Cukup itu Bagi Saya
Malam itu, bada tarawih, saya berbincang ringan dengan beberapa pengurus masjid tempat saya itikaf bersama anak-anak saya. Ada pertanyaan ringan yang diajukan, "Jika ditanya, mengapa itikaf di sini? Apa jawaban bapak? "
Saya spontan menjawab, "Karena di sini anak-anak boleh bermain di dalam ruangan ibadah pak. " jawab saya spontan.
"Ya pak, kami pengurus punya komitmen agar masjid ini ramah anak. " jawab pak Bintoro, salah satu pengurus masjid.
"Kami bukan penguasa masjid, tapi komitmen kami sebagai pelayan jamaah. " sambung pak Cipto.
Kemudian mengalirlah dari kedua pengurus ini tentang ide dan rencana menambah fasilitas wifi high speed agar bisa digunakan anak-anak, remaja dan jamaah masjid. Tentang ingin adanya pojok bermain dan lainnya. Tentu yang terakhir ini pelrlu kerja leras karena sempitnya lahan dan mahalnya lahan jika perlu meluaskan bangunan masjid. "Bengkel itu gak sampai 800 m2, harganya 13 M pak. " kata salah seorang pengurus.
Jawaban saya yang spontan tadi, ada landasannya. Karena sebelumnya Gaza (5 tahun) bermain dengan melompati abang-abangnya yang tiduran. Dengan mengambil ancang-ancang agak jauh, dia berlari kemudian melompatj Qawwam yang tiduran di karpet masjid yang tebal dan wangi.
Nah, padahal tak jauh dari situ, sedang ada pengurus yang sedang menghitung hasil kotak amal. Tapi, tak ada satupun pengurus yang melaramgnya. Begitu juga ketika beberapa anak bermain di sekitar mihrab masjid. Tak ada teriakan dan bentakan larangan dari pengurus masjid.
Dan alhamdulillah, masjid yang ramah anak seakarng mulai bermumculan. Bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Karena pengetahuan pengurus yang mulai memahami bahwa aset masjid ini bukan dari bangunannya, tapi dari ramainya anak-anak bermain di masjid.
Masjid memang seharusnya ramah pada anak. Masjid adalah salah satu pembangun peradaban. Dan, anak-anak adalah aset masa depan peradaban. Jika aset ini jauh dari masjid, maka kita akan menjadi lebih khawatir tentang peradaban apa yang akan dibangun nanti.
Masjid Ash-shobirin Rungkut Mapan FD Surabaya,
25 Mei 2019
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
Malam itu, bada tarawih, saya berbincang ringan dengan beberapa pengurus masjid tempat saya itikaf bersama anak-anak saya. Ada pertanyaan ringan yang diajukan, "Jika ditanya, mengapa itikaf di sini? Apa jawaban bapak? "
Saya spontan menjawab, "Karena di sini anak-anak boleh bermain di dalam ruangan ibadah pak. " jawab saya spontan.
"Ya pak, kami pengurus punya komitmen agar masjid ini ramah anak. " jawab pak Bintoro, salah satu pengurus masjid.
"Kami bukan penguasa masjid, tapi komitmen kami sebagai pelayan jamaah. " sambung pak Cipto.
Kemudian mengalirlah dari kedua pengurus ini tentang ide dan rencana menambah fasilitas wifi high speed agar bisa digunakan anak-anak, remaja dan jamaah masjid. Tentang ingin adanya pojok bermain dan lainnya. Tentu yang terakhir ini pelrlu kerja leras karena sempitnya lahan dan mahalnya lahan jika perlu meluaskan bangunan masjid. "Bengkel itu gak sampai 800 m2, harganya 13 M pak. " kata salah seorang pengurus.
Jawaban saya yang spontan tadi, ada landasannya. Karena sebelumnya Gaza (5 tahun) bermain dengan melompati abang-abangnya yang tiduran. Dengan mengambil ancang-ancang agak jauh, dia berlari kemudian melompatj Qawwam yang tiduran di karpet masjid yang tebal dan wangi.
Nah, padahal tak jauh dari situ, sedang ada pengurus yang sedang menghitung hasil kotak amal. Tapi, tak ada satupun pengurus yang melaramgnya. Begitu juga ketika beberapa anak bermain di sekitar mihrab masjid. Tak ada teriakan dan bentakan larangan dari pengurus masjid.
Dan alhamdulillah, masjid yang ramah anak seakarng mulai bermumculan. Bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Karena pengetahuan pengurus yang mulai memahami bahwa aset masjid ini bukan dari bangunannya, tapi dari ramainya anak-anak bermain di masjid.
Masjid memang seharusnya ramah pada anak. Masjid adalah salah satu pembangun peradaban. Dan, anak-anak adalah aset masa depan peradaban. Jika aset ini jauh dari masjid, maka kita akan menjadi lebih khawatir tentang peradaban apa yang akan dibangun nanti.
Masjid Ash-shobirin Rungkut Mapan FD Surabaya,
25 Mei 2019
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
semoga pak Rizqi Tajuddin dengan keluarga mendapatkan keberkahan dalam ber ibadah di masjid Ash Shoobiriin serta akan menjadikan sebuah inspirasi dalam pengembangan pendidikan Islam yang ramah ber martabat dan ber Taqwa
BalasHapus