Mereka Manusia Pilihan
Pagi ini, saya melanjutkan perjalanan saya dari Palangka Raya menuju Surabaya. Di ruang tunggu keberangkatan bandara Cilik Riwut, terdapat rombongan keluarga dengan seorang anaknya yang down syndrome. Rombongan ini terdiri dari sekitar 5 orang dewasa, 3 anak-anak dan yang salah satunya adalah yang down sydnrome.
Ternyata, mereka berada di pesawat yang sama dengan saya, dan juga mereka duduk persis 1 kursi di depan saya.
Sepanjang perjalanan, sejak boarding, anak ini mulai tantrum. Berbagai cara dilakukan oleh keluarganya untuk menenangkan. Mulai dari memberi kursi di pinggir jendela, membelikan makanan, mengganti yang mendampinginya hingga memberikan hape yang kemudian karena volume terlalu keras, hapr itu dimatikan lagi oleh keluarganya, mungkin karena takut akan mengganggu penumpang lainnya.
Menjadi keluarga anak-anak down syndrome bukanlah perkara mudah. Karena keterbatasan kognitif anak-anak ini, maka banyak hal menjadi sulit. Komuniasi menjadi salah satu hambatan yang kadang akhir membuat mereka tantrum.
Kita mungkin merasa terganggu karena kebisingan dari teriakan ini. Tapi sesungguhnya, "ujian" kita hanya sesaat di dalam pesawat ini. Tapi keluarganya, orang tuanya merasakan hal yang luar biasa ini sepanjang hari. Sepanjang tahun.
Cukup bagi kita untuk sekedar diam dan memberikan senyuman pada mereka sebagai bentuk empati kita jika kita belum bisa melakukan banyak hal. Karena pandangan mimik wajah kita yang negatif bisa membuat mereka semakin "terluka".
Saya yakin bahwa Tuhan tidak salah memilih orang tua dan keluarga pada anak ini, bukan kita yang dipilihNya. Karena bisa jadi, kita tidak siap dengan ini.
Dan bisa jadi, kesabaran mereka pada ini adalah pintu yang diberikan Tuhan pada mereka untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan laninya. Wallahu alam bisshowab.
Penerbangan Palangka Raya-Surabaya, 6 Desember 2019
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
=========
*Selamat Hari Disabiltas Nasional 3 Desember 2019*
Pagi ini, saya melanjutkan perjalanan saya dari Palangka Raya menuju Surabaya. Di ruang tunggu keberangkatan bandara Cilik Riwut, terdapat rombongan keluarga dengan seorang anaknya yang down syndrome. Rombongan ini terdiri dari sekitar 5 orang dewasa, 3 anak-anak dan yang salah satunya adalah yang down sydnrome.
Ternyata, mereka berada di pesawat yang sama dengan saya, dan juga mereka duduk persis 1 kursi di depan saya.
Sepanjang perjalanan, sejak boarding, anak ini mulai tantrum. Berbagai cara dilakukan oleh keluarganya untuk menenangkan. Mulai dari memberi kursi di pinggir jendela, membelikan makanan, mengganti yang mendampinginya hingga memberikan hape yang kemudian karena volume terlalu keras, hapr itu dimatikan lagi oleh keluarganya, mungkin karena takut akan mengganggu penumpang lainnya.
Menjadi keluarga anak-anak down syndrome bukanlah perkara mudah. Karena keterbatasan kognitif anak-anak ini, maka banyak hal menjadi sulit. Komuniasi menjadi salah satu hambatan yang kadang akhir membuat mereka tantrum.
Kita mungkin merasa terganggu karena kebisingan dari teriakan ini. Tapi sesungguhnya, "ujian" kita hanya sesaat di dalam pesawat ini. Tapi keluarganya, orang tuanya merasakan hal yang luar biasa ini sepanjang hari. Sepanjang tahun.
Cukup bagi kita untuk sekedar diam dan memberikan senyuman pada mereka sebagai bentuk empati kita jika kita belum bisa melakukan banyak hal. Karena pandangan mimik wajah kita yang negatif bisa membuat mereka semakin "terluka".
Saya yakin bahwa Tuhan tidak salah memilih orang tua dan keluarga pada anak ini, bukan kita yang dipilihNya. Karena bisa jadi, kita tidak siap dengan ini.
Dan bisa jadi, kesabaran mereka pada ini adalah pintu yang diberikan Tuhan pada mereka untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan laninya. Wallahu alam bisshowab.
Penerbangan Palangka Raya-Surabaya, 6 Desember 2019
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
=========
*Selamat Hari Disabiltas Nasional 3 Desember 2019*
Komentar
Posting Komentar