Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

73. Grand Parenting

Rizqi Tajuddin: Grand Parenting "Kalo ibu, terserah anak-anak ibu bagaimana mengasuh anak-anaknya. Ibu gak ikut campur, zamannya sudah beda" Begitu kata ibu kami ketika saya dan kakak-kakak sedang kumpul-kumpul di rumah Pandean Bangil. Entah ngomongin apa awalnya, tiba-tiba ibu bicara seperti itu. Kakak saya, Qaris Tajuddin, menambahkan, "Wah, ini namanya Grand Parenting" Ibu kemudian melanjutkan ceritanya, bahwa pernah ketika beliau tidur mendengar suara tangis Gaza (4 tahun) dan sepupunya Qiram (1,5 tahun) hingga membuat ibu terbangun dari tidurnya. Ibu khawatir terjadi apa-apa, karena mungkin tidak ada  orang dewasa di sekitarnya. Kemudian berjalan ke arah suara tangis itu. Dan, ternyata di sana ada Abi dan ummi qiram. Sedang mengambil video pertengkaran kedua anak itu. Ibu kemudian balik ke kamar dan tidur kembali. "Pasti kan Amin Lala membiarkan pertengkaran itu. Mungkin maksudnya agar anak-anak itu belajar berkonflik. Mencari penyelesaian tanpa ha

72. Toga di Sekolah. Esensi atau Asesoris ?

Arti kata, ejaan, dan contoh penggunaan kata "toga" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). to·ga n baju panjang (jubah) hitam, lengannya lebar sbg pakaian jabatan bagi guru besar, hakim, sarjana, dsb yg dipakainya pd saat tertentu _______________ Mungkin , para penggiat sekolah menggunakan celah dan sebagainya itu untuk menggunakan toga di saat kelulusan murid-murid di sekolahnya. Tapi saya tak tahu apa maksud penggunaan toga itu untuk kelulusan siswa sekolah. Apakah ada makna filosofisnya atau hanya sekedar meniru apa yang dilakukan di kampus. Meski di banyak negara juga tak menggunakan toga di saat kelulusan mahasiswanya. Lalu, apakah kelulusan menjadi tak bermakna tanpa penggunaan toga ini ? Saya yakin masih bisa dan banyak cara lain. Jika saya ditanya, apa sekolah saya akan membuat seperti ini ? Saya akan jawab tidak. Mengapa ? Karena bagi saya, toga bukanlah sesuatu yang esensi, dia hanyalah sebuah asesoris, dan saya akan menghindari asesoris yang

71. Do Your Best

Pernahkah kita mengatakan pada anak atau murid kita untuk melakukan yang terbaik ? Bahasa kerennya, "Do Your best !" Hampir semua kita mungkin pernah mengatakan itu. Sering pula kita mengatakan,"lakukan yang terbaik nak, ibu gak peduli hasilnya, yang penting kau mau mencoba melakukan itu." Ketika itu, kita sudah merasa menjadi guru dan orang tua yang terbaik untuk anak-anak kita. Kita merasa sudah memberikan motivsi yang tepat pada mereka. Dan memang itulah yang dinantikan seorang anak ketika akan mencoba melakukan sesuatu. Motivasi dari orang tua atau gurunya. Bukan pada capaian namun pada usaha yang dilakukan. Melihat proses (pekerjaan) sebenarnya adalah sebuah petunjuk yang Allah berikan pada manusia di dalam Quran. Bahwa Allah meminta kita untuk bekerja, dan yang akan dilihat adalah pekerjaan kita bukan hasil yang kerjakan. Karena hasil adalah urusan Tuhan. Namun sesungguhnya, proses yang baik tidak akan membohongi hasilnya. Dalam surat at-taubah 105, All

70. Kitalah Penentunya

Sering kita marah dan melampiaskan ketidakbahagiaan kita karena perilaku orang lain. Bisa suami/istri yang kita salahkan. Atau pengendara di jalan, anak kita, atasan kita, bawahan kita atau bahkan tak jarang kita menyalahkan keadaan yang ada. "Gara-gara bos bikin aturan baru, gue jadi ilfil" "Ah, pegawai payah, bikin hariku buruk aja" Begitulah kira-kira kalimat yang kita lampiaskan. Jadi, seakan keadaan eksternal lah yang menyebabkan kondisi kita baik atau buruk. Memang benar, sebagian dari keadaan eksternal yang mempengaruhi keadaan diri kita. Tapi kita perlu ingat bahwa kitalah yang menentukan akan kita jadikan apa keadaan dari luar itu. Jika ditanya, di mana letak bahagia ? Kita pasti akan menunjuk dada kita. Karena memang, di dalam dirilah letak kebahagiaan itu. Bukan di luar diri kita. Keadaan dari luar memang akan mempengaruhi, bahkan kadang akan membuat kita jatuh dan patah. Tapi, kitalah yang kemudian menentukan berapa lama keadaan itu mempengaruhi

69. Eksplorasi, bukan Eksploitasi

Dua kata ini jauh berbeda maknanya. Apalagi jika dikaitkan dengan pendidikan atau anak. Eksplorasi maknanya positif sedangkan eksploitasi punya makna yang lebih negatif. Eksplorasi berkesan menumbuhkan potensi yang ada dalam diri anak. Sedangkan eksploitasi cenderung dianggap memanfaatkan potensi anak bukan untuk kepentingan anak itu sendiri. Dua kata yang jauh berbeda maknanya ini, kadang di lapangan menjadi tipis sekali bedanya. Seringnya kita anggap sebagai eksplorasi anak, padahal kenyataanya cenderung mengeksploitasi. Saya ambil contoh kasus agar kita mudah memahaminya. Anak, baik usia dini maupun usia di atasnya, punya kebutuhan akan inderanya, tubuhnya dan akalnya. Di usia pertumbuhannya, semua aspek itu perlu diberi fasilitas agar bisa dieksplorasi. Misal kebutuhan anak untuk mengeksplore lingkungan, eksplore bakatnya atau eksplore lain yang dibutuhkan oleh dirinya. Di saat eksplore ini, sering kali orang tua melihat sang anak memiliki kecenderungan atau bisa j

68. Surat Terbuka untuk Prof Muhajir, Menteri Pendidikan Republik Indonesia (Tentang rencana menjadikan nilai uN sebagai standar kelulusan )

Assalamualaikum.. Alhamdulillah puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan banyak anugerah pada kita. Shalawat serta salam pada junjungan kita nabi Muhammad Saw yang telah mengajarkan pada kita bahwa proses itu adalah pondasi dalam pengasuhan. Profesor yang saya hormati. Perkenalkan, saya Rizqi Tajuddin, seorang kepala Sekolah di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya , semoga prof tahu kota ini terletak di propinsi mana. Saya juga membantu sekolah-sekolah lain di Indonesia dalam peningkatan pemahaman guru dan orang tua tentang pengasuhan dan pendidikan. Sabtu tanggal 5 Mei 2018 saya membaca berita di media massa bahwa ada rencana akan mengembalikan nilai ujian nasional sebagai syarat kelulusan. Alasan yang dikemukakan adalah karena anjloknya nilai ujian siswa-siswa seluruh Indonesia. Ada asumsi bahwa jebloknya nilai itu karena siswa tidak ada kesungguhan untuk belajar karena nilai sudah tidak menentukan kelulusan lagi. Prof Muhajir yang saya hormati, saya tidak ingin