Langsung ke konten utama

3. Ideologi Gado-gado




Setiap manusia punya tujuan hidup yang didasari dari idealisme dan ideologi yang dibawanya. Orang-orang komunis punya cara untuk menerapkan visi hidupnya, begitu juga orang kapitalis ataupun masyarakat yang beridielogi agama. Semua punya cara dan tujuan yang berbeda. Adalah hal yang wajar masing-masing mempertahankan ideologinya dan menganggap bahwa ideologinya yang paling baik untuk kesejahteraan manusia.
Di sini saya ingin menyampaikan apa yang saya lihat di beberapa sekolah berbasis agama di Jawa, Sumatera dan Kalimantan (atau mungkin daerah lain juga sama). Semangat beragama guru, yayasan dan pemangku kepentingan lain di sekolah tersebut luar biasa. Ingin menjadikan anak taat, hafal doa-doa harian dan lain sebagainya. Semuanya punya visi yang jauh ke depan. Tapi implementasi di lapangan bicara hal yang berbeda. Coba lihat, sekolah yang dibangun dengan ideologi akhirat ini ternyata di lapangan berkompromi dengan ideologi komunis dan kapitalis. Hah? Benarkah?. Coba perhatikan, sekarang sekolah-sekolah banyak yang menggunakan seragam dengan alasan agar anak gak ada yang iri, sama rata sama rasa, kebersamaan, disiplin tingkat tinggi karena kalo gak berseragam bisa ditegur oleh guru; bukankah ini mirip-mirip masyarakat yang menganut ideologi komunis? Islam tidak mengajarkan ini, di Islam tidak ada penyeragaman. Silahkan yang mampu menggunakan baju, kendaraan dan rumah yang mahal asal sesuai dengan kemampuannya. Seharusnya anak dikenalkan perbedaan sejak dini, ini akan membuat anak lebih sehat dalam mengahadapi kenyataan.
Nah, anehnya lagi. Ketika bicara tentang pengadaan seragam, kaos kaki murid, buku paket dan asesoris-asesoris lainnya, sekolah mirip kapitalis. Semua yang bisa dieksploitasi murid akan dimanfaatkan. Murid sudah menjadi objek dari pasar yang bernama sekolah. Bagi murid gak ada pilihan selain menerima itu semua. Belum lagi uang gedung yang mahal hanya untuk membangun gedung-gedung mewah dengan alasan ini yang diinginkan pasar. Tolak ukurnya bukanlah apakah sekolah sudah menjalankan pengasuhan seperti yang dijalankan Rasul atau tidak tapi tolak ukurnya adalah berapa banyak murid yang ada, setinggi apa bangunanya. Ukurannnya fisik sekarang. Tidak jauh dengan apa yang diabawa oleh kapitalis. Semua dilihat dengan fisik. Seragam, buku paket, kelas mewah, Erkon, lcd proyektor.
Jadilah sekarang sekolah seperti penampungan ideologi. Islam, komunis dan kapitalis menjadi satu. Menjadi kapitalis dan komunis atas nama tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t