Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

29. Anak-anak Surga

"Jangan kejar Sob, jangan. Biarin aja. " teriak Denting dan beberapa temannya melihat Sobri mengejar Fadil. "Emang kenapa Sobri ngejar Fadil ?" tanya seorang teman pada Denting. "Fadil ngolok-ngolok Sobri, dia marah. Dia kejar Fadil. Sepertinya mau berkelahi." tegas Denting pada temannya Saya melihat dari kejauhan. Melihat beberapa teman-teman kecil menghalau Sobri agar tak mengejar Fadil. Sedangkan Fadil lari menuju kelas dan bersembunyi di bawah meja kelas. Sobri gagal dihalau oleh teman-temannya, dan berhasil masuk ke dalam kelas. Dia kejar Fadil dan hampir saja meraih badan Fadil, untungnya Fadil cepat berkelit dan kabur lagi keluar kelas. Dan, untuk yang kedua kali, teman-teman Fadil menghalangi Sobri agar tak mengejar Fadil. Kali ini mereka berhasil menghalangi Sobri. Dan pertumpahan darah perang saudara di kelas 2 tak terjadi. Luar biasa saya melihat usaha anak-anak kelas 2 ini. Saya juga melihat Putera dengan bicara terbata-bata mengatakan, &q

28. Mencintai bukan Berarti Memiliki (bukan status galau yaaa)

Shubuh yang dingin di pertengahan bulan Februari saya mendapatkan broadcast pesan dari seorang teman. Tentang acara di pameran yang akan dilakukan oleh Komunitas Pecinta Reptil di sebuah kota. Saya langsung teringat percakapan antara saya dan paman saya KH Hud Abdullah Musa - seorang ulama kharimastik dari Pesantren Persatuan Islam Bangil - tentang hewan peliharaan. "Bagus mamu, jika kita bisa punya burung seindah itu, akan ada yang menyapa kita di pagi hari dengan suaranya yang merdu dan warnanya yang indah." kata saya sambil membuka obrolan. - Mamu = paman - . "Tapi, burung itu berhak terbang bebas ki ." jawab paman saya "Tapi kan kita beri dia sangkar yang indah dan makanan yang bergizi. Apa salahnya ?" saya menyanggah pernyatan beliau "Sekarang begini, mamu akan bikinkan Kiki rumah yang indah, dan akan disediakan makanan dan minuman yang enak-enak, mainan yang bagus. Tapi ada syaratnya." jawab paman saya. " Apa syaratnya ?" ta

27. Konsistensi di Keluarga Besar

Konsisten di depan Nenek & Kakek @rizqitajuddin & fridaayu LEMBAGA PENGASUHAN SAHABAT TSAURA Di Indonesia keluarga besar adalah bagian dari kehidupan kita. Ayah dan ibu kita atau bahkan paman dan bibi kita ikut terlibat dalam hal-hal yang sifatnya harusnya diselesaikan di keluarga inti. Tentang pengasuhan, kadang keluarga besar juga ikut terlibat dalam pengasuhan. Segan dan rasa gak enak kadang membuat kita tak bisa berbuat apa-apa pada pengasuhan anak kita. Baik, saya akan cerita sedikit tentang 2 orang ayah. Ayah & Bunda pertama : Ayah ini Jumat-Ahad masih sering berkunjung ke keluarga besarnya. Beliau punya aturan, anak-anaknya boleh makan permen/coklat hanya ketika hari Ahad saja. Dia bangun kesadaran anaknya di rumah intinya. Dialog bersama anaknya bahwa aturan itu adalah aturan bersama. Ketika datang ke rumah kelg besar, sang anak kadang diberi oleh kelg yang lain permen atau bahkan melihat sepupu2nya makan permen/coklat selain h

22. Kita Membunuh Anak-anak Kita di Sekolah yang Kita Bikin

Kata-kata ini terus teringiang-ngiang di telinga saya. Kata-kata dari seorang tokoh ayah nasional. "Rizqi, kita telah membunuh anak-anak kita di sekolah-sekolah yang kita bikin sendiri !" "Apa maksud bapak ?" jawab saya. Kemudian berceritalah tokoh tersebut pada saya tentang yang terjadi di sekolah-sekolah sekarang.

26. Mundur sebagai PNS ...

Suatu malam pada September 2010 saya menghadiri acara musyawarah sebuah ormas. Saya duduk sambil memangku anak kedua saya, Qawwam, yang saat itu baru berusia dua tahun. Di dekat saya duduk juga Pak Irwan Rinaldi yang jauh-jauh kami datangkan dari Depok, Jawa Barat, ke Palangkara, Kalimantan Tengah, untuk mengisi acara malam ini. Pak Irwan adalah seoarang tokoh ayah nasional. Ia punya kepedulian yang amat besar pada peran ayah dalam mendidik anak-anak. Satu persatu tamu undangan berdatangan. Beberapa di antaranya adalah walimurid Sahabat Alam, sekolah yang kami dirikan sejak Mei 2010. Saat itu Sekolah Sahabat Alam baru memiliki 22 murid. Sekolah sederhana ini adalah alasan kami—saya dan keluarga—pindah ke Kalimantan. Bukan sekolah swasta mewah yang memiliki investor berlimpah. Meski demikian, sekolah ini disokong oleh orang-orang  yang ikhlas. Ada yang meminjamkan tanahnya, menyumbang kayu untuk bangunan sekolah, dan lain sebagainya. "Ini Haji Imuh, Pak. Beliau wa

25. "Pak, samplenya hilang " (tsaura 2)

Sejak Rabu malam tanggal 27 Februari 2013 kondisi Tsaura sudah mulai tak sadarkan diri, Koma mungkin. Perih rasanya melihat kondisi Tsaura saat itu. Tak ada yang bisa kami perbuat selain berdoa dan mempercayakan sepenuhnya pada tindakan yang dilakukan oleh para dokter dan petugas medis lainnya. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Setiap waktu shalat kami selalu meluangkan waktu berdoa untuk kebaikan Tsaura, jika memang kematian lebih baik dari hidupnya segeralah cabut ruhnya, namun jika kehidupannya memang akan lebih baik segeralah sembuhkan Tsaura. Kamis pagi, seusai shalat shubuh di masjid RS Soetomo saya beli sarapan pagi di sekitaran rumah sakit. Sarapan pagi untuk saya dan istri. Dan biasanya saya antar makanan itu ke ruangan di mana Tsaura dirawat, istri menjaga Tsaura di sana. Dan biasanya kami akan berbincang tentang apa saja, karena hanya waktu-waktu itulah saya bisa berinteraksi dengan istri. Karena memang Tsaura dirawat di ruangan yang tak semua orang boleh dengan mudah kelu

23. Festival Anak 2015 (cerita kedua)

Di tulisan sebelumnya, saya menceritakan luar biasanya acara Festival Anak 2015. Dari tampilan, MC, hingga permainan-permainannya. Secara keseluruhan konsepnya luar biasa. Ada satu bagian yang belum terkelola. Jika di acara-acara Sahabat Alam baik acara di sekolah maupun di luar sekolah, kami selalu menempatkan penampungan-penampungan sampah, bisa berupa plastik sampah ataupun kardus bekas. Kemarin saya tak melihat itu ada di area festival. Melihat itu, saya bersama guru dan beberapa murid-murid sahabat alam berinisiatif untuk berkeliling area untuk mengumpulkan sampah. Tujuan pertama kami adalah meminta pada panitia plastik sampah yang ada di meja panitia. Dengan plastik itu, kami berkeliling memungut sampah-sampah plastik, sampah sisa makanan yang ada di area festival. Sekitar 20-30 menit kami berkeliling, baru kemudian ada himbauan dari MC yang mengatakan agar para peserta memungut sampah yang ada. Panitia menyediakan plastik sampah kecil. Setiap peserta uang memungut akan men

22. Semua Bahagia di Festival Anak 2015 (cerita pertama)

Ketika sedang membereskan stan pasca festival, seseorang mendekati saya. "Maaf pak, bisa ganggu waktunya?" tanya orang tersebut. "Boleh. Maaf bapak siapa ?" jawab saya. "Saya dari Kalteng Pos pak." "oh ya pak silahkan." "Apa pendapat bapak tentang acara Festival anak 2015 ini ?" pertanyaan pertama dari wartawan tersebut. "Saya rasa, Festival ini acara terbaik untuk anak-anak yang ada di Kalimantan Tengah. Coba bapak lihat, wajah anak ceria dan tersenyum. Tidak ada lomba-lomba yang membuat anak tertekan, semua anak boleh mencoba semua permaianan yang ada di sini. Inting (engklek), gasing, lompat tali, terompah,  menyusun karton bekas, mencoret dan berbagai macam kegiatan lain, bla bla bla .... " lanjut saya Saya sedang tidak membual atau lip service saja, tapi ini memang harus saya akui bahwa acara Festival Anak yang digagas Bu Selvie adalah acara terbaik yang ada di Kalimantan Tengah. Tak ada anak menangis karena kala