Lalu, oleh Siapa Mereka Dibina
Sering dalam perjalanan saya termenung dan berpikir, siapa yang akan memberikan kasih sayang dan rasa aman pada anak-anak yang dilabel sebagai anak nakal atau anak bermasalah.
Saya dan istri pernah menjadi konsultan di sekolah boarding, dan menyaksikan seorang aak akhirnya akan diputuskan untuk dikeluarkan karena poin pelanggarannya sudah melampaui batas. Saya sebenarnya kurang setuju dengan sistem ini, tapi kejadian itu ketika kami baru masuk ke sekolah boarding itu.
Di keputusan itu, saya memahami bahwa pengelola juga tidak mudah untuk mengambil keputusan itu. Pengelola pasti juga sudah berpikir panjang dampak pada santri lain, kekhawatiran mempengaruhi siswa lain, dianggap tidak tegas dan lain-lain. Saya juga memahami bahwa ada kekhawatiran karena lemahnya pengasuh dalam memberikan pengasuhan di sekolah. Mempertahankan beresiko, tapi mengeluarkan anak sebenarnya juga bukan solusi untuk kebaikan anak tersebut. Tidak ada jaminana bahwa mengeluarkan anak tersebut akan membuatnya lebih baik dibandingkan ketika dia masih bersekolah di tempat kita.
Anak-anak ini kadang dilahirkan di keluarga yang kurang beruntung. Bukan secara finansial, tapi dari kehangatan dan kasih sayang yang ada di dalamnya.
Seringnya pula, pelanggaran-pelanggaran dilakukn sebagai perlawanan karena menganggap dikirim ke boarding karena orang tua tidak sanggup mengasuh atau hal lainnya.
Keluarga yang kurang hangat dan kurang kasih sayang, dalam banyak penelitian dapat banyak menyebabkan masalah pada perilaku anak. Anak seperti ini harusnya mendapatkan rasa aman dan kasih sayang. Dan seringnya pula, kita di sekolah tak mampu memberikan itu bahkan mengeluarkannya. Bukan salah kita 100% memang.
Pendidikan harusnya membawa anak-anak itu dari kegelapan menuju cahaya. Dan itu kadang butuh waktu panjang dan kesabaran yang panjang. Sayangnya, kita (dan termasuk saya) tak sanggup berhadapan dengan waktu dan kesabaran itu. Lalu, jika kitapun akhirnya menyerah pada keadaan ini, lalu pada siapa mereka mendapatkan rasa aman dan kasih sayang ? Tentu rumput yang bergoyang karena hempasan kereta apipun tak mampu menjawabnya
KA Malabar Bandung - Ngawi, 20 Januari 2020
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
Sering dalam perjalanan saya termenung dan berpikir, siapa yang akan memberikan kasih sayang dan rasa aman pada anak-anak yang dilabel sebagai anak nakal atau anak bermasalah.
Saya dan istri pernah menjadi konsultan di sekolah boarding, dan menyaksikan seorang aak akhirnya akan diputuskan untuk dikeluarkan karena poin pelanggarannya sudah melampaui batas. Saya sebenarnya kurang setuju dengan sistem ini, tapi kejadian itu ketika kami baru masuk ke sekolah boarding itu.
Di keputusan itu, saya memahami bahwa pengelola juga tidak mudah untuk mengambil keputusan itu. Pengelola pasti juga sudah berpikir panjang dampak pada santri lain, kekhawatiran mempengaruhi siswa lain, dianggap tidak tegas dan lain-lain. Saya juga memahami bahwa ada kekhawatiran karena lemahnya pengasuh dalam memberikan pengasuhan di sekolah. Mempertahankan beresiko, tapi mengeluarkan anak sebenarnya juga bukan solusi untuk kebaikan anak tersebut. Tidak ada jaminana bahwa mengeluarkan anak tersebut akan membuatnya lebih baik dibandingkan ketika dia masih bersekolah di tempat kita.
Anak-anak ini kadang dilahirkan di keluarga yang kurang beruntung. Bukan secara finansial, tapi dari kehangatan dan kasih sayang yang ada di dalamnya.
Seringnya pula, pelanggaran-pelanggaran dilakukn sebagai perlawanan karena menganggap dikirim ke boarding karena orang tua tidak sanggup mengasuh atau hal lainnya.
Keluarga yang kurang hangat dan kurang kasih sayang, dalam banyak penelitian dapat banyak menyebabkan masalah pada perilaku anak. Anak seperti ini harusnya mendapatkan rasa aman dan kasih sayang. Dan seringnya pula, kita di sekolah tak mampu memberikan itu bahkan mengeluarkannya. Bukan salah kita 100% memang.
Pendidikan harusnya membawa anak-anak itu dari kegelapan menuju cahaya. Dan itu kadang butuh waktu panjang dan kesabaran yang panjang. Sayangnya, kita (dan termasuk saya) tak sanggup berhadapan dengan waktu dan kesabaran itu. Lalu, jika kitapun akhirnya menyerah pada keadaan ini, lalu pada siapa mereka mendapatkan rasa aman dan kasih sayang ? Tentu rumput yang bergoyang karena hempasan kereta apipun tak mampu menjawabnya
KA Malabar Bandung - Ngawi, 20 Januari 2020
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
Komentar
Posting Komentar