Langsung ke konten utama

91. Pertanyaan Sulit itu tentang Surga dan Neraka

Hampir di setiap kegiatan parenting, selalu saja ada yang bertanya ttg surga dan neraka selepas saya menyampaikan tentang penelitian terkini tentang reward dan punishment. Pertanyaan yang mengkaitkan bahwa Tuhan memberikan reward dan punishment, lalu bagaimana dengan teori terbaru sekarang yang reward dan punishment tidak diperlukan dalam pendidikan ?
Saya coba berusaha menjawab dengan pengetahuan saya yang sederhana.
Pertama
Tidak aple to aple menyamakan surga dengan hadiah yang diberikan oleh kita ketika anak-anak melakukan kebaikan.
Memang Allah memberikan surga dan neraka sebagai reward dan punishment. Namun, itukan tidak di dunia. Tapi di akherat. Tdk ada bukti fisik dan empirisnya di dunia. Semuanya murni keimanan. Orang yang menjalankan amal, tdk otomatis dapat reward fisikal, misalkan otomatis pasti mudah rizkinya. Sebaliknya, yg maksiyat otomatis jadi seret rizki. Malahan, banyak ahli maisiyat yg sejahtera secara materi dan org soleh yang susah hidupnya.

Kedua
Faktanya, tidak ada dampak buruk ketika manusia dijanjikan syurga.
Tapi, banyak fakta yang menunjukkan anak yang kemudian menjadikan hadiah sebagai senjata atau transaksional dengan orang tuanya. "Aku mau shalat, kalo dibeliin es krim", "aku mau ngerjakan PR kalo dibeliin permen", "Aku mau belajar agar juara kelas, tapi nanti aku minta hadiah sepeda" dll.
Dalam Islam berharap syurga Allah itu bukan kesalahan atau bukan bukti tidak ikhlas, tapi itu bukti kecintaan pada Allah. Namun sebaliknya, harapan hadiah pada perbuatan baik yang dilakukan dalam Islam ini disebut sebagai riya' atau ketidakikhlasan dan ini terlarang bukan ?

Ketiga
Kita masuk syurga bukan hanya karena amalan kita saja ukurannya, tapi karena rahmat Allah SWT yang ukurannya semua manusia tidak memgetahuinya. Itu adalah hak preogratif Allah.
Allah memberikan hadiah syurga itu tidak segera, tapi panjang bahkan tidak bisa dirasakan oleh manusia dengan indranya di dunia.
Berbeda dengan hadiah yang kita berikan, biasanya segera atau sesaat sebelum dan sesudah anak melakukan kebaikan. Ini jika dalam konsep islam yang disebut riya' bukan ?

Keempat
Lalu bagiamana dengan hukuman dipukul bagi anak yan tidak mengerjakaj shalat di usia 10 tahun. Bukankah itu hukuman juga ?
Ya itu hukuman. Tapi kita lihat bahwa perintah tentang ini hanya untuk shalat dan dilakukan ketika sudah 3 tahun orang tua mengajarkan, dari usia 7 hingga 10 tahun.
Abdullah Nasih Ulwan, memberikan beberapa syarat tentang memukul ini :
- dilakukan semdiri oleh ortunya
- dilakukan tanpa menyakiti jiwa dan fisiknya
- dilakukan di bawah lutut
- dilakukan ketika orang tua tidak dalam keadaan emosi
- dilakukan setelah orang tua melakukan banyak hal untuk mendidik anaknya

Syarat yang sulit bukan ?

Lalu, apa yang dilakukan agar anak punya perilaku yang baik tanpa memberikan hadiah dan hukuman ?

Love and reason. Cinta dan dialogkan alasannya mengapa anak perlu melakukan sesuatu atau kebaikan. Ini bisa jadi menjadi sesuatu yang lebih panjang prosesnya tapi akan lebih bertahan pada diri anak karena ini akan menstimulasi motivvasi internal anak. Hadiah dan hukuman adalah motivasi ekternal. Selama motivasi ekternal itu ada, maka anak akan melakukan, tapi jika tidaj ada maka anak tidak akan melakukan.

Lalu, apakah kita tidak boleh memberi hadiah pada anak ? Boleh dong, tapi hadiah itu bukan syarat. Hadiah yang kita berikan bukan "sogokan" agar anak mau melakukan sesuatu. Hadiah yang kita berikan adalah bukti cinta kita pada anak. Titik. Tanpa embel-embel. Sama seperti ketika kita memberi hadiah istri kita, apakah setelah memberi hadiah kemudian kita akan berkata, "Sayang, ini hp dari aku, ini aku kasi agar kamu mau masak yang enak untukku"

Bangil, 25 Novemver 2019

Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Selamat hari guru.
Jadikan hari guru kali ini sebagai titik tolak kita untuk pendidikan yang lebih bermartabat

===
Trims pada ust Rofiqi atas beberapa referensinya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t