Bukan Layang-layang Gaza
(Perlu dibaca oleh ayah bunda yang selalu meminta anak yang lebih tua untuk mengalah)
Pukul 20 akhirnya bisa sampai rumah dengan selamat. Selepas diskusi tentang engasuhan di Lumajang. Gaza, mendengar suara rem motor saya. Dia teriak dari dalam rumah, "Ayah !" Dan untuk memastikan, di buka jendela rumah. "Ayah !" Teriaknya lagi.
Kusabut Gaza, dan kudengarkan ocehannya malam itu. Sepertinya dia bercerita tentang layang-layang yang dimainkannya siang tadi bersama abang-abangya. Senyum kecil dan kadang tertawa lebar abang-abangya mendengar Gaza bercerita. Lucu kata mereka, gaya Gaza bercerita memang asyik. Tangganya bergerak, bola matanya berputar dan sesekali ada hentakan suara entah dari mana dia belajar.
Cerita layang-layang ini mengingatkan saya tentang kejadian beberapa hari lalu ketika Qawwam menangis hebat hingga terisak isak dan banyak sekali air mata yang dikeluarkannya.
"Ayah, Gaza ini lho. Aku gak bisa main layang-layang. Dia gangguin terus. Dia rebut layang-layang yah. Ayah sini ! Lihat Gaza nih !" Teriak Qawwam sambil tangisnya meledak .
"Ada apa wam ?" Tanyaku
"Gaza ngeselin yah. Aku gak bisa sama sekali main layang-layang ."
"Itu layang-layang siapa wam ? "
"Ini punyaku. Gaza udah kukasi juga yah. Juga kukasi benangnya juga. Tapi tetap aja dia rebut punyaku !" Lanjut qawwam
Kupeluk Qawwam, "qawwam kesel banget ya ?"
"Iya, kesel "
Untuk beberapa saat kupeluk dia hingga sedikit reda tangisnya. Setelah itu, urusan dengan Gaza perlu segera diselesaikan.
"Ga, ini layang-layang siapa ?" Tanyaku sambil menunjuk layang-layang yang dipegang Qawwam.
"Punya Gaza yah " jawabnya
"Benar wam ?"
"Enggak yah. Ini punyaku. Punya Gaza yang di lantai itu yah " jawab qawwam
Lalu aku bicara lagi dengan Gaza, kali ini kurendahkan badanku hingga mataku dan mata Gaza sudah selevel. Kutatap matanya, "kata Abang qawwam, layang gaza yang itu, bukan yang ini. Jadi, layang-layang Gaza yang mana ?"
"Ini punya Gaza ." Jawabnya sambil menunjuk layang-layang di lantai yang memang miliknya. Dia menjawab dengan sedikit tertunduk dan suara lirih.
"Jadi, boleh tidak Gaza ambil layang-layang Abang ?"
"Gak boleh " jawab Gaza
"Abang sekarang nangis karena kesal dengan Gaza. Jadi, Gaza harus apa ?"
Kemudian Gaza, melangkah mendekati Abang, menjulurkan tangannya untuk meminta maaf dan mau memeluk abangnya. Tapi Abang Qawwam masih kesal, jadi uluran tangan dan pelukan itu dihindarinya. Qawwam paham bahwa Gaza masih kecil, jadi dia tak bisa lebih dari itu menyikapinya. Tangisannya itu tangisan yang menahan emosi.
"Abang Qawwam gak mau yah " kata Gaza .
"Iya, Abang Qawwam masih kesal dengan Gaza."
Memberi QAwwam waktu untuk melepaskan emosinya ,tidak memaksanya untuk menerima maaf dari Gaza itu adalah sebuah fitrah. Perlu waktu untuk mengelola emosi dan menerima maaf. Itu fitrah.
Membiarkan Gaza karena mengambil layang-layang dan memaksa qawwam untuk mengalah bukanlah sikap yang bijak. Karena Gaza akan merasa dilindung pada perbuatan salahnya dan Qawwam akan merasa ayahnya pilih kasih dan memanjakan Gaza.
Setiap perbuatan perlu tanggung jawab dan proporsional. Tak harus yang lebih tua mengalah pada adiknya.
12 Maret 2017
Kereta Probowangi
Bangil - Jember.
#BabahAca
* Qawwam menjelang 9 tahun
* Gaza menjelang 3 tahun
(Perlu dibaca oleh ayah bunda yang selalu meminta anak yang lebih tua untuk mengalah)
Pukul 20 akhirnya bisa sampai rumah dengan selamat. Selepas diskusi tentang engasuhan di Lumajang. Gaza, mendengar suara rem motor saya. Dia teriak dari dalam rumah, "Ayah !" Dan untuk memastikan, di buka jendela rumah. "Ayah !" Teriaknya lagi.
Kusabut Gaza, dan kudengarkan ocehannya malam itu. Sepertinya dia bercerita tentang layang-layang yang dimainkannya siang tadi bersama abang-abangya. Senyum kecil dan kadang tertawa lebar abang-abangya mendengar Gaza bercerita. Lucu kata mereka, gaya Gaza bercerita memang asyik. Tangganya bergerak, bola matanya berputar dan sesekali ada hentakan suara entah dari mana dia belajar.
Cerita layang-layang ini mengingatkan saya tentang kejadian beberapa hari lalu ketika Qawwam menangis hebat hingga terisak isak dan banyak sekali air mata yang dikeluarkannya.
"Ayah, Gaza ini lho. Aku gak bisa main layang-layang. Dia gangguin terus. Dia rebut layang-layang yah. Ayah sini ! Lihat Gaza nih !" Teriak Qawwam sambil tangisnya meledak .
"Ada apa wam ?" Tanyaku
"Gaza ngeselin yah. Aku gak bisa sama sekali main layang-layang ."
"Itu layang-layang siapa wam ? "
"Ini punyaku. Gaza udah kukasi juga yah. Juga kukasi benangnya juga. Tapi tetap aja dia rebut punyaku !" Lanjut qawwam
Kupeluk Qawwam, "qawwam kesel banget ya ?"
"Iya, kesel "
Untuk beberapa saat kupeluk dia hingga sedikit reda tangisnya. Setelah itu, urusan dengan Gaza perlu segera diselesaikan.
"Ga, ini layang-layang siapa ?" Tanyaku sambil menunjuk layang-layang yang dipegang Qawwam.
"Punya Gaza yah " jawabnya
"Benar wam ?"
"Enggak yah. Ini punyaku. Punya Gaza yang di lantai itu yah " jawab qawwam
Lalu aku bicara lagi dengan Gaza, kali ini kurendahkan badanku hingga mataku dan mata Gaza sudah selevel. Kutatap matanya, "kata Abang qawwam, layang gaza yang itu, bukan yang ini. Jadi, layang-layang Gaza yang mana ?"
"Ini punya Gaza ." Jawabnya sambil menunjuk layang-layang di lantai yang memang miliknya. Dia menjawab dengan sedikit tertunduk dan suara lirih.
"Jadi, boleh tidak Gaza ambil layang-layang Abang ?"
"Gak boleh " jawab Gaza
"Abang sekarang nangis karena kesal dengan Gaza. Jadi, Gaza harus apa ?"
Kemudian Gaza, melangkah mendekati Abang, menjulurkan tangannya untuk meminta maaf dan mau memeluk abangnya. Tapi Abang Qawwam masih kesal, jadi uluran tangan dan pelukan itu dihindarinya. Qawwam paham bahwa Gaza masih kecil, jadi dia tak bisa lebih dari itu menyikapinya. Tangisannya itu tangisan yang menahan emosi.
"Abang Qawwam gak mau yah " kata Gaza .
"Iya, Abang Qawwam masih kesal dengan Gaza."
Memberi QAwwam waktu untuk melepaskan emosinya ,tidak memaksanya untuk menerima maaf dari Gaza itu adalah sebuah fitrah. Perlu waktu untuk mengelola emosi dan menerima maaf. Itu fitrah.
Membiarkan Gaza karena mengambil layang-layang dan memaksa qawwam untuk mengalah bukanlah sikap yang bijak. Karena Gaza akan merasa dilindung pada perbuatan salahnya dan Qawwam akan merasa ayahnya pilih kasih dan memanjakan Gaza.
Setiap perbuatan perlu tanggung jawab dan proporsional. Tak harus yang lebih tua mengalah pada adiknya.
12 Maret 2017
Kereta Probowangi
Bangil - Jember.
#BabahAca
* Qawwam menjelang 9 tahun
* Gaza menjelang 3 tahun
Komentar
Posting Komentar