Pagi ini udara terasa sejuk sekali. Tidak dingin, tapi panaspun tak terasa. Beberapa burung terdengar berkicau di luar rumah. Sepertinya mereka berterbangan ke sana kemari, dari satu pohon ke pohon lainnya. Mereka seakan menikmati suasana pagi ini.
Mungkin rasa itu yang ada juga dalam isi otak Qawwam (8 tahun) pagi ini. Pikirannnya terbang ke sana kemari, pindah dari satu "pohon" ke "pohon" lainnya. Bunda merasakan itu, karena melihat bola mata Qawwam yang berputar-putar meski ada sepiring nasi rawon kesukaannya di depannya.
"Wam, sepertinya ada sesuatu di pikiranmu ya ? "
"Hmm iya bunda. Bunda kok tahu ?"
"Karena bola matamu berputar-putar wam. Biasanya, ada sesuatu yang "mengganggu" pikiranmu."
" Iya bun. Apakah hanya muslim yang masuk surga bun ?"
Ahhhh Qawwam ini memang "aneh". Sejak kecil (sekarang juga masih kecil sich :D) dia sering bertanya sesuatu yang mengagetkan kami, atau sering juga berbicara dengan kosakata yang gak umum pada anak seusianya.
Beberapa hari sebelumnya dia juga meyakinkan abangnya bahwa gak semua daerah di bumi ini aman dan sehat, salah satunya adalah Hiroshima di Jepang yang kata Qawwam terkena bom atom Amerika Serikat.
"Kamu sudah nanya ayahmu nak?"
"Sudah sih, tapi aku belum puas dengan jawaban ayah"
"Emang apa jawaban ayah ?"
"Hanya muslim yang baik yang masuk surga. Karena Allah dan rasul ngomong (red. berkata) seperti itu"
"Terus, apa yang membuatmu gak puas "
"Hmmm... Kalau orangnya baik, tapi dia belum tahu Islam, nah masuk surga gak ?"
"Menurutmu wam ?"
"Menurutku masuk surga, kan dia gak salah, dia belum tahu ."
"Ya bisa jadi, kalau Allah ridho nak."
"Jadi kesimpulannya yang masuk surga itu orang islam, orang baik yang belum tahu Islam dan ridho Allah. Tapi, gimana tahunya ridho Allah ya ?"
Bunda speechless mendengar kesimpulan dan kata-kata Qawwam ini, yang membuat Bunda mengatakan, "Wam, bunda cuci piring dulu ya ." dan kabur menuju dapur.
Hmm sejuknya udara pagi ini tiba-tiba saja menghilang dan berganti panas dingin di tubuh bunda. Keringat mulai mengalir di dahi. Bukan hanya karena karena akibat mencuci piring, tapi karena masih ada kalimat-kalimat Qawwam yang menari-nari di kepala bunda. Tapi ini juga kebahagiaan karena Bunda merasa mendapat rejeki sebuah momentum emas dalam menjelaskan tentang aqidah pada anak.
"Bang, sepertinya abang perlu ngomong ke Qawwam, melanjutkan pembicaraan yang kuceritakan barusan." kata istri selepas bercerita
Di saat bunda memandikan Gaza, dan Qawwam sedang akan menjemur pakainnya, ayah mendekati Qawwam dan bertanya,
"Jadi wam, siapa saja yang masuk surga?"
"hmm, ayah dikasi tahu bunda ya ? hmm, ya muslim dan orang baik yang belum tahu Islam."
"Bagaimana orang sekarang tahu Islam Wam ?"
"Ya kita kasi tahu yah."
"Ada lagi gak caranya ?"
"dari buku, dari internet dan mungkin dari berita"
"Mungkin gak ada orang yang gak bisa dapat itu ?"
"Ada,mungkin yah, orang-orang di hutan atau di pedalaman."
"Ya. Benar kamu wam. Jadi mereka bisa masuk surga ?"
"Bisa, kalo memang mereka gak pernah dengar Islam tapi baik dan dapat ridho Allah,"
----------
+ ini adalah masalah Aqidah atau keimanan, dan inilah yang kami yakini kebenarannya.
+ Momentum emas masalah aqidah, dan harus kita jadikan sebagai kesempatan emas memasukkan value aqidah atau iman menurut apa yang kita yakini
Mungkin rasa itu yang ada juga dalam isi otak Qawwam (8 tahun) pagi ini. Pikirannnya terbang ke sana kemari, pindah dari satu "pohon" ke "pohon" lainnya. Bunda merasakan itu, karena melihat bola mata Qawwam yang berputar-putar meski ada sepiring nasi rawon kesukaannya di depannya.
"Wam, sepertinya ada sesuatu di pikiranmu ya ? "
"Hmm iya bunda. Bunda kok tahu ?"
"Karena bola matamu berputar-putar wam. Biasanya, ada sesuatu yang "mengganggu" pikiranmu."
" Iya bun. Apakah hanya muslim yang masuk surga bun ?"
Ahhhh Qawwam ini memang "aneh". Sejak kecil (sekarang juga masih kecil sich :D) dia sering bertanya sesuatu yang mengagetkan kami, atau sering juga berbicara dengan kosakata yang gak umum pada anak seusianya.
Beberapa hari sebelumnya dia juga meyakinkan abangnya bahwa gak semua daerah di bumi ini aman dan sehat, salah satunya adalah Hiroshima di Jepang yang kata Qawwam terkena bom atom Amerika Serikat.
"Kamu sudah nanya ayahmu nak?"
"Sudah sih, tapi aku belum puas dengan jawaban ayah"
"Emang apa jawaban ayah ?"
"Hanya muslim yang baik yang masuk surga. Karena Allah dan rasul ngomong (red. berkata) seperti itu"
"Terus, apa yang membuatmu gak puas "
"Hmmm... Kalau orangnya baik, tapi dia belum tahu Islam, nah masuk surga gak ?"
"Menurutmu wam ?"
"Menurutku masuk surga, kan dia gak salah, dia belum tahu ."
"Ya bisa jadi, kalau Allah ridho nak."
"Jadi kesimpulannya yang masuk surga itu orang islam, orang baik yang belum tahu Islam dan ridho Allah. Tapi, gimana tahunya ridho Allah ya ?"
Bunda speechless mendengar kesimpulan dan kata-kata Qawwam ini, yang membuat Bunda mengatakan, "Wam, bunda cuci piring dulu ya ." dan kabur menuju dapur.
Hmm sejuknya udara pagi ini tiba-tiba saja menghilang dan berganti panas dingin di tubuh bunda. Keringat mulai mengalir di dahi. Bukan hanya karena karena akibat mencuci piring, tapi karena masih ada kalimat-kalimat Qawwam yang menari-nari di kepala bunda. Tapi ini juga kebahagiaan karena Bunda merasa mendapat rejeki sebuah momentum emas dalam menjelaskan tentang aqidah pada anak.
"Bang, sepertinya abang perlu ngomong ke Qawwam, melanjutkan pembicaraan yang kuceritakan barusan." kata istri selepas bercerita
Di saat bunda memandikan Gaza, dan Qawwam sedang akan menjemur pakainnya, ayah mendekati Qawwam dan bertanya,
"Jadi wam, siapa saja yang masuk surga?"
"hmm, ayah dikasi tahu bunda ya ? hmm, ya muslim dan orang baik yang belum tahu Islam."
"Bagaimana orang sekarang tahu Islam Wam ?"
"Ya kita kasi tahu yah."
"Ada lagi gak caranya ?"
"dari buku, dari internet dan mungkin dari berita"
"Mungkin gak ada orang yang gak bisa dapat itu ?"
"Ada,mungkin yah, orang-orang di hutan atau di pedalaman."
"Ya. Benar kamu wam. Jadi mereka bisa masuk surga ?"
"Bisa, kalo memang mereka gak pernah dengar Islam tapi baik dan dapat ridho Allah,"
----------
+ ini adalah masalah Aqidah atau keimanan, dan inilah yang kami yakini kebenarannya.
+ Momentum emas masalah aqidah, dan harus kita jadikan sebagai kesempatan emas memasukkan value aqidah atau iman menurut apa yang kita yakini
Komentar
Posting Komentar