Langsung ke konten utama

106. Beli Topi Lagi

 "Buk, buk, tumbas " saya memangging-manggil penjual seragam sekolah Sumber Busana, yang jaraknya dari rumah kami sekitar 500 meter. Kami di Pandean, sedangkan Sumber Busana di Ledok Jagalan. Oh ya, ini bukan toko yang saya ketok, kalau toko Sumber Busana ada di pasar, tapi ini gudang pembuatannya yang menjadi satu dengan rumah pemiliknya. 

"Opo maneh ? Balak-balik ae, engkok jam 6 ae" 

Apalagi ? Bolak-balik aja, nanti aja jam 6 pagi, ini kurang lebih jawaban dari ibu tua yang ada di rumah itu.




Ya, bada shubuh sekitar jam 5 pagi saya datang ke rumah itu, mengetuk pintu bagian belakang rumah untuk membeli entah tu dasi, hasduk, topi merah putih atau aksesoris seragam lainnya. Dan mungkin yang membuat kesal penunggu gudang itu adalah saya datang jam 5 pagi dan bukan satu kali, tapi sebulan bisa lebih dari 1 kali datang ke rumah itu.

Entahalah, sering sekali di hari Senin saya kebingungan mencari entah itu topi merah putih, dasi atau kaos kaki putih. Padahal, saya merasa membawa pulang semua aksesoris itu dari sekolah. Sedangkan di hari Jumat, sering kehilangan hasduk (aksesori pramuka). Bukan sekali, tapi berkali-kali.

Nah ini bagian dari hidup saya di masa kecil selain Kisah Kemiri dan Ketumbar yang ada di cerita sebelumnya. Saya merasa ini bagian dari hidup saya, karena saya merasa sangat ingat bahwa setiap hari Senin shubug saya sudah mulai cemas, apakah aksesoris itu ada atau tidak. Oh ya, mengapa Senin ? Karena Senin adalah hari upacara yang semua aksesoris selalu diperiksa di lapangan upacara, dan sialnya, saya jga sering menjadi petugas upacara, sebagai pemimpin upacara. Tidak lucu bukan ketika pemimpin upacara tidak memakai topi atau dasi. 

Kehilanga topi dan aksesoris seragam bukanlah satu-satunya masalah saya. Tapi kehilangan buku catatan, atau lupa membawa buku ke sekolah adalah hal yang juga sering terjadi pada diri saya.

Jefri, adalah teman saya, anak kepala SDN sebelah yang sering saya datangi rumahnya di malam hari untuk meminjam catatannya untuk saya salin karena buku catatan saya hilang. Kehilangan buku catatan adalah mimpi buruh bagi generasi saya, karena catatan akan diperiksa oleh guru dan hukuman akan terjadi jika catatan kita tidak lengkap.

Jefri ingat betul kalau saya datang malam hari dengan becak ke rumahnya, "Mau pinjam catatan apalagi ? Matematika, PMP atau olahraga ?"

Entahlah mengapa saya seperti itu. Tapi, saya cukup beruntung karena hampir tidak pernah mendapatkan marah dan hukuman dari guru karena masalah-masalah ini. Selalu lolos dari masalah ini. Entah ketika topi tak ada, tidak ada pemeriksaan. Atau ketika catatan hilang, guru tidak jadi memeriksa atau kadang juga pernah ketahuan tidak membawa buku sama sekali di dalam tas, tapi kebetulan gurunya adalah pak Saiful, beliau adalah pengasuh saya ketika saya kecil dan menjadi guru ketika saya sudah SD. Pak Saiful mengganti tugas hari itu dengan menulis halus, yang buku tulisnya bisa saya beli di koperasi sekolah, sedangkan belajar yang menggunakan buku pelajaran ditiadakan dulu hari itu. Cukup beruntung bukan ?

Menteng-Jekan Raya, 13 September 2020


Rizqi Tajuddin

#BabahAca


Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t