Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

56. Full Day School, Jika Tetap Dilaksanakan

Sejak hari pertama dilantik sebagai Mendikbud, Prof Muhajir langsung menggebrak gelanggang pendidikan di Indonesia. Gebrakan pertamanya adalah wacana tentang Full Day School (selanjutnya : FDS) akan diterapkan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Pro dan kontra muncul, karena memang sudah lama ada kubu yang berbeda dalam memandang FDS ini. Satu menganggap bahwa FDS ini menjauhkan peran ortu dan masyarakat pada anak, satu lagi menganggap ini adalah kebutuhan di era banyaknya orang tua yang bekerja. Di sini saya tak akan membahas tentang pro kontra itu. Karena pasti akan dianggap konflik interest, karena memang saya sejak awal tak setuju FDS ini diterapkan di sekolah-sekolah yang saya bina. Jadi, ketika ada wacana ini akan diterapkan di seluruh sekolah, saya sedikit meradang mendengarnya. Tapi, dengan desakan kubu anti FDS, berita itu diralat. Bahwa hanya diterapkan di sekolah-sekolah yang mau dan mampu. Bukankah ini sudah berlangsung sejak lama ? Di tulisan saya yang si

55. Awas Pak, itu di Celana .....

Plek... terdengar suara khas di tengah kerumunan peserta workshop menulis pagi ini. Kemudian, tanpa dikomando, satu per satu peserta berdiri sambil mengibas-ngibaskan tangan ke celana dan baju. Berdiri bergiliran mirip suporter bola yang sedang membuat gelombang manusia, meski agak tak beraturan. Beberapa terlihat merasa jijik atau bahkan ketakutan, sambil berdiri dan menghindar dari benda yang berbunyi plek tadi. Bukan hanya ibu-ibu, bapak-bapak pun terlihat heboh. Entah jijik, atau memang takut dengan binatang ini. Tapi terlihat dari wajah mereka sebagian yang memerah dan terkejut.   "Aduh," kata seorang peserta yang tangannya terinjak oleh peserta lain yang menghindar dari kejaran makhluk kecil ini. "Awas Pak, itu di celana Bapak," kata seorang peserta lainnya. Brak... Brak.... terdengar suara kayu karena seorang bapak melompat-lompat di atas lantai kayu aula tempat workshop menulis. "Wah, heboh juga ya," kata Qaris Tajuddin, pemateri works