Langsung ke konten utama

104. Bunda, Aku Ingin Bunda (kerinduan seorang anak pada ibunya yang bertugas di RS)

Gaza : Bun bunda, 6 Juni ini kan aku 6 tahun. Bunda belum bisa ke sini ya?

Bunda : Belum Ga, tapi bunda kirimin kado lho

Gaza : Apa bun ?

Bunda : Mobil remote

Gaza : Aku maunya Kinderjoy aja

Bunda : Lho, kenapa?

Gaza : Iya, bunda biasanya beliin aku kinderjoy di Stasiun Gubeng

Ini adalah sekelumit dialog kerinduan Gaza pada bunda beberapa hari lalu, yang membuat leher saya merasa tercekik, sedih dan haru karena Gaza bisa asertif mengungkapkan perasaannya. 




Gaza memang berkali-kali menyatakan rindu sekali dengan Bunda. 

"Segini yah ." Begitu dia menunjukkan rindunya dengan meletakkan telapak tangan kiri di bawah perut dan telapak tangan kanan di atas kepala, hampi setiap malam menjelang tidurnya. Kadang ingin memeluk ayah sebelum tidur dan mengatakan, "Ayah, aku rindu bunda" dan kemudia dia tidur di tempatnya. 

Berkali-kali pula Gaza mengatakan, kapan corona selesai. Ingin sekali dia bertemu Bunda jika pandemik ini selesai. Kinderjoy adalah simbol kerinduannya. Bukan pada kinderjoy sebenarnya, tapi dari proses pembeliannya, proses pergi bersama bunda di stasiun Gubeng dan hal-hal bersama lainnya. 

Di sisi lain, berkali-kali pula Bunda mengunkapkan kerinduannya pada keluarga. Pada 3 orang anak yang sudah kembali ke Palangka Raya sejak Januari 2020, sedangkan Bunda berencana kembali setelah lulus dari kuliah spesialisnya bulan pertengahan 2020 atau akhir 2020, rencananya, sebelum adanya pandemik ini. 

"Aku rindu sekali ama anak-anak." 
"Hidupku hanya kos dan rumah sakit, ini pun jika diminta menangani pasien covid, bisa jadi akan diminta keluar kos oleh pemilik kos. Mereka khawatir. Aku paham sih kekhawatiran mereka."

Saya akhirnya memahami gregetannya pada petugas kesehatan pada masyarakat yang "cengkal". Dengan alasan melow, masyarakat kumpul-kumpul, kunjung sana, kunjung sini, shalat di majid dan ied tanpa protokol yang jelas, menuduh ini hanya konspirasi rumah sakit untuk memperkaya diri, jalan-jalan di mall, makan-makan di cafe dan kegiatan lain yang melanggar protokol covid19. Bahkan ada yang memalsukan surat dokter agar bisa pulang kampung.

Petugas kesehatan juga manusia, mereka bukan robot yang punya jiwa dan perasaan. Mereka bisa lelah dan burn out pada tugas-tugasnya.

Gaza dan bunda, mewakili banyak keluarga petugas kesehatan yang bertugas di RS menjadi garda 
terakhir covid19 ini. Garda terdepan harusnyalah masyarakat yang taat dan pemerintah yang tegas pada aturan. 

Malam ini, Gaza berkata, "Ayah, aku peluk ayah ya. . Aku mimpi bunda aja ya yah malam ini. Mimpi jalan-jalan dan beli kinderjoy. Ayah, aku ingin Bunda di sini"



Menteng - Palangka Raya, 1 Juni (menjelang ulang tahun Gaza) 2020


Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t