Takdir Bertemu Wong Apik
Pekan lalu, saya baru ingat bahwa ada postingan Pak Lukman tentang Konvensi Pendidikan Ojo Leren Dadi Wong Apik yang ke-9.
Pertama, saya gak tahu kegiatan apa ini.
Kedua, tapi saya penasaran dengan nama kegiatan ini.
Lalu, segera saya coba kontak pak Lukman via messenger FB dan lanjut via WA. Sedikit dan minim info yang saya dapat. Setelah acara, pak Lukman meminta maaf ke seluruh peserta karena lambat respon dan menjawab seadanya, karena banyaknya wa yang masuk. He he he. Iso canthengen iki jal.
Dari info yang sedikit itu, saya putuskan untuk coba beranikan diri untuk berangkat. Yang akhirnya membuat jadwal travel saya ubah dari Ponorogo ke Malang, jadi Ponorogo ke Blitar. Kebetulan tanggal 2-4 Januari saya mengisi pelatihan guru kelas di Ponorogo. Jadi, sambil menyelam, minum sirup marjan.
Tanggal 5 pagi, saya sudah hadir di lokasi konvensi Dan kopdar langsung dengan pak Lukman. Dan mendapat cerita bahwa ini adalah kegiatan dari, dan untuk semua. Semua boleh bicara, semua boleh berbagi. "Kita ingin membuat perubahan di pendidikan dengan cara-cara sederhana" begitulah kira-kira yang disampaikan beliau. Tak ada biaya yang dipatok, semua boleh menyumbang berapa aja. Dan dahsyat sekali, bahwa panitia tidak menyangka ada 93 lembaga dan 400 peserta yang mendaftar. Saya banyak bertanya karena ini adalah kehadiran pertama saya di Konvensi OLDWA.
Apa yang saya rasakan di kegiatan ini ? Ini memang sesuai dengan namanya, Ojo Leren dadi Wong Apik. Banyak orang baik dan haus ilmu bertemu di sini. Bahkan, saya bisa diberi tumpangan hingga terminal Arjosari Malang oleh Ust Ismail dkk dari Pesantren Yatim di Singosari (nanti akan saya bikin tulisan tersendiri) Selain haus ilmu, saya juga yakin mereka yang hadir (bahkan ada yang 8-10 jam perjalanan darat) adalah orang-orang baik yang ingin berkontribusi untuk perubahan di pendidikan di Indonesia. Meski perubahan itu kecil dan dimulai dari masing-masing.
Kebetulan dengan berani saya mendaftar untuk ikut berbagi, dan luar biasanya ketika kegiatan dan pasca kegiatan banyak yang bertanya. Mungkin lebih dari 10 pertanyaan. Dan itu saya lihat juga di kelas-kelas lain. Di kegiatan ini dibagi menjadi 4 kelas. Yakni kelas PAUD, PKBM, inklusi dan sekolah formal.
Di kegiatan ini, di setiap kelas itu, siapa saja yang siap boleh berbagi dan kolaborasi jika memungkinkan. Sebuah kegiatan yang unik, tapi keren. Sederhana, gak bertele-tele, gak ada seremonial yang gak penting. Cak cek lah kalo kata orang Bangil.
Jika kemarin ada bertanya, apa rencana tindak lanjut setelah acara ini ? Yang ada di benak saya adalah bagaimana menduplikasi kegiatan ini di Kalimantan Tengah. Berkolaborasi untuk membuat pendidikan yang merdeka. Bisa ? Insya Allah bisa. Berat ? Pasti untuk memulai sesuatu yang baik tak ada yang mudah.
Bagaimana teman-teman Kalteng ? Siapkah ?
Bangil, 6 Januari 2020
Rizqi Tajuddin/ #BabahAca
Direktur Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
embunpetakdanum.blogspot.com
Youtube chanel Sahabat Tsaura
Pekan lalu, saya baru ingat bahwa ada postingan Pak Lukman tentang Konvensi Pendidikan Ojo Leren Dadi Wong Apik yang ke-9.
Pertama, saya gak tahu kegiatan apa ini.
Kedua, tapi saya penasaran dengan nama kegiatan ini.
Lalu, segera saya coba kontak pak Lukman via messenger FB dan lanjut via WA. Sedikit dan minim info yang saya dapat. Setelah acara, pak Lukman meminta maaf ke seluruh peserta karena lambat respon dan menjawab seadanya, karena banyaknya wa yang masuk. He he he. Iso canthengen iki jal.
Dari info yang sedikit itu, saya putuskan untuk coba beranikan diri untuk berangkat. Yang akhirnya membuat jadwal travel saya ubah dari Ponorogo ke Malang, jadi Ponorogo ke Blitar. Kebetulan tanggal 2-4 Januari saya mengisi pelatihan guru kelas di Ponorogo. Jadi, sambil menyelam, minum sirup marjan.
Tanggal 5 pagi, saya sudah hadir di lokasi konvensi Dan kopdar langsung dengan pak Lukman. Dan mendapat cerita bahwa ini adalah kegiatan dari, dan untuk semua. Semua boleh bicara, semua boleh berbagi. "Kita ingin membuat perubahan di pendidikan dengan cara-cara sederhana" begitulah kira-kira yang disampaikan beliau. Tak ada biaya yang dipatok, semua boleh menyumbang berapa aja. Dan dahsyat sekali, bahwa panitia tidak menyangka ada 93 lembaga dan 400 peserta yang mendaftar. Saya banyak bertanya karena ini adalah kehadiran pertama saya di Konvensi OLDWA.
Apa yang saya rasakan di kegiatan ini ? Ini memang sesuai dengan namanya, Ojo Leren dadi Wong Apik. Banyak orang baik dan haus ilmu bertemu di sini. Bahkan, saya bisa diberi tumpangan hingga terminal Arjosari Malang oleh Ust Ismail dkk dari Pesantren Yatim di Singosari (nanti akan saya bikin tulisan tersendiri) Selain haus ilmu, saya juga yakin mereka yang hadir (bahkan ada yang 8-10 jam perjalanan darat) adalah orang-orang baik yang ingin berkontribusi untuk perubahan di pendidikan di Indonesia. Meski perubahan itu kecil dan dimulai dari masing-masing.
Kebetulan dengan berani saya mendaftar untuk ikut berbagi, dan luar biasanya ketika kegiatan dan pasca kegiatan banyak yang bertanya. Mungkin lebih dari 10 pertanyaan. Dan itu saya lihat juga di kelas-kelas lain. Di kegiatan ini dibagi menjadi 4 kelas. Yakni kelas PAUD, PKBM, inklusi dan sekolah formal.
Di kegiatan ini, di setiap kelas itu, siapa saja yang siap boleh berbagi dan kolaborasi jika memungkinkan. Sebuah kegiatan yang unik, tapi keren. Sederhana, gak bertele-tele, gak ada seremonial yang gak penting. Cak cek lah kalo kata orang Bangil.
Jika kemarin ada bertanya, apa rencana tindak lanjut setelah acara ini ? Yang ada di benak saya adalah bagaimana menduplikasi kegiatan ini di Kalimantan Tengah. Berkolaborasi untuk membuat pendidikan yang merdeka. Bisa ? Insya Allah bisa. Berat ? Pasti untuk memulai sesuatu yang baik tak ada yang mudah.
Bagaimana teman-teman Kalteng ? Siapkah ?
Bangil, 6 Januari 2020
Rizqi Tajuddin/ #BabahAca
Direktur Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
embunpetakdanum.blogspot.com
Youtube chanel Sahabat Tsaura
Terimakasih kasih pak sharing nya kemarin... Semoga Allah membalas kebaikan bapak dan keluarga Aamin
BalasHapus