Januari 2005
Versi saya
Tok tok tok ..
Seseorang mengetuk pintu rumah saya di Jalan Pandean Bangil - jawa Timur.
Rumah ini adalah rumah keluarge besar saya. Sejak kecil hinggal SMA saya tinggal di sini.
Saya buka pintu dan di depan saya ada seorang perempuan dengan tubuh mungil, berkaca mata besar dan berjilbab besar. Kaca matanya terlalu besar untuk wajah seukuran itu.
"Ya, cari siapa ?" tanya saya dengan suara berat dan besar
"Ada kak lala ? Katanta ada rapat untuk baksos" jawab perempuan itu.
Oh ternyata ibu-ibu itu mencari kakak saya. Shufaira Tajuddin, sering dipanggil Kak Lala.
"Di rumah belakang !" jawab saya sangar sambil menunjuk ke arah mana perempuan tersebut harus melangkah.
Coba bayangkan postur saya ketika itu. Tinggi 173 dengan berat sekitar 90 kg dan dengan brewok yang tumbuh hingga dada.
Semua orang yang belum kenal saya pasti akan takut atau minimal segan, ditambah lagi jarang sekali tersenyum pada seorang yang belum terlalu saya kenal.
Seperti ini foto saya waktu itu.
Versi perempuan itu
"Ancur banget orang ini, songong, gak sopan, serem.. Amit-amit dech kalau punya keluarga kayak gini, apalagi kalau punya suami seperti ini ."
Versi saya
Selang beberapa menit,ada telpon dari Kak Lala.
"Ki, ini yang mau taaruf sudah datang. Kamu ke rumah kak lala sekarang ya. "
Saya melangkah menuju rumah kak Lala sambil membawa biodata diri saya. Ya, hari ini kakak saya mengatakan akan mengenalkan seorang perempuan pada saya. Mungkin jika bisa akan menjadi istri saya nanti.
"Assalamualaikum " saya ucapkan salam di depan pintu rumah Kak Lala
"Waalaikum salam, masuk ki." jawab kakak saya di balik pintu
Di dalam sudah ada Kak amin (suami kak Lala) dan satu orang perempuan, eh perempuan yang tadi mengetok pintu rumah kami, di depan rumah kak Lala.
Oh ternyata perempuan ini yang akan dikenalkan ke saya oleh kakak saya, rasanya malu banget, lha wong tadi habis saya jawab dengan ketus nah sekarang kok malah dikenalkan.
Nah panjang lebar, kami hanya berkenalan sekitar 5 menit. Gak lama. Setelah pertemuan itu kami gak kontak-kontak lagi. Karena meski diberi biodata dan nomer telon saya gak akan melangkahi apa yang akan dilakukan oleh Kak Amin untuk langkah selanjutanya.
Pendek kata, kak Amin mengatakan bahwa beberapa hari lagi saya dan Kak Amin akan datang ke rumah perempuan itu. Bertemu dengan ayahnya.
Versi perempuan itu
"Ayah, ada yang mau kenalan." kata perempuan itu pada ayahnya selepas pulang dari Bangil.
Beberapa kali peremupan ini menolak pinangan laki-laki. Dan sekarang dia ingin ayahnya juga bersikap yang sama.
"Siapa yang mau kenalan ?" jawab ayahnya
""Namanya Rizqi, katanya anaknya Tajuddin ." kata perempuan itu kepada ayahnya. Tujuan awalnya adalah agar ayahnya juga menolak rencana pertemuan ini.
"Tajuddin yang di pandean ? Ya kenal ayah, bawa ke sini besok !" jawab ayahnya
Ohh... gubrak dot com dech. Bukannya menolak malah kenal, OMG.
Versi saya
Ya singkat cerita, akhirnya saya datang bersama dengan Kak Amin untuk berkenalan dengan ayah perempuan berkaca mata dan berjilbab lebar itu.
Dan tak berselang lama, sekitar 3 bulan, saya datang ke rumah perempuan itu, bukan untuk berkenalan tapi untuk melangsungakan pernikahan.
Bahkan karena hanya 1 kali bertemu dan hanya 5 menit bertemu, saya sudah lupa wajah istri saya itu. Saya hanya menerka-nerka yang mana istri saya, yang pasti hari ini harusnya dia memakai pakaian pengantin seperti pengantin-pengantin yang lain.
Tapi lha ya kok gak ada. Yang ada cuma perempuan berbaju putih sederhana, dan berkacamata mirip-mirip dengan perempuan yang saya temui 3 bulan lalu. Dan eh memang, itu istri saya.
Jangankan wajahnya, nomer hapenya pun saya tak punya, jadi selama 3 bulan gak ada kontak dengan calon istrinya sama sekali. Semua urusan rencana pernikaha dibantu oleh keluarga besar saya, karena saya masih tugas sebagai relawan di Aceh.
Bahkan berapa maharnya pun, calon istri saya baru tahu ketika akan akad nikah. Hingga di buku nikah, mahar ditulis sendiri oleh kami setelah pernikahan.
Pernah sich dikasi nomer HP, tapi ya kok ketika setelah prosesi pernikahan, saya baru tahu kalo nomer yang dikasi kakak saya itupun salah nomer, bukan nomer istri saya. Untungnya ya gak pernah kontak itu nomer, kalo enggak kan malunya luar biasa.
Ya perempuan yang sempat berguman dalam hatinya bahwa amit-amit dech nikah ama orang serem kayak ini, itu adalah Frida Ayu istri saya. Bunda dari 4 anak-anak saya.
Versi saya
Tok tok tok ..
Seseorang mengetuk pintu rumah saya di Jalan Pandean Bangil - jawa Timur.
Rumah ini adalah rumah keluarge besar saya. Sejak kecil hinggal SMA saya tinggal di sini.
Saya buka pintu dan di depan saya ada seorang perempuan dengan tubuh mungil, berkaca mata besar dan berjilbab besar. Kaca matanya terlalu besar untuk wajah seukuran itu.
"Ya, cari siapa ?" tanya saya dengan suara berat dan besar
"Ada kak lala ? Katanta ada rapat untuk baksos" jawab perempuan itu.
Oh ternyata ibu-ibu itu mencari kakak saya. Shufaira Tajuddin, sering dipanggil Kak Lala.
"Di rumah belakang !" jawab saya sangar sambil menunjuk ke arah mana perempuan tersebut harus melangkah.
Coba bayangkan postur saya ketika itu. Tinggi 173 dengan berat sekitar 90 kg dan dengan brewok yang tumbuh hingga dada.
Semua orang yang belum kenal saya pasti akan takut atau minimal segan, ditambah lagi jarang sekali tersenyum pada seorang yang belum terlalu saya kenal.
Seperti ini foto saya waktu itu.
Versi perempuan itu
"Ancur banget orang ini, songong, gak sopan, serem.. Amit-amit dech kalau punya keluarga kayak gini, apalagi kalau punya suami seperti ini ."
Versi saya
Selang beberapa menit,ada telpon dari Kak Lala.
"Ki, ini yang mau taaruf sudah datang. Kamu ke rumah kak lala sekarang ya. "
Saya melangkah menuju rumah kak Lala sambil membawa biodata diri saya. Ya, hari ini kakak saya mengatakan akan mengenalkan seorang perempuan pada saya. Mungkin jika bisa akan menjadi istri saya nanti.
"Assalamualaikum " saya ucapkan salam di depan pintu rumah Kak Lala
"Waalaikum salam, masuk ki." jawab kakak saya di balik pintu
Di dalam sudah ada Kak amin (suami kak Lala) dan satu orang perempuan, eh perempuan yang tadi mengetok pintu rumah kami, di depan rumah kak Lala.
Oh ternyata perempuan ini yang akan dikenalkan ke saya oleh kakak saya, rasanya malu banget, lha wong tadi habis saya jawab dengan ketus nah sekarang kok malah dikenalkan.
Nah panjang lebar, kami hanya berkenalan sekitar 5 menit. Gak lama. Setelah pertemuan itu kami gak kontak-kontak lagi. Karena meski diberi biodata dan nomer telon saya gak akan melangkahi apa yang akan dilakukan oleh Kak Amin untuk langkah selanjutanya.
Pendek kata, kak Amin mengatakan bahwa beberapa hari lagi saya dan Kak Amin akan datang ke rumah perempuan itu. Bertemu dengan ayahnya.
Versi perempuan itu
"Ayah, ada yang mau kenalan." kata perempuan itu pada ayahnya selepas pulang dari Bangil.
Beberapa kali peremupan ini menolak pinangan laki-laki. Dan sekarang dia ingin ayahnya juga bersikap yang sama.
"Siapa yang mau kenalan ?" jawab ayahnya
""Namanya Rizqi, katanya anaknya Tajuddin ." kata perempuan itu kepada ayahnya. Tujuan awalnya adalah agar ayahnya juga menolak rencana pertemuan ini.
"Tajuddin yang di pandean ? Ya kenal ayah, bawa ke sini besok !" jawab ayahnya
Ohh... gubrak dot com dech. Bukannya menolak malah kenal, OMG.
Versi saya
Ya singkat cerita, akhirnya saya datang bersama dengan Kak Amin untuk berkenalan dengan ayah perempuan berkaca mata dan berjilbab lebar itu.
Dan tak berselang lama, sekitar 3 bulan, saya datang ke rumah perempuan itu, bukan untuk berkenalan tapi untuk melangsungakan pernikahan.
Bahkan karena hanya 1 kali bertemu dan hanya 5 menit bertemu, saya sudah lupa wajah istri saya itu. Saya hanya menerka-nerka yang mana istri saya, yang pasti hari ini harusnya dia memakai pakaian pengantin seperti pengantin-pengantin yang lain.
Tapi lha ya kok gak ada. Yang ada cuma perempuan berbaju putih sederhana, dan berkacamata mirip-mirip dengan perempuan yang saya temui 3 bulan lalu. Dan eh memang, itu istri saya.
Jangankan wajahnya, nomer hapenya pun saya tak punya, jadi selama 3 bulan gak ada kontak dengan calon istrinya sama sekali. Semua urusan rencana pernikaha dibantu oleh keluarga besar saya, karena saya masih tugas sebagai relawan di Aceh.
Bahkan berapa maharnya pun, calon istri saya baru tahu ketika akan akad nikah. Hingga di buku nikah, mahar ditulis sendiri oleh kami setelah pernikahan.
Pernah sich dikasi nomer HP, tapi ya kok ketika setelah prosesi pernikahan, saya baru tahu kalo nomer yang dikasi kakak saya itupun salah nomer, bukan nomer istri saya. Untungnya ya gak pernah kontak itu nomer, kalo enggak kan malunya luar biasa.
Ya perempuan yang sempat berguman dalam hatinya bahwa amit-amit dech nikah ama orang serem kayak ini, itu adalah Frida Ayu istri saya. Bunda dari 4 anak-anak saya.
saya juga serem pak lihat photo yang sebelah kiri tapi sebenarnya beliau itu orangnya lucu, lucu banget.
BalasHapus