Langsung ke konten utama

87. Alam Takambang jadi Guru

Alam Takambang jadi Guru


Di beberapa sekolah yang saya kunjungi di Sumatera Barat, ada beberapa tulisan yang mengusik rasa ingin tahu saya, "Alam Takambang, jadi Guru". Menurut beberapa teman yang asli Minang, ini adalah salah satu falsafah hidup suku Minang. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, "Alam yamg terbentang menjadi guru" .  "Ya, maksudnya adalah alam adalah ayat-ayat qauniyah, bisa digunakan sebagai pelajaran bagi manusia sebagai pintu untuk mendekatkan diri pada Tuhan-Nya." begitu kata salah seorang teman.

Sumatera Barat, sama seperti tempat-tempat lain di Indonesia, dianugerahi alam yang luar biasa. Danau, laut, gunung, dan ratusan bahkan aliran sungai dan anak sungai terbentang luas. Hampir tidak ada sudut yang tidak bisa dijadikan pelajaran bagi siapapun.

Potensi ini adalah anugerah besar bagi pendidikan, harusnya.

Ketika pagi hari saya berjalan kaki dari tempat menginap (di Padang Aro Solok Selatan) menuju ke rumah seorang pengelola sekolah, berkali-kali saya mendengar gemericik air. Indah sekali suara dan beningnya air yang mengalir di aliran-aliran kecil.

Terbayang di benak saya jika saja anak belajar tentang air dan sungai, beberapa inderanya akan terstimulasi dengan baik. Bahkan, 7 inderanya bisa memanfaatkan ini sebagai pembelajan dan memori. Mereka bisa mencium bau air itu, merasakannya, melihatnya dengan detail bagaimana air bisa mengeluarkan bunyi, menggunakan taktilnya untuk merasakan dingin dan lembutnya air yang mengalir bahkan indera kesimbangan dan propioseptiknya juga akan terstimulasi ketika anak-anak menyusuri aliran sungai dan anak sungai itu. Itu baru sepersekian dari banyak hal yang bisa dieksplore dari aliran anak sungai, belum lagi eskosistemnya dan potensi alam lainnya.

Sayangnya, banyak sekolah yang belum memanfaatkan Alam Takambang ini. Alam yang sudah memanggil-manggil itu untuk dieksplore, belum menjadi perhatian menarik untuk dipelajari secara langsung.

Beberapa sekolah melakukan dikotomi dengan mengatkan, "Pak, sekolah kami bukan sekolah alam... " dan seterusnya. Padahal, tidak seharusnya seperti itu. Semua sekolah, semua pendidik apapun namanya sejatinya perlu menggunakan Alam Takambang ini sebagai media. Mengapa ? Karena sekolah adalah lembaga yang mencetak pemimpin harusnya, dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengenal dengan baik alam dan lingkungannya. Wallahualam bisshowab.


Bukittinggi, 14 September 2019


Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t