Langsung ke konten utama

85. Pujian & Rasa Percaya Diri



Dalam penelitian yang dilakukan oleh psikolog Joan Grusec dan sekelompok peneliti lainnya, teramati bahwa anak-anak yang sering dipuji oleh ibunya ketika bersikap manis, cenderung kurang bersikap manis di kesehariannya dibandingkan anak lain.

Mengapa bisa demikian ? Bisa karena pujian yang diberikan bukan pujian yang efektif. Pujian yang hanya menjadi motivasi eksternal bagi anak, hingga membuat anak hanya melakukan sesuatu dengan harapan mendapatkan pujian bukan karena dorongan dalam dirinya.

Menurut Alfie Kohn, penulis buku PUNISHED by REWARD, mengatakan, "Setiap pujian yang kita berikan harus kita pertimbangkan apakah hal tersebut membantu individu merasa dapat mengendalikan hidupnya. Pujian yang tidak efektif hanya akan menjadikan candu. Pujian yang tidak efektif sama jahatnya sebenarnya dengan hukuman bagi anak. Hukuman hanya menjadikan anak melakukan sesuatu karena dorongan dari luar. Sama dengan pujian yang tidaj efekftif.

Lalu, pujian seperti apa yang bisa dianggap efektif ? Pujian yang efektif akan dapat meningkatkan moral anak dan mencegah anak melakukan sesuatu karena ingin menyenangkan kita, serta membagkita motivasi dari dalam diri anak.

Apa saja itu pujian yang efektif ?
Pertama
Puji tindakannya, bukan memuji anaknya
Ketika Gaza (5 tahun) mau mandi pada waktunya, bukan pujian seprti ini yang kita berikan, "GazA Hebat." karena ini hanya memuji dirinya, bukan perbuatannya. Seharusnya yang kita lakukan adalah, "Gaza bertanggung jawab karena mau mandi tepat waktu."

Kedua
Pujian yang Spesifik

Pujian yanf spesifik ini diberika hampir sama dengan pujian pada perbuatan, namun ada tambahakn efek dari perbuatan itu.
Misal karena kesal dengan adiknya, Qassam marah secara verbal namun tetap bisa mengontrol perilaku fisiknya dengan tidak memukul. "Terima kasih Qassam, karena kamu bisa menahan marahmu. Ayah tahu kamu kesel banget, tapi kamu bisa tahan emosimu" Tentu sentuhan halus di dada atau punggungnya juga akan membuat anak merasa berharga dan aman.

Ketiga
Pujian yang Sepantasnya
Berikan pujian yang pantas, sederhana dan tak perlu berlebihan. Karena yang dibutuhkan anak sebenarnya hanyalah apresiasi dari kita. Dalam teori Maslow, ini bisa dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan dasar akan rasa aman dan cinta.

Keempat
Puji dengan Tulus
Ketulusan dalam jiwa kita akanndapat dilihat oleh anak. Begitu juga dengan pujian yang tidal tulus. Mereka juga dapat merasakannya. Jangan beri pujian yang terlalu kekanak-kanakan. Karena bagi anak yang sudah dewasa, mereka butuh sedikit kata dsn sentuhan dari kita.

Sederhananya, pujian yang efektif adalah bentuk apresiasi kita pada anak yang melakukan perbauatan baik.

Bagaimana pujian Anda pada anak Anda ?


Maros (sekitar Bandara Hassanuddin Ujung Pandang, 30 Juli 2019

Rizqi Tajuddin
#BabahAca
embunpetakdum.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t