Langsung ke konten utama

66. Waktu Individual

Banyak kasus yang terjadi pada anak, salah satunya merasa tidak diperhatikan oleh ayah atau bundanya, terutama ketika sang anak memiliki adik yang baru. Seakan-akan perhatian ayah dan bunda, dan orang-orang di sekitarnya hanya perhatian pada adiknya. Atau ketika salah satu anak membutuhkan perhatian khusus karena sakit atau lainnya, seakan ayah&bunda lupa memberikan perhatian dan waktu untuk anak lainnya.
Jika dibiarkan, anak akan cemburu bahkan benci dengan saudaranya karena dianggap sebagai hama yang menghalangi cinta ayah&bunda padanya. Hal ini tentu tidak sehat bagi perkembangan anak. Baik yang merasa diabaikan ataupun anak yang diberi perhatian lebih.


Saya sering mendapat pertanyaan tentang ini. Pun saya juga pernah mengalaminya. Karena anak pertama menderita prekoks pubertas (suatu saat akan saya ceritakan), maka perhatian kami sempat berlebihan pada anak pertama dan abai pada anak kedua.
Ada tips sederhana yang saya dapatkan dari mentor saya Bu Ery Soekresno tentang bagaimana mengatasi hal ini.
Kami sebut dengan waktu individual. Maksudnya adalah menyediakan waktu yang benar-benar berdua tanpa ada saudaranya, dan hanya dengan salah satu orang tuanya saja. Berdua saja. ayaT
Bagaimana teknisnya ?
Sederhana. Bisa saja hanya di dalam rumah. Misalnya, ayah ingin menggunakan waktu individual dengan anak sulung, maka adiknya tidak ikut dalam "lingkaran" yang dibuat. Anak sulung bebas bicara, bersendau gurau, makan atau apa saja yang bisa membuat dia merasa spesial dengan ayahnya. Bagaimana dengan adik-adiknya ? Bundalah yang bertanggung jawab untuk menanganinya. Begitu sebaliknya, anak perlu juga memiliki waktu individual dengan bundanya. Maka tugas ayah adalah menghandle semua urusan yang bisa mengurangi kualitas waktu individual anak dengan bundanya.
Jika memang adiknya yang kecil masih perlu dijaga, maka ayahlah yang menjaganya bahkan ketika sang adik menangis. Katakan,"Maaf dik, bunda sedang bicara dengan abang. Adik main dulu dengan ayah."
Atau jika tiba-tiba sang adik tiba-tiba nimbrung di waktu individual itu, maka bunda dapat mengatakan, "Maaf dik, waktu adik nanti. Sekarang abang ingin berdua dengan abang."
Konsistenlah dengan aturan ini. Lakukan setiap hari jika bisa. Minimal 5-10 menit. Sesekali bisa waktu individual ini dilakukan di luar rumah. Makan berdua di warung bakso atau tempat lainnya.
Jika kita benar-benar memanfaatkan waktu ini dengan baik, anak-anak akan merindukan waktu ini. Karena dia merasa spesial, bisa bicara apa saja dengan ayah atau bundanya.
Sejak usia berapa waktu individual ini ? Menurut saja bisa sejak sedini mungkin. Bahkan sejak usia mereka baru beberapa hari atau bulan saja. AYah misalnya, bisa menggendong sang bayi dan mengajaknya menceritakan apa yang dilihat ayah di luar sana, karena mereka membutuhkan mata kita untuk melihat apa yang dilihat di luar sana. Dan jadikan mulut kita sebagai siaran pandangan mata itu. Bayangkan, berapa kosa kata yang akan didapat sang bayi hari itu dari ayahnya. Cerita apa saja, tentang ojeg online, tentang hujan, tentang peswat dan lain sebagianya.
Sesekali juga ayah perlu juga membawa anaknya berkelana berdua saja. Menginap, berkendaraan dan lain sebagainya berdua saja dengan salah satu anaknya. Jadikan semua periswtiwa di jalanan itu sebagai golden oportunity bagi anak, jangan ewatkan sedikitpun. Pengemis di pinggiran jalan, berebutnya orang masuk ke dalam moda transportasi, atau peristiwa-peristiwa lainnya bisa dijadikan golden oportunity.
Sejak usia berapa berkelana berdua ini dilakukan ? Saya pernah melakukan perjalanan sejauh 3000 km dengan Gaza ketika usianya 2 tahun. Semua moda dia rasakan. Pesawat, bis 8 jam, ojeg online, angkot, dan juga kereta api.
Untuk anak yang menjelang baligh perlu juga kegiatan seperti ini. Tentu dengan tantangan yang lebih dan juga berilah tugas-tugas kecil padanya.
Tantangan terberat bukanlah sang anak. Tapi ayah yang sudah membayangkan sulitnya mengurus anak usia 2 tahun berkelana dan bunda yang tidak percaya pada kemampuan sang ayah.
Jadilah ayah yang asyik bagi anak-anak kita dengan menyediakan waktu individual yang berkesan bagi mereka.


Palangka Raya, 18 Mei 2017


Rizqi Tajuddin
#BabahAca


Komentar

  1. Sebagian dari kita mempunyai banyak kesibukan dan keinginan yang sempurna. Banyak diantara kita menginginkan waktu-waktu yang berkualitas untuk keluarganya khususnya anak-anak, dari sekian alasan yang menghambat adalah waktu yang sibuk. Manajemen waktu menjadi hal yang perlu ditata dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh komitmen. Memulai dari merencanakan, melaksanakan dengan penuh komitmen, membagi tugas antara ayah dan bunda serta mengevaluasi apa yang kita laksanakan. Wallohualam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t