Langsung ke konten utama

27. Konsistensi di Keluarga Besar


Konsisten di depan Nenek & Kakek

@rizqitajuddin & fridaayu
LEMBAGA PENGASUHAN SAHABAT TSAURA

Di Indonesia keluarga besar adalah bagian dari kehidupan kita. Ayah dan ibu kita atau bahkan paman dan bibi kita ikut terlibat dalam hal-hal yang sifatnya harusnya diselesaikan di keluarga inti.
Tentang pengasuhan, kadang keluarga besar juga ikut terlibat dalam pengasuhan. Segan dan rasa gak enak kadang membuat kita tak bisa berbuat apa-apa pada pengasuhan anak kita.
Baik, saya akan cerita sedikit tentang 2 orang ayah.

Ayah & Bunda pertama :
Ayah ini Jumat-Ahad masih sering berkunjung ke keluarga besarnya. Beliau punya aturan, anak-anaknya boleh makan permen/coklat hanya ketika hari Ahad saja. Dia bangun kesadaran anaknya di rumah intinya. Dialog bersama anaknya bahwa aturan itu adalah aturan bersama. Ketika datang ke rumah kelg besar, sang anak kadang diberi oleh kelg yang lain permen atau bahkan melihat sepupu2nya makan permen/coklat selain hari Ahad. Ini godaan berat bagi anak. Maka ayah perlu penguatan dgn dialog apakah mkn permen/coklat di hari lain sesuai dgn aturan di rumah atau tidak. Apresiasi berupa kata2 dan ekspresi wajah ckp membuat penguatan pd diri anak. Bgmn dgn kelg besar ? Insya allah jika kita konsisten mrk akan memahami aturan kelg inti kita, juga kita masih bs berbuat baik di hal lain yang akan membuat kelg besar menghormati pilihan kita

Ayah & Bunda kedua :
Ayah membeli tv baru karena kakek n nenek akan berkunjung selama 1 bulan ke rumah kelg inti. Ayah n bunda sudah membuat kesepakatan dgn anak bhw menionoton hanya 1-2 jam saja sehari. Suatu hari, sang anak menonton lbh dari 2 jam. Bunda mengingatkan aturan ini. Anak menangis dan tantrum. Kakek yang melihat cucunya menangis mengatakan , “Biarin aja dulu, namanya juga tv baru. Jangan kaku dengan aturan.”. Tapi sang bunda konsisten dgn kesepakatan yang ada, hingga membuat sang kakek menganggap ayah n bunda yang kaku. Sulit diajak kompromi. Besoknya, sang anak menonton lagi dan setelah 1 jam, sang anak mengatakann , “Sudah cukup kan bunda, ini sudah 1 jam.” dan sang kakek kemudia berkata bahwa anak-anak sangat ngerti aturan. Iya, karena anak sudah merasakan konsistensi dan konsekuiensinya sehari sebelumnya.
Mengenai berbuat baik ? Kita masih bisa berbuat baik pada kakek nenek di hal lain, dan krn keyakinan itu sekarang kakek n nenek tersebut menganggap anak-anak dari ayah bunda ini sangat mengerti aturan dan tidak merepotkan

Sekedar Berbagi
Selamat Siang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t