Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Sering kita mendengar kata-kata magic ini. Perubahan adalah bagian dari kehidupan memang. Punahnya hewan yang ada di alam ini adalah karena hewan tersebut tidak bisa melakukan perubahan di kondisi yang ada. Dan memang itulah fitrah mereka. Sedangkan kita, manusia, adalah makhluk yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan. Manusia diberi akal untuk itu. Nah, tapi kita juga sering melihat perusahaan atau usaha akhirnya gagal beradaptasi dan akhirnya gagal pula melanjutkan kiprahnya.Namun, ada juga usaha yang sudah berusia ratusan tahun, tapi kita melihat masih eksis dan terlihat masih menggunakan model aslinya. Tapi benarkah tidak ada perubahan sama sekali sehingga usaha tersebut bisa bertahan ? Ternyata tidak juga, Mereka tetap melakukan inovasi, meski kadang inovasinya bukan di produknya, tapi bisa jadi di marketingnya, kemasannya, manajemennya dan hal-hal lainnya. Saya ambil contoh Montessori, mereka menggunakan kurikulum yan
"Buk, buk, tumbas " saya memangging-manggil penjual seragam sekolah Sumber Busana, yang jaraknya dari rumah kami sekitar 500 meter. Kami di Pandean, sedangkan Sumber Busana di Ledok Jagalan. Oh ya, ini bukan toko yang saya ketok, kalau toko Sumber Busana ada di pasar, tapi ini gudang pembuatannya yang menjadi satu dengan rumah pemiliknya. "Opo maneh ? Balak-balik ae, engkok jam 6 ae" Apalagi ? Bolak-balik aja, nanti aja jam 6 pagi, ini kurang lebih jawaban dari ibu tua yang ada di rumah itu. Ya, bada shubuh sekitar jam 5 pagi saya datang ke rumah itu, mengetuk pintu bagian belakang rumah untuk membeli entah tu dasi, hasduk, topi merah putih atau aksesoris seragam lainnya. Dan mungkin yang membuat kesal penunggu gudang itu adalah saya datang jam 5 pagi dan bukan satu kali, tapi sebulan bisa lebih dari 1 kali datang ke rumah itu. Entahalah, sering sekali di hari Senin saya kebingungan mencari entah itu topi merah putih, dasi atau kaos kaki putih. Padahal, saya mera