Langsung ke konten utama

23. Festival Anak 2015 (cerita kedua)

Di tulisan sebelumnya, saya menceritakan luar biasanya acara Festival Anak 2015. Dari tampilan, MC, hingga permainan-permainannya. Secara keseluruhan konsepnya luar biasa.
Ada satu bagian yang belum terkelola. Jika di acara-acara Sahabat Alam baik acara di sekolah maupun di luar sekolah, kami selalu menempatkan penampungan-penampungan sampah, bisa berupa plastik sampah ataupun kardus bekas.
Kemarin saya tak melihat itu ada di area festival.
Melihat itu, saya bersama guru dan beberapa murid-murid sahabat alam berinisiatif untuk berkeliling area untuk mengumpulkan sampah.
Tujuan pertama kami adalah meminta pada panitia plastik sampah yang ada di meja panitia. Dengan plastik itu, kami berkeliling memungut sampah-sampah plastik, sampah sisa makanan yang ada di area festival.
Sekitar 20-30 menit kami berkeliling, baru kemudian ada himbauan dari MC yang mengatakan agar para peserta memungut sampah yang ada. Panitia menyediakan plastik sampah kecil. Setiap peserta uang memungut akan mendapatkan hadiah. Saya melihat anak-anak sahabat alam tidak terpengaruh dengan hadiah itu, mereka terus saja berkeliling meski kemudian ada beberapa anak dari sekolah lain yang sudah mengumpulkan sampah dan menyerahkan ke panitia.
Kegiatan operasi semut ini sudah bisa dilakukan oleh murid-murid sahabat alam. Jadi, tanpa hadiah pun mereka merasa ini sudah bagian dari hidup mereka.
Selelah dirasa sudah jauh lebih bersih, anak-anak mengantar plastik sampah ke panitia festival. Ada sedikit ketidaknyamanan ketika salah seorang MC mengatakan, "Ayo, sampahnya ambilnya jangan dari tempat sampah."
Mendengar ini, saya sebagai kepala sekolah dan beberapa walimurid cuma bisa geleng-geleng saja, apakah MC merasa anak-anak mengambil di tempat sampah ? Padahal tak ada tempat sampah yang disediakan. Dan jika itu maksudnya bercanda, bukan pada tempatnya karena bagi anak yang sudah mengumpulkan, hal itu akan membuatnya merasa tak dihargai.
Untunglah, setelah disampaikan oleh wali murid sahabat alam bahwa itu hasil dari anak-anak mengumpulkan dan berinisiatif sebelum panitia mengumumkan, MC meralat dan bahkan mengapresiasi apa yang dilakukan oleh anak-anak Sahabat Alam, bahkan meminta anak-anak Sahabat Alam untuk dapat menjadi contoh bagi anak-anak yang lain.
Untuk panitia Festival Anak 2015, Insya Allah tahun depan Sahabat Alam akan ada tim Khusus Operasi Semut dengan tampilan yang berbeda.
Kami siap dukung acara ini tahun depan





Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t