Langsung ke konten utama

95. Gaza dan Usia 3 Tahun

Gaza dan Usia 3 Tahun


Di perjalanan dari masjid Al-Hidayah Bangil menuju rumah dengan sepeda motor grand 97, Gaza bercerita tentang keselnya dia dengan sepupunya yang bernama Qiram.
"Aku males ke rumah Qiram. Odis, Eli, Dira juga males yah" kata Gaza sambil menyebut ketiga sepupunya dari Kalimantan.
Qiram berusia 3 tahun. Menurut Gaza, sekarang Qiram gak asyik, karena sering melarang yang lain meminjam mainannya, atau bahkan sering mengatakan barang milik orang lain sebagai barang miliknya.
"Ini punyaku."
"Ojok. "
"Punya Qiram ini,"
Begitu Gaza menirukan Qiram. Kadang, sambil berkata begitu, Qiram juga menyembunyikan mainam di belakang badanya. Khas anak usia 3 tahun.
Kemudia, saya mengatakan bahwa semua anak usia 3 tahun seperti itu.
"Waktu Gaza 3 tahun juga seperti itu, " kata Qawwam abang Gaza. .
"Ketika ayah dan bang Qawwam usia 3 tahun, juga seperti itu," lanjut saya.

Sambil menerawang matanya, terlihat dia paham tentang apa yang saya sampaikan.

Untuk anak seusia Gaza (6 tahun kurang) yang logikanya sudah mulai terbentuk, cara memberikan informasi seperti ini agar dia lebih sedikit mengerti mengapa sepupunya seperti itu. Meski, tetap saja dia juga tetap akan sulit menerima itu. Gaza juga baru saja melewati masa egosentris itu.

Tak berapa lama diskusi dengan kami di motor, dia masuk kamar dan ngobrol dengan bundanya. Di saat itu dia ingin pinjam laptop dan hape bunda, tapi karena time screen Gaza hari ini sudah melewati batas, maka bunda mengatakan, "Gaza gak boleh pinjam ya."
"Ohh, bunda usianya 3 tahun ya ?"
"Kok ?"
"Iya, kata ayah, usia tahun itu seperti itu."

Di kesempatan lain, Gaza bercerita pada bunda bahws dia punya teman yang usia 5 tahun tapi perilakunya seperti Qiran yang tahun.

"Itu Ga, artinya temenmu itu badannya usia 5 tahun, tapi pikiranya 3 tahun," Bunda menjelaskan

"Ohh, jadi kalo begitu bunda badannya usia 40, tapi pikirannya 3 tahun ya," skak Gaza ke Bunda karena baru saja melarang Gaza bermain hape Bunda.

Jika saja Gaza bertemu dengan koruptor yang ditangkap KPK, mungkin Gaza akan bertanya,
"Om/kakek, usianya 60 tahun tapi perilakunya seperti 3 tahun,"


12 Januari 2020, di atas KM Kelimutu Tj Perak - Sampit

Rizqi Tajuddin
#BabahAca


embunpetakdanum.blogspot.com

Youtube chanel *Sahabat tsaura*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t