Langsung ke konten utama

9. Kebahagiaan Versi SIapa ?


Ketika anak-anak mejuarai kompetisi atau lomba-lomba, guru dan orang tua bangga. Bangga memiliki anak dan murid seperti itu. Dan kita menganggap bahwa kebahagiaan mereka adalah dengan cara memenangkan lomba-lomba dan kompetisi. Kita buat spanduk besar untuk menyambut kemenangannya di pintu gerbang sekolah, di brosur-brosur sekolah yang dibuat, kita masukkan kemenangan itu sebagai kemenangan sekolah, bahkan hingga di koranpun kita berani membayar halaman untuk mengumumkan ini ke media. Setiap orang yang kita kenal, di manapun bertemu akan kita sampaikan berita kemenangan itu.
Namun, Kita sebagai orang dewasa kadang terlalu memaksakan pa atng menjadi kehendak kita pada anak-anak. Kita kadang lupa bahwa mereka adalah anak-anak dan belum pernah melewati masa dewasa, tapi kita adalah orang dewasa yang sudah pernah mengalami masa seperti masa mereka sekarang. Kita lupa. Kita menganggap apa yang kita pikirkan dapat dipahami oleh mereka. Kita memaksa mereka untuk memahami mereka, padahal seharusnya kitalah yang memahami mereka.
Yang anak-anak butuhkan sebenarnya adalah kesempatan untuk bereksplorasi dan bermain bebas tanpa ada tekanan dari orang dewasa di sekitarnya. Bermain bebas di sini maknanya bukan bermain software game tapi bermain bebas di alam sepeti memancing, bermain kelereng, bermain layang-layang, menjelajah, memanjat. Mereka ingin mengekplorasi dan bermain tanpa ada banyak intervensi dan dari orang dewasa. Bahagiakanlah mereka dengan bermain bersama dan tidak telalu banyak membuat aturan-aturan yang mengekang kreatifitas mereka dalam mengeksplor lingkungannya.
Pertanyaannya sekarang. Lebih sering mana, sekolah membahagiakan mereka dengan bermain bebas dan eksplorasi lingkungan atau sekolah sibuk membahagiakan diri sendiri dengan sering menginkutkan anak-anak mengikurti lomba-lomba dan kompetisi?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t...

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t...

106. Design Thinking/Design Sprint for Education

Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Sering kita mendengar kata-kata magic ini. Perubahan adalah bagian dari kehidupan memang. Punahnya hewan yang ada di alam ini adalah karena hewan tersebut tidak bisa melakukan perubahan di kondisi yang ada. Dan memang itulah fitrah mereka. Sedangkan kita, manusia, adalah makhluk yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan. Manusia diberi akal untuk itu. Nah, tapi kita juga sering melihat perusahaan atau usaha akhirnya gagal beradaptasi dan akhirnya gagal pula melanjutkan kiprahnya.Namun, ada juga usaha yang sudah berusia ratusan tahun, tapi kita melihat masih eksis dan terlihat masih menggunakan model aslinya. Tapi benarkah tidak ada perubahan sama sekali sehingga usaha tersebut bisa bertahan ? Ternyata tidak juga, Mereka tetap melakukan inovasi, meski kadang inovasinya bukan di produknya, tapi bisa jadi di marketingnya, kemasannya, manajemennya dan hal-hal lainnya.  Saya ambil contoh Montessori, mereka menggunakan kurikulum...