puluhan manusia pula. Panik, ketakutan, menangis juga mungkin yang dirasakan oleh cicak berwarna gelap dan berbintik ini.

Tapi, bisa jadi cicak ini juga terkejut karena dirinya membuat banyak orang kalang kabut dan ketakutan. Bisa jadi juga, cicak ini tersenyum lebar karena dirinya bisa membuat Qaris tersenyum dan menunda kegiatan workshop pagi ini.

Mana yang benar? Entahlah, karena cicak itu kemudian menghilang sebelum Tim Tempo melakukan investigasi perasaannya. Tapi yang pasti, cicak ini beruntung karena dia selamat karena tak ada manusia di aula itu yang memukulnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t