Langsung ke konten utama

63. Aku, Istriku & Poligami


Entahlah, setiap ada topik tentang poligami, selalu saja seru untuk dibahas. Seru dalam segala hal di dalamnya.
Termasuk ketika topik ini dibahas berdua saja dengan istri tercinta.
"Aku gak mungkin menentang poligami, karena itu ada di Qur'an. Tapi kau bang, harus dapat menggambarkan bahwa poligami yang akan dijalankan oleh keluarga kita itu indah" katanya berulang kali.
"Haduh, gak sempet mikirin poligami aku. Ngurus satu istri aja reportnya minta ampun, apalagi dua atau tiga ha ha ha" jawabku sekenanya.
Memang, yang sering memancing topik ini di rumah adalah istri dan sering membuatku tersenyum simpul atau mati kutu dengan skak-skak kata-katanya.
Pekan lalu, ketika long week end', banyak sekali yang bisa kami lakukan, termasuk diskusi ke sana kemari dan salah satu diskusinya ya itu tentang poligami juga.
Aku mengatakan bahwa harusnya poligami tidak dilakukan dengan alasan istri pertama belum memberikan kebahagiaan pada sang suami karena menurutku ini egois banget. Karena istri yang belum membahagiakan suami itu, karena memang suami belum bisa ikhlas mencintai diri sang istri, sang suami belum bisa membahagiakan istrinya. Ingat, bahwa suami adalah qawwam bagi keluarganya. Jadi, sebelum dia menuntut anggota keluarganya memberikan kebahagiaan pada dirinya, harusnya dia evaluasi diri. Mengapa istri (dan anak-anaknya) belum ikhlas mencintai dirinya dan membahagiakan dirinya.
Kebahagiaan keluarga itu tergantung besar pada perilaku kepala keluarga dalam membina dan mengasuh anggota keluarganya.
Aku menjelaskan pula bahwa harusnya poligami itu tidak sembunyi-sembunyi. Semua harus clear dan terang benderang. Tak ada yang ditutupi. Meski, tanpa itu juga halal. Tapi bukankah kita ingin halal dan baik ya ? Kalo dengan makanan saja kita punya prinsip seperti itu, apalagi untuk urusan yang lebih penting.
"Aku setuju bang denganmu. Jadi, menurutmu, bagiamana poligami itu harusnya ? " Tanya istri setelah aku menjelaskan panjang lebar.
Aku melanjutkan bahwa harusnya ketika semua anggota keluarga telah bahagia dan siap menerima anggota keluarga baru, maka itu tandanya sudah siap. Atau bahkan, yang mencarikan adalah istri pertama atau anak, dan dilakukan dengan ikhlas. Tanpa ada ganjalan atau kata-kata, "yah, gimana lagi, suamiku pengen nikah lagi. Daripada daripada... Bla Bla bla... "Jawabku serius sekali.
"Jadi, setelah kijelaskan panjang lebar ini, apakah kau yakibahwa poligami itu nanti akan indah ? "
"Ehhmm.... Kayaknya belum yakin" jawabnya
"Mengapa ?"
"Karena kau belum yakin dengan apa yang kau katakan"
"Darimana kau tahu itu ?" Tanyaku
"Dari matamu bang dan mimik wajahmu"
"Masa begitu ?"
" Ya, karena kami di kuliah diajarkan bagaimana mengartikan itu. " Jawabnya sambil tertawa lebar.
______________
- Anda bisa tidak setuju dengan values kami, karena values masing-masing keluarga pasti berbeda.
- poligami bukanlah mainan, tapi keseriusan
- pernikahan pertama adalah kewajiban. Jangan rusak yang wajib dengan yang mubah
- muliakanlah perempuan dengan mengasihi, mencintai dan membahagiakannya tanpa syarat.
KA Penataran, Surabay-Bangil
25 April 2017
#BabahAca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t