Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

21. Memilih Anak itu Bukan Hal yang Mudah (Serial PMB)

Penerimaan murid tahun 2015/2016 di bulan Januari 2015 ini kami rasakan paling berat. Kami memutuskan tahun ini tidak menerima anak-anak berkebutuhan khusus, baik yang membutuhkan perlakuan khusus yang mudah ataupun berat, ataupun yang belum matang secara psikologis. Keputusan ini kami ambil bukan karena kami ingin memilih anak-anak yang matang dan siap masuk SD saja, tapi karena memang keterbatasan kami tahun ini. Ada 29 anak dari 172 anak (PG - SMP) yang membutuhkan perlakuan khusus, dan belum semua kami tangani secara optimal. Kami hanya memiliki 1 tenaga sarjana psikologi, ada juga 1 okupasi terapi dan istri saya yang dokter kadang menjadi tempat diskusi tentang anak-anak yang perlu dibantu. Guru yang lain, meski berpengalaman tapi bukan berlatar belakang medis/psikologis. Selain itu juga, kami kesulitan mencari tenaga untuk guru pendamping bagi anak-anak yang memerlukan guru pendamping. Berat bagi panitia, berat juga bagi Bu Ery dan Bu Leni sebagai psikolog. Karena, menolak anak

20. 4 Ribu : Cerdik atau Licik ?

Siang tadi selepas sekolah, Bunda  tertawa terkekeh kekeh. Sebaliknya, Qawam tertunduk sambil senyum2 simpul. Ayah bertanya, "Ada apa wam senyum2 ?" Qawam menyahut,"jangan ceritain ya bun, jangan ya bun" Sambil tertawa bunda berkata, "Nanti aja kuceritain." Sore hari, ketika dalam perjalanan ke tempat dinas bunda di RSJ Kalawa Atei, bunda bercerita.. Bahwa tadi qawam dapat uang 4 ribu hasil jualan daun singkong  yg tumbuh liar di halaman sekolah.. Begini kurang lebih dialog antara Qawam n Bunda... Qawam : bun, aq dapat uang 4 ribu. Bunda : dari mana kamu dapat uang itu wam ? Q : jualan B : jualan apa ? Q : jualan daun singkong bun. B : daun singkong ? Q : iya, daun singkong yg ada di halaman sekolah itu lho yg kujual B : ntar ntar.. Gmn ceritanya wam. Q : gini lo, aku kan lht fati dapat uang banyak dari jualan kartu. Nah terus aku mikir gmn aku juga bisa punya uang. Nah aku punya ide bun, p dudut kan pernah bikin mainan dari daun pepaya, nah a

19. Sebuah Pilihan Berat (kisah 2 tahun lalu yang baru bisa saya ceritakan) : Tsaura 1

Sudah dua pekan Tsaura dirawat di ruang ICU Anak Rumah Sakit Dr Soetomo, Surabaya. Malam itu, akhir Februari 2013, istri saya Frida Ayu berdiskusi dengan dokter PPDS (program pendidikan dokter spesialis) anak yang menangani putri kami yang berumur sebelas bulan itu. (Memang, sejak awal masuk rumah sakit di Palangka hingga di RS Soetomo Surabaya, diagnosa penyakit anak saya belum juga tegak. Awal dicurigai GBS (Gullian Bare Syndrome) kemudian hasil MRI menunjukkan lain, dua dokter berbeda pendapat dalam hasil MRI tersebut. Ada yang menyimpulkan kanker di tulang belakang, ada juga yang mengatakan radang otak.) Dalam diskusi tersebut, dr As (dokter yang menangani Tsaura sejak awal) menyampaikan bahwa dari hasil MRI terakhir terlihat ada kerusakan di otak bagian pendengaran, mata, dan oral. Mungkin inilah mengapa pada satu hari sebelum MRI terakhir, Tsaura koma dan ada pembengkakan di kepala bagian depan. Saya mendapat penjelasan dari Ayu bahwa pembengkakan ini akan memba

18. Wajah Ceria di Pagi Hari

Pagi ini saya mencoba lagi duduk bersama anak-anak Sahabat Alam , berbincang, bercanda, bercerita dan kegitan lain yang menyenangkan. Tak lama saya duduk di tempat nongkrong anak-anak biasa duduk selepas mereka melaksanakan kegiatan pagi. Ada beberapa tempat favorit memang yang biasa mereka jadikan tempat nongkrong.  Hanya beberapa menit saja.Namun banyak hal yang saya dapat di sana. Cerita lucu tentang anak yang katanya ibunya baru saja keguguran tapi ayahnya gak tahu, anak-anak yang jualan coklat, jualan pensil yang dihias, melihat mereka becanda sambil bersepeda. Ada juga anak-anak yang bertanya apakah rambutan yang sudah mulai ranum itu sudah boleh dipetik. Ketika saya beri kode ok, wajah ceria nampak dari wajah mereka dan segera menuju pohon rambutan. Yang bisa saya rasakan pagi ini adalah energi positif yang mengalir dari wajah-wajah mereka. Hampir semua anak di Sahabat Alam pagi ini, dan mungkin juga di hari-hari yang lain, terlihat seperti ini. Senyum mengembang, ceria, enak d