Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

54. Ayaaaah, Tanganku Patah

Peristiwa apapun seharusnya bisa kita jadikan kesempatan emas bagi kita untuk memasukkan nilai-nilai pada anak-anak. Termasuk ketika kita melihat anak kita sakit atau musibah lainnya. Seperti siang ini, ketika mendengar bahwa Qawwam terplintir tangannya dan dia menangis kesakitan ketika pulang sekolah. Saya berusaha untuk tenang dan tidak menambah kepanikan yang dideritanya Usia Qawwam yang sudah 8 tahun, usia yang seharusnya anak sudah mulai kita ajarkan tentang logika, sebab akibat dan bagaimana bersikap ketika tertimpa musibah. Meski kita tetap menunjukkan empati pada sakit yang dideritanya, dan hal itulah yang pertama bisa kita lakukan. "Sakit ya wam, bagian mana yang sakit wam ?" Itu yang bisa kita lakukan pertama ketika melihat si anak kesakitan. Tak perlu kritikan atas kejadian yang menimpanya, karena bukan itu yang diperlukan baginya saat ini. Kritikan hanya akan menambah luka dalam hatinya. Setelah melihat kondisinya tangannya yang agak miring dan ada sedikit mema

53. Bagaimana Anak akan Belajar jika Bemain Terus

Seorang ayah bertanya pada saya beberapa hari lalu.  "Aq mau tanya, kan katanya anak itu dunianya bermain, lha terus gimana cara yg pas buat merangsang untuk belajar...?" Jawaban saya Pertama saya akan menjelaskan tentang kebutuhan pokok anak. Kebutuhan pokok anak adalah kebutuhan yang diperlukan anak agar bertahan hidup dan tumbuh serta berkembang menjadi manusia yang utuh. Tumbuh itu maksudnya, bertambah fisiknya sesuai dengan tahapan yang seharusnya. Sedangkan berkembang, lebih pada makna psikologis atau jiwanya. Menurut beberapa referensi, kebutuhan pokok anak meliputi tiga bagian, yakni kebutuhan pokok akan fisik, psikologis dan pembelajaran. Kebutuhan adalah fitrah anak dan hak anak. Saya akan memberikan ilustrasi tentang ini. Salah satu yang mudah digambarkan adalah tentang kebutuhan akan makan. Bagi anak yang normal, ketika lapar dia akan menampakkan reaksi baik berupa tangisan, menunjuk piring, atau ketika sudah bisa bicara anak akan  meminta makan pada oran

52. Mengasuh Anak Generasi Z

Salah satu kewajiban dari seorang ayah dan bunda adalah mengasuh anak-anaknya. Banyak sekali ayat dan hadist yang memerintahkan seorang ayah dan bunda mengasuh anaknya dengan pengasuhan yang patut. Dalam Quran, ada 17 ayat yang mengisahkan dialog antara anak dan ortu, 14 nya adalah dialog antara anak dan ayah. Menurut Buku Tarbiyatul Aulad fil Islam karya Dr Abdullah Nasih Ulwan, setidaknya ada 7 hal yang menjadi tanggung jawab seorang ayah dan bunda dalam mengasuh anak-anaknya. Ketujuh hal itu adalah tanggung jawab pendidikan iman, pendidikan akhlaq, pendidika fisik, pendidikan intelektual, pendidikan psikis, pendidikan hubungan sosial dan yang terakhir adalah pendidikan seksualitas. Ketujuh tanggung jawab adalah bagian dari jasad, akal dan ruh. Jadi, mengasuh anak sebenarnya haruslah meliputi ketiga hal itu secara seimbang. Akalnya diisi, hatinya disentuh dan fisiknya dilatih. Anak yang tumbuh dengan ketiga hal ini akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang matan