Langsung ke konten utama

101. Pandemik, Menerima Kondisi (Acceptance) dan Inovasi



Kamis, 14 Mei 2020 adalah hari pertama saya memberikan kuliah tentang inovasi dalam pembelajaran di masa wabah pandemik covid19. Peserta dari Sumatera Barat hingga Maluku.

Kemarin adalah kuliah perdana dari 4 rangkaian yang sudah saya susun.

Di pertemuan perdana, saya tak ingin langsung masuk pada inovasi itu sendiri, baik pada tataran definisii ataupun teknis. Karena, menurut saya, tidak semua orang merasa perlu untuk melalukan inovasi, karena bagi sebagian, kondisinya malah tidak siap untuk inovasi. Bahkan jangankan memikirkan inovasi, tapi menjadi lebih mager (malas gerak) dalam hal apapun termasuk berpikir. Atau baper, dengan menyalahkan ini dan itu.

Tahun 1969, seorang ilmuwan bernama Kubler Ross, melakukan penelitian pada manusia yang mendapatkan berita buruk, atau mendapatkan kondisi yang buruk. Sama dengan kondisi yang kita alami sekarang ini. Situasi tidak nyaman yang membuat perasaan kita gelisah, bingung, cemas, marah dll.  Perasaan ini juga muncul pada peserta pelatihan yang saya beri pertanyaan melalui mentimeter.

Kembali lagi ke Kubler Ross, ada 5 tahapan dalam melalui kondisi berat atau buruk. Dari menyanggah (denial), marah , tawar menawar, depresi dan kemudian menerima (acceptance).  Masing-masing tahapan ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Misal. Di saat marah, yang dibutuhkan adalah bukan ceramah, tapi empati dari orang sekitar, kurang lebih seperti itu.

Saya tentu tak membahas satu persatu, tapi ingin menyampaikan bahwa orang yang berinovasi tidak mungkin pada posis denial hingga depresi, tapi pada posisi acceptance, menerima bahwa ini sekarang kondisinya berbeda. Orang yang sudah menerima kondisi akan move on dan mulai berpikir,
"Apa selanjutnya?"
"Harus melakukan apa ?"
dan pertanyaan2 lain yang berisi tentang kegelisahan untuk melakukan perubahan atau tindakan. Nah orang yang pada kondisi ini yang bisa kita ajak untuk diskusi ttg bagaimana untuk berinovasi. Tinggal kliknya aja, tapi gak tahu bagaimananya. Mereka sudah gelisah dengan pertanyaan dalam dirinya,berikan jalannya mereka kemudian akan melesat.
Ya mirip kondisi saya yang telentang di kamar RS sekarang, karena denial bahwa saya punya resiko tinggi utk diabets dan jantung.

Nah, masalahnya, tidak semua dalam tim pada kondisi yang sama. Inilah seninya. Bagaimana orang-orang yang sudah pada level lima ini bisa membantu anggota lainnya utk beranjak ke posisi yang sama. Dengan apa ? Salah satunya dengan empati.

Materi kedua insya Allah bada ied, semoga Allah masih beri kesempatan untuk berbagi.


ICCU RS Dorys (nginep di sini karena kamar rawat inap lain ditutup, hanya untuk Covid19), 15 Mei 2020

Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t