Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

96. Lalu, darimana Mereka Mendapatkan Rasa Aman dan Kasih Sayang ?

Lalu, oleh Siapa Mereka Dibina Sering dalam perjalanan saya termenung dan berpikir, siapa yang akan memberikan kasih sayang dan rasa aman pada anak-anak yang dilabel sebagai anak nakal atau anak bermasalah. Saya dan istri pernah menjadi konsultan di sekolah boarding, dan menyaksikan seorang aak akhirnya akan diputuskan untuk dikeluarkan karena poin pelanggarannya sudah melampaui batas. Saya sebenarnya kurang setuju dengan sistem ini, tapi kejadian itu ketika kami baru masuk ke sekolah boarding itu. Di keputusan itu, saya memahami bahwa pengelola juga tidak mudah untuk mengambil keputusan itu. Pengelola pasti juga sudah berpikir panjang dampak pada santri lain, kekhawatiran mempengaruhi siswa lain, dianggap tidak tegas dan lain-lain. Saya juga memahami bahwa ada kekhawatiran karena lemahnya pengasuh dalam memberikan pengasuhan di sekolah. Mempertahankan beresiko, tapi mengeluarkan anak sebenarnya juga bukan solusi untuk kebaikan anak tersebut. Tidak ada jaminana bahwa mengeluarkan

95. Gaza dan Usia 3 Tahun

Gaza dan Usia 3 Tahun Di perjalanan dari masjid Al-Hidayah Bangil menuju rumah dengan sepeda motor grand 97, Gaza bercerita tentang keselnya dia dengan sepupunya yang bernama Qiram. "Aku males ke rumah Qiram. Odis, Eli, Dira juga males yah" kata Gaza sambil menyebut ketiga sepupunya dari Kalimantan. Qiram berusia 3 tahun. Menurut Gaza, sekarang Qiram gak asyik, karena sering melarang yang lain meminjam mainannya, atau bahkan sering mengatakan barang milik orang lain sebagai barang miliknya. "Ini punyaku." "Ojok. " "Punya Qiram ini," Begitu Gaza menirukan Qiram. Kadang, sambil berkata begitu, Qiram juga menyembunyikan mainam di belakang badanya. Khas anak usia 3 tahun. Kemudia, saya mengatakan bahwa semua anak usia 3 tahun seperti itu. "Waktu Gaza 3 tahun juga seperti itu, " kata Qawwam abang Gaza. . "Ketika ayah dan bang Qawwam usia 3 tahun, juga seperti itu," lanjut saya. Sambil menerawang matanya, terlihat dia

94. Takdir Bertemu Wong Apik (1)

Takdir Bertemu Wong Apik Pekan lalu, saya baru ingat bahwa ada postingan Pak Lukman tentang Konvensi Pendidikan Ojo Leren Dadi Wong Apik yang ke-9. Pertama, saya gak tahu kegiatan apa ini. Kedua, tapi saya penasaran dengan nama kegiatan ini. Lalu, segera saya coba kontak pak Lukman via messenger FB dan lanjut via WA. Sedikit dan minim info yang saya dapat. Setelah acara, pak Lukman meminta maaf ke seluruh peserta karena lambat respon dan menjawab seadanya, karena banyaknya wa yang masuk. He he he. Iso canthengen iki jal. Dari info yang sedikit itu, saya putuskan untuk coba beranikan diri untuk berangkat. Yang akhirnya membuat jadwal travel saya ubah dari Ponorogo ke Malang, jadi Ponorogo ke Blitar. Kebetulan tanggal 2-4 Januari saya mengisi pelatihan guru kelas di Ponorogo. Jadi, sambil menyelam, minum sirup marjan. Tanggal 5 pagi, saya sudah hadir di lokasi konvensi  Dan kopdar langsung dengan pak Lukman. Dan mendapat cerita bahwa ini adalah kegiatan dari, dan untuk semu