Langsung ke konten utama

56. Full Day School, Jika Tetap Dilaksanakan





Sejak hari pertama dilantik sebagai Mendikbud, Prof Muhajir langsung menggebrak gelanggang pendidikan di Indonesia. Gebrakan pertamanya adalah wacana tentang Full Day School (selanjutnya : FDS) akan diterapkan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Pro dan kontra muncul, karena memang sudah lama ada kubu yang berbeda dalam memandang FDS ini. Satu menganggap bahwa FDS ini menjauhkan peran ortu dan masyarakat pada anak, satu lagi menganggap ini adalah kebutuhan di era banyaknya orang tua yang bekerja.
Di sini saya tak akan membahas tentang pro kontra itu. Karena pasti akan dianggap konflik interest, karena memang saya sejak awal tak setuju FDS ini diterapkan di sekolah-sekolah yang saya bina. Jadi, ketika ada wacana ini akan diterapkan di seluruh sekolah, saya sedikit meradang mendengarnya. Tapi, dengan desakan kubu anti FDS, berita itu diralat. Bahwa hanya diterapkan di sekolah-sekolah yang mau dan mampu. Bukankah ini sudah berlangsung sejak lama ?
Di tulisan saya yang singkat ini, saya hanya ingin urun rembug jika FDS ini diterapkan di beberapa sekolah-sekolah percontohan.

Pertama, Jangan Berlakukan di Seluruh Sekolah
Penyeragaman model pendidikan adalah salah satu bentuk sikap otoriter negara yang harus ditolak. Negeri ini dibangun dengan keberagaman model pendidikan. Sejak sebelum merdeka, sudah banyak lembaga pendidikan yang mewarnai sejarah negeri ini. Mereka memiliki model yang unik dan berbeda satu sama lain. Masing-masing punya landasan yang kuat tentang metode yang mereka gunakan. Menyeragamkan model pendidikan sama dengan menghapus keunikan itu.
Dan jika kita lihat kondisi Indonesia, tak semua daerah membutuhkan FDS ini. Jika alasannya karena orang tua yang sibuk bekerja, apa kementerian tidak kerepotan dengan membuka sekolah 24 jam, atau sekolah yang buka malam karena banyak juga anak-anak yang ditinggal bekerja oleh orang tuanya selama 24 jam atau ditinggal pada malam harinya. Jika kita mau azas keadilan, maka buka juga sekolah malam bagi anak-anak yang orang tuanya bekerja pada malam hari.

Kedua, Jika diterapkan di sebuah sekolah, jangan berlakukan pada semua siswa
Alasan yang diungkap adalah karena orang tua sibuk bekerja dan rawan anak-anak itu ditinggal sendidi di rumah.
Pertanyaannya, apakah semua orang tua murid di sebuah sekolah bekerja semuanya ? Saya tidak terlalu yakin. Masih banyak pula ibu-ibu yang tidak bekerja di luar. Buktinya, lihat saja di sekolah-sekolah pada pagi hari, banyak sekali kumpulan ibu-ibu menunggu anaknya sekolah, bahkan kadang terbentuklah di situ perkumpulan arisan alat-alat dapur. Artinya, anak-anak dari ibu-ibu ini tak akan sendirian di rumah. Ada ibunya yang menemaninya. Sekolah atau negara harusnya membantu ibu-ibu ini agar dapat mengasuh anak-anaknya di rumah dengan baik. Bantuan itu bisa berupa memberikan skli-skil pengasuhan pada mereka, bukan mengambil peran pengasuhan dari mereka. Karakter haruslah tumbuh bersama orang tuanya.

Ketiga, Guru yang mengajar siang-sore hari bukanlah guru yang mengajar di pagi hari. Mengajar berbeda dengan bekerja di pabrik. Mengajar jauh lebih menguras energi terutama emosi dan pikiran. Guru-guru yang mengajar dari pagi hingga sore hari (apalagi hingga pukul 17 seperti rencana Menteri) memiliki potensi emosi yang tinggi. Dan ini kurang baik bagi guru itu sendiri maupun muridnya.

Kelima, kegiatan dari siang hari ke sore hari bukanlah kegiatan belajar akademis. Tapi kegiatan lain seperti panahan, melukis, fun cooking, drumb band, bela diri, bermain musik, drama, futsal dll. Dan tentu ini akan membuat biaya pendidikan akan membengkak. Bayangkan, karena anak pulang pukul 17 dan tak bisa melakukan kegiatan lain di luar, sekolah dan negara perlu memfasilitasi semua minat dan bakat anak. Apalagi, sebelumnya mereka sudah melakukan itu sebelum FDS berlaku.

Keempat, Benahi fasilitas sekolah untuk siswa
Wacana yang dikembangkan oleh Mendikbud, FDS akan berlangsung mulai pukul 7 hingga 17, maka sekolah sudah seperti rumah pertama bagi mereka. Jadi, apa fasilitas apa saja menurut saya yang harus ada di sekolah yang menerapkan FDS ?

a. Ruang istirahat atau tidur
Bagi anak usia dini, tidur siang adalah bagian dari kebutuhan perkembangannya. Tidur bisa dari jam 10-12, atau jam 13-15.

b. Ruang terbuka yang luas dan cukup banyak pohon
Ruang terbuka yang luas itu menurut beberapa referensi, 10 m2 per siswa. Jadi tidak dikatakan luas, jika luas lahannya hanya bisa menampung 2000 siswa yang ada di sekolah itu. Jika ada 2000 siswa, minimal sekolah itu perlu 20 ribu m2 ruang terbuka. Pohon diperlukan agar kebutuhan oksigen di sekolah itu terpenuhi

c. Perpustakaan yang nyaman dan memiliki cukup referensi
Siswa berada di sekolah FDS seharusnya bukan melulu belajar akademis, tapi juga melakukan hal-hal yang tidak terlalu memberatkan otak mereka. Membaca adalah salah satu rekreasi bagi otak anak. Membaca yang rekreatif tentu bukan membaca buku paket atau referensi, tapi buku cerita, novel atau buku-buku lain yang sesuai dengan minat anak. Perpustakaan harusnya menjadi salah satu tempat yang paling nyaman di sekolah, agar minat baca anak berkembang dengan baik

d. Taman bermain
Taman bermain bisa berupa instalasi outbound atau lainnya. Perlu agar ada fasilitas bagi anak untuk refreshing dari kepenatan rutinitas harian.

e. Kantin yang nyaman dan menjual makanan serta minuman yang variatif, bersih dan sehat
Seorang teman saya bercerita, ada sebuah sekolah yang melarang siswanya beli makanan di luar pagar sekolah, namun kantin sekolah hanya menjual mie instan dan cireng. Bayangkan, apa yang akan terjadi dengan lambung anak jika mereka konsumsi itu setiap hari bertahun-tahun.

f. Lapangan olahraga


Berikutnya, sekolah atau negara perlu juga membenahi fasilitas untuk guru, agar guru dapat mengajar dengan nyaman.

a. Fasilitas tempat asuh bagi bayi dan anak guru
Jika guru dituntut pulang lebih lama, maka siapa yang akan mengasuh anak guru yang masih belum sekolah ? Apakah semua urusan itu diserahkan pada guru ? Tentu tak adil jika seperti itu. Mereka berjibaku mengasuh anak orang lain di sekolah karena negara yang meminta itu, sedangkan anak mereka tak diberi fasilitas oleh negara. Jadi, ini adalah hal wajib bagi semua sekolah yang menerapkan FDS.
Ruangan asuh bayi haruslah ruangan terbaik yang ada di sekolah itu dengan segala fasilitasnya seperti pendingin udara, ranjang bayi, mainan, buku-buku bayi, pengasuh yang memahami pengasuhan dengan baik dll.

b. Hari libur Sabtu-Ahad adalah benar-benar hari libur. Tak ada lagi kegiatan lain seperti rapat guru, evaluasi, ekstrakurikuler, bahkan kemahpun sebaiknya di hari Senin-Jumat. Mengapa ? Karena negara sudah mengambil hak guru untuk berkumpul dengan keluarganya di hari Senin-Jumat hingga pukul 17. Tak patut jika waktu Sabtu masih digunakan untuk kegiatan lain. Ya minimal kalaupun ada kegiatan, itu bisa parenting atau pelatihan guru yang waktunya beberapa bulan sekali.

Hal-hal di atas hanyalah hal minimalis yang saya anggap perlu di sekolah yang menerapkan FDS. Pertanyaannya, apakah sekolah yang sudah menerapkan FDS sekarang sudah seperti ini ? Kisah beberapa guru yang kesulitan memberikan ASI bagi anak-anaknya di beberapa sekolah tentunya harus menjadi perhatian kita, bahwa masih ada sekolah yang kurang ramah bagi guru untuk mengasuh anaknya.


Rizqi Tajuddin
Pemerhati Pendidikan
Dir Lembaga Pengasuhan Sahabat Tsaura


http://embunpetakdanum.blogspot.co.id/2016/09/56-full-day-school-jika-tetap.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t