Langsung ke konten utama

72. Toga di Sekolah. Esensi atau Asesoris ?



Arti kata, ejaan, dan contoh penggunaan kata "toga" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

to·ga n baju panjang (jubah) hitam, lengannya lebar sbg pakaian jabatan bagi guru besar, hakim, sarjana, dsb yg dipakainya pd saat tertentu

_______________

Mungkin , para penggiat sekolah menggunakan celah dan sebagainya itu untuk menggunakan toga di saat kelulusan murid-murid di sekolahnya.

Tapi saya tak tahu apa maksud penggunaan toga itu untuk kelulusan siswa sekolah.

Apakah ada makna filosofisnya atau hanya sekedar meniru apa yang dilakukan di kampus. Meski di banyak negara juga tak menggunakan toga di saat kelulusan mahasiswanya.

Lalu, apakah kelulusan menjadi tak bermakna tanpa penggunaan toga ini ? Saya yakin masih bisa dan banyak cara lain.

Jika saya ditanya, apa sekolah saya akan membuat seperti ini ? Saya akan jawab tidak. Mengapa ? Karena bagi saya, toga bukanlah sesuatu yang esensi, dia hanyalah sebuah asesoris, dan saya akan menghindari asesoris yang akan menambah ongkos pendidikan.

Berikutnya, toga bagi saya juga bukan untuk siswa sekolah, toga itu ya milik perguruan tinggi. Berbeda antara perguruan tinggi dan sekolah.

Alasan lainnya adalah, saya tak ingin membuat anak-anak meniru-niru atau didandani seperti orang dewasa, bukan seperti anak seusianya. Tidak natural dan cenderung dipaksakan.

Menjadi lebih aneh lagi ketika abak-anak itu maju ke depan yang di sana ada deretan guru berpakaian toga juga layaknya guru besar di perguruan tinggi, kemudian kepala sekolah berpakaian toga itu memindahkan tali topi toga dari sisi kiri ke kanan. Entah aturan dari mana dan ide pertama siapa hingga sekolah meniru-niru ini.

Sudah selayaknya, kita kembali menilik apa asholah (akarnya) pendidikan yang nantinya membuat kita lebih bicara pada esensi bukan pada asesoris.

Bangil, 3 Juni 2018

Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t