Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

46. Bunda, Aku Ingin Menikah Lebih dari 1 Istri

Malam itu, seperti malam-malam biasanya di Surabaya ketika bulan Oktober. Panas, bahkan kipas angin seakan hanya memutar udara panas yang ada di ruang keluarga rumah kontrakan di Kedung Tarukan Surabaya. Tak perlu olahraga berat untuk berkeringat. Tidurpun satu keluarga ini berkeringat. Di saat merasakan udara yang tak pernah dirasakan di Palangka Raya, Frida melihat anak keduanya yang berusia 7 tahun sedang mendongakkan kepalanya, melihat langit-langit rumah. Tampak termenung dan sepertinya ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Memang, Qawam ini unik. Sering termenung dan memikirkan sesuatu. Jikapun ditanya, biasanya jawabannya pun di luar mainstream. Idenya, lintasan pikirannya kadang menggoda ayah bundanya untuk tertawa renyah. “Qawwam, ada apa nak, kok lihat atap rumah ? Ada yang dipikirkan ? “ tanya bunda Qawam penasaran. “Ada sich bun “ jawab Qawam dengan memutar bola matanya dan tetap mendongakkan kepala ke arah langit-langit rumah. “Gini bun. Kalau menurut bunda bagaiama

45. Membangun Perpustakaan Sekolah

Hal pertama yang terbersit di benak Rizqi adalah, di mana harus mengatur letak perpustakaan ketika Pak Haji Yani mengajak keliling ke lokasi tanah yang akan dipinjamkan untuk Sekolah Sahabat Alam. Lahan berupa tanah kosong yang banyak ditumbuhi ilalang dan beberapa pohon ketapang ini memang  cocok untuk dijadikan lahan sekolah. Ada bangunan berupa rumah kayu tua berukuran 8 x 20 m, luas tanah 30 x 300 mter dan terletak tepat di pinggir jalan besar. Namun, dengan dana sangat terbatas, tak mungkin membuat ruangan baru untuk perpustakaan. Sering ada pertanyaan baik dari donatur atau wali murid, mengapa Rizqi seakan ngotot harus ada ruangan untuk perpustakan di Sekolah Sahabat Alam. Rizqi hanya menjawab singkat,”Semua peradaban besar dunia, selalu menjadikan perpustakaan sebagai salah satu pusat pengembangan peradaban.” Ya, memang benar. Coba saja kita lihat, dari peradaban Yunani, Romawi, India, China, Islam hingga peradaban modern sekarang, saling “mencuri” ilmu dari penerjemahan buku

44. Ruang Kelas itu Sederhana

Seorang ayah muda bersama istrinya datang pagi ini ke sekolah  yang sederhana. Duduk di sofa ruang tamu sekolah yang jauh dari kesan mewah.  Ruang tamu yang hanya bersekat almari tua dengan ruang Tata Usaha dan Ruang kepala sekolah. Sofa berwarna hitam mungkin itulah satu-satunya barang mewah di sekolah ini, dan itupun pemberian dari seorang jamaah pengajian pembina Yayasan. Beliau memberikan sofa ini karena akan pindah ke Pulau Jawa bulan ini. Dari tampilan kedua orang tua ini, terlihat bahwa mereka adalah salah satu kelas menengah di kota ini. Baju yang necis, kendaraan MPV, HP android bermerk dan sang ayah menjinjing tas yang sepertinya tas notebook. Sudah sekitar 5 menit mereka menunggu kepala sekolah ini. Sang kepala sekolah seperti biasa, di pagi hari akan keliling ke pojok-pojok kegiatan pagi yang rutin dilaksanakan di sekolah ini. Setelah meminta maaf karena membuat pasangan ini menunggu, sang kepala sekolah memulai pembicaraan. “Ada yang bisa saya bantu pak ?” tanya k

43. Qassam, prekoks 2015 (bingung kasi judulnya)

"Untuk apa lagi aku ke dokter ? Dokter apa bunda ?"  Pertanyaan dari Qassam ini muncul ketika kami sampaikan bahwa pekan depan Qassam akan kami bawa ke dokter bedah saraf anak di Graha Amerta RS Dr Soetomo Surabaya. Ya, Qassam akan kami konsulkan ke dokter bedah saraf atas saran dokter anak endokrin di Soetomo. Sejak 2010 Qassam kami mulai tahu bahwa ada yang berbeda dari pertumbuhan Qassam. Qassam menderita kelaianan hormonal yang disebut prekoks pubertas, atau disebut juga pubertas dini karena adanya "sesuatu" di otaknya. Agustus 2015 Qassam sudah 6 kali menjalankan pemeriksaan dengan MRI. Dan karena hasil MRI terakhir ini, dokter anak memutuskan agar kami konsul ke dokter bedah saraf. Di MRI terakhir ini, semakin jelas adanya pembesaran di sekitar kelenjar hipofisenya (kelenjar yang mengontrol hormon pertumbuhan). Dan menurut beliau, perlu adanya tindakan dari dokter bedah saraf.  Setelah janji melalui whatsapp, kami bertemu dengan dokter bedah saraf di Graha A