Langsung ke konten utama

92. Orang Tua Pilihan

Mereka Manusia Pilihan

Pagi ini, saya melanjutkan perjalanan saya dari Palangka Raya menuju Surabaya. Di ruang tunggu keberangkatan bandara Cilik Riwut, terdapat rombongan keluarga dengan seorang anaknya yang down syndrome. Rombongan ini terdiri dari sekitar 5 orang dewasa, 3 anak-anak dan yang salah satunya adalah yang down sydnrome.
Ternyata, mereka berada di pesawat yang sama dengan saya, dan juga mereka duduk persis 1 kursi di depan saya.
Sepanjang perjalanan, sejak boarding, anak ini mulai tantrum. Berbagai cara dilakukan oleh keluarganya untuk menenangkan. Mulai dari memberi kursi di pinggir jendela, membelikan makanan, mengganti yang mendampinginya hingga memberikan hape yang kemudian  karena volume terlalu keras, hapr itu dimatikan lagi oleh keluarganya, mungkin karena takut akan mengganggu penumpang lainnya.
Menjadi keluarga anak-anak down syndrome bukanlah perkara mudah. Karena keterbatasan kognitif anak-anak ini, maka banyak hal menjadi sulit. Komuniasi menjadi salah satu hambatan yang kadang akhir membuat mereka tantrum.
Kita mungkin merasa terganggu karena kebisingan dari teriakan ini. Tapi sesungguhnya, "ujian" kita hanya sesaat di dalam pesawat ini. Tapi keluarganya, orang tuanya merasakan hal yang luar biasa ini sepanjang hari. Sepanjang tahun.
Cukup bagi kita untuk sekedar diam dan memberikan senyuman pada mereka sebagai bentuk empati kita jika kita belum bisa melakukan banyak hal. Karena pandangan mimik wajah kita yang negatif bisa membuat mereka semakin "terluka".
Saya yakin bahwa Tuhan tidak salah memilih orang tua dan keluarga pada anak ini, bukan kita yang dipilihNya. Karena bisa jadi, kita tidak siap dengan ini.
Dan bisa jadi, kesabaran mereka pada ini adalah pintu yang diberikan Tuhan pada mereka untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan laninya. Wallahu alam bisshowab.

Penerbangan Palangka Raya-Surabaya, 6 Desember 2019

Rizqi Tajuddin
#BabahAca


=========

*Selamat Hari Disabiltas Nasional 3 Desember 2019*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t