Langsung ke konten utama

36. TAK PERLU BURU-BURU


@rizqitajuddin
LEMBAGA PENGASUHAN SAHABAT TSAURA
16/05/2015
Prinsip memberikan pengetahuan pada anak, secara umum ada 2 hal yang penting.
Pertama adalah semua ada waktunya dan yang kedua adalah apa manfaatnya bagi anak.
Agar mudah, langsung saja saya ilustrasikan dengan sebuah contoh kongkret.
Kita sering menganggap, mumpung anak masih kecil & sedang masanya otak berkembang dgn luar biasa, maka kita masukkan segala macam informasi dgn harapan anak-anak menxernanya.
Karena pemahaman seperti itu, buru-buru kita ajarkan anak kita calistung pada usia balita. Dengan harapan sebelum 5-6 tahun mereka sudah mahir calistung.
Pertanyaannya adalah apakah sudah sesuai umurnya, atau juga apa manfaatnya anak usia 5-6 tahun punya kemampuan xalistung ?
Apa iya tidak ada hal lain yang lebih dibutuhkan anak pada usia itu.
Bagi anak usia di bawah 7 tahun, sepuluh adalah sesuatu yang dianggap banyak. Bagi anak-anak di usia ini, mereka lbh peduli pada benda yang jumlahnya 5, di atas itu mereka anggap banyak. Terus apa manfaatnya anak belajar hinga puluhan ? Toch bagi hidupnya, yang lbh penting adalah mengenal dgn sejalas jelasnya makna lima itu sendiri.
Anak usia 6 tahun ke bawah, masih membutuhkan banyak kosakata secara verbal. Penambahan kosakata secara verbal juga perlu karena anak perlu rekam artikulasi dari orang sekitarnya.
Anak usia di bawah ini masih memerlukan pengalaman hidup yang sangat kongkret dari lingkungan sekitarnya.
Apa manfaat membaca anak usia di bawah 6 tahun jika yqng dibutuhkan bukan itu ?
Mengapa tidak kita stimulasi saja dgn bercerita (penambahan kisakara scr verbal), motoriknya dgn berbagai macam kegiatan atau mengenal bentuk2 benda di sekitarnta (dasar membaca).
Begitu juga misalnya dgn bahasa asing
Apa iya, anak usia dini perlu bahasa asing ? Toh hidupnya di usia itu masih perlu banyak interaksu dgn bahasa ibunya. Karena iti yg jauh lbh perlu karena stimulasi bahasa ibu ini juga diperlukan ketika anak belajar bahasa lain ketika anak dewasa. Semua ada waktunya bagi anak kapan dia mempelajari ini dan itu.
Semua juga perlu kita ukur apa manfaatnya bagi anak mendapatkan pengetahuan itu di usiaya.
Jangan karena ego orang dewasa, anak kehilangan haknya mensapatkan stimulasi yg tepat pada usia perkwmbangannya..
Sekedar berbagi
‪#‎artikelrizqi‬

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t