Plek... terdengar suara khas di tengah kerumunan peserta workshop menulis pagi ini. Kemudian, tanpa dikomando, satu per satu peserta berdiri sambil mengibas-ngibaskan tangan ke celana dan baju. Berdiri bergiliran mirip suporter bola yang sedang membuat gelombang manusia, meski agak tak beraturan.
Beberapa terlihat merasa jijik atau bahkan ketakutan, sambil berdiri dan menghindar dari benda yang berbunyi plek tadi.
Bukan hanya ibu-ibu, bapak-bapak pun terlihat heboh. Entah jijik, atau memang takut dengan binatang ini. Tapi terlihat dari wajah mereka sebagian yang memerah dan terkejut.
"Aduh," kata seorang peserta yang tangannya terinjak oleh peserta lain yang menghindar dari kejaran makhluk kecil ini.
"Awas Pak, itu di celana Bapak," kata seorang peserta lainnya.
Brak... Brak.... terdengar suara kayu karena seorang bapak melompat-lompat di atas lantai kayu aula tempat workshop menulis.
"Wah, heboh juga ya," kata Qaris Tajuddin, pemateri workshop menulis pagi ini di Aula Sahabat Alam. Qaris adalah redaktur Tempo yang diminta mengisi workshop menulis dalam rangka Festival Literasi di Sahabat Alam.
"Cicak ini bisa jadi cerita di buku yang akan diterbitkan oleh Sekolah Sahabat Alam," lanjut Qaris.
Perlu sekitar 10 menit Qaris menunggu kehebohan karena jatuhnya seekor cicak berwarna gelap dan berbintik dari atap aula tempat workshop pagi ini, mereda.
Entah mengapa cicak itu berani menjatuhkan dirinya di keremunan orang yang sedang serius mendengar Qaris bicara. Padahal, cicak cukup takut dengan manusia, kadang hanya mendengar suara hentakan kaki manusia saja binatang ini sudah kabur menghindar. Oh, tak terbayangkan betapa depresinya cicak ini ketika jatuh tadi. Sudah jatuh dari ketinggian sekitar 3 meter, kemudian di tengah-tengah puluhan manusia pula. Panik, ketakutan, menangis juga mungkin yang dirasakan oleh cicak berwarna gelap dan berbintik ini.
Tapi, bisa jadi cicak ini juga terkejut karena dirinya membuat banyak orang kalang kabut dan ketakutan. Bisa jadi juga, cicak ini tersenyum lebar karena dirinya bisa membuat Qaris tersenyum dan menunda kegiatan workshop pagi ini.
Mana yang benar? Entahlah, karena cicak itu kemudian menghilang sebelum Tim Tempo melakukan investigasi perasaannya. Tapi yang pasti, cicak ini beruntung karena dia selamat karena tak ada manusia di aula itu yang memukulnya.
Komentar
Posting Komentar