Seorang ibu yang akan memasukkan anaknya
di Sahabat Alam menanyakan pada saya, apakah pembelajaran di kelas menggunakan
otak kanan atau otak kiri. Pertanyaan ini membuat saya agak sedikit kebingunan
maksud pertanyaan ini. Saya bertanya pada ibu tersebut untuk memastikan apa
maksud dari pertanyaannya. “Maksud ibu bagaimana, saya belum paham
dengan pertanyaan ibu.”
Kemudian ibu itu menjelaskan panjang
lebar tentang maksud pertanyaan itu. Jadi maksud ibu itu adalah, bahwa sekarang
ini sedang ramai-ramainya para pegiat pendidikan di Indonesia mengkritisi pola
pembelajaran di sekolah-sekolah yang dianggap terlalu memanfaatkan otak kiri,
banyak menghafal dan sedikit kreativitas.
Oh begitu maksud ibu itu
Ya memang sekarang di Indonesia sedang booming
tentang otak kanan ini. Sebelumnya lebih dahsyat tentang otak tengah.
Nah, bagi saya ini adalah golden
moment untuk menjelaskan konsep pendidikan di Sahabat Alam. Pertama, konsep pendidikan di Sahabat Alam sesuai prinsip Islam dalam mengasuh atau mendidik anak, yakni tawazun
atau seimbang. Dalam hal apapun. Baik prioritas fisik, ruh/jiwa atau bahkan masalah otak.
Seimbang bukan berarti harus sama.
Karena kebutuhannya haruslah disesuaikan dengan kebutuhan anak, dengan memperhatikan
tahapan-tahapan perkembangannya.
Prinsip berikutnya kebahagiaan. Bahagia
bukan dengan bersenang-senang saja atau tertawa-tawa ketika belajar. Banyak
yang salah memahami bahwa membuat anak bahagia di kelas adalah dengan cara
membuat mereka tertawa dengan ice breaking yang sering tidak kontekstual
dengan apa yang akan diajarkan. Anak akan bahagia ketika kebutuhannya terpenuhi. Apa saja kebutuhan anak itu ? Kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan rasa dihormati (saya akan membahas tentang kebutuhan ini di artikel yang lain).
Menjadikan pembelajaran yang tawazun dan berorientasi pada kebutuhan anak itu sama dengan menggunakan semua potensi otaknya. Karena kebutuhan anak meliputi semua aspek yang memerlukan semua potensi anak. Kebutuhan fisik misalnya seperti keseimbangan membutuhkan stimulasi otak belakangnya. Ketika bicara tentang aturan maka potensi otak kirinya yang perlu dikembangkan. Ketika bicara tentang rasa maka potensi otak kanannya yang akan diasah.
Tak ada yang lebih baik menggunakan otak mana yang lebih dominan. Karena masing-masing bagian otak mempunyai fungsi yang saling melengkapi. Ketika mengajar matematika, tak selamanya diperlukan otak kiri, karena bisa jadi perlu juga menggunakan potensi otak kananya ketika belajar matematika. Karena matematika tak hanya logika. Ketika membuat desain, seorang desainer juga tak melulu hanya menggunakan otak kanannya karena dalam desain juga ada hitung-hitungan dan aturan-aturan yang dijadikan sebagai acuan oleh desainer. Mereka memerlukan sinergi di semua bagian otaknya. Memang ada yang akan lebih dominan ketika akan mengerjakan sesuatu. Tapi tetap saja sinergi semua bagian otak itu diperlukan.
Allah SWT pasti punya maksud mengapa menjadikan otak beberapa bagian. Jadi tak perlu kita mengagungkan salah satu bagian otak dengan menganggap belajar dengan otak satu lebih baik dari bagian otak lainnya. Apalagi bagi anak usia dini. Semua bagian otaknya perlu stimulasi. Baik bagian otak kiri maupun kanan.
Dalam tahapan perkembangan anak, masing-masing usia punya kecenderungan bagian otak mana yang lebih dominan dibanding yang lain. Misalkan pada tahun pertama kehidupan, otak bagian kanan yang harusnya punya peranan lebih. Kemudian ketika usia 1-3 tahun otak kiri lebih punya peranan karena pada usia ini anak sudah mulai dikenalkan pada aturan-aturan sederhana yang bermanfaat bagi hidupnya. Maka, harusnya semua bagian itu distimulasi sesuai dengan kebutuhan anak. Menggunakan salah satu bagian dan menegasikan lainnya bukanlah langkah yang tepat baik dilihat dari sisi perkembangan anak maupun prinsip pendidikan Islam yang tawazun.
Komentar
Posting Komentar