Langsung ke konten utama

78. Hukuman itu.....

Seorang ibu dari ujung Timur pulau Jawa bertanya ke saya melalui WA, " Maaf pak mau tanya.
Gmn cara ngasih masukan atau dialog sama guru anak saya (SD) ya.
Jd betapa khawatirnya anak saya jika telat ke sekolah padahal rumah kami lumayan jauh. Ternyata gurunya menyampaikan bahwa jika telat akan dihukum mencuci toilet atau menulis sehalaman buku dgn kalimat :saya tdk akan mengulangi .
Bukankah itu cara menghukum jaman saya sekolah.
Gimana ya saya diskusikan itu?"

Lalu, kurang lebih saya jawab seperti ini.
Ini menurut saya bu
- sekolah atau guru pasti punya pendapat dan keyakinan yang dianggap oleh mereka benar. Kita sebagai orang tua dianggap sudah mengetahui kebijakan-kebijakan sekolah. Memang agak sulit jika orang tua yang bicara. Guru atau sekolah yang masih punya pandangan seperti ini , bisa jadi karena pengetahuan tentang anaknya berbeda dengan kita. Mungkin bisa jadi, mereka mendapatkan pelatihan yang berbeda. Buat saya, sebagai orang tua saya akan melakukan hal-hal lain, bukan membicarakan ini dengan sekolah dahulu. Karena pasti akan membutuhkan waktu dan anak akan tetap merasa tertekan hingga aturan itu diubah. Maka, saya akan melakukan hali lain.
Hal2 lain apa yang bisa dilakukan :
1. Menyiapkan anak agar bisa berkompromi dengan aturan itu (meski aturannya gak masuk akal). Bgmn caranya ?
- ajak bicara perasaannya ttg aturan itu
- diskusi bgmn jika dihukum. Perasaannya bgmn ?
- bgmn dia bisa terhindar dari hukuman.
- bgmn dia bisa bicara dengan guru ttg alasan dia terlambat
Dll
2. Bapak/ibunya tidak menambah kecemasan dengan : meminta dia buru2, menakut2nakuti "ayo cepat, nanti dihukum lho" dll... Biarkan dia merasakan konsekuensi jika terlalu lambat di pagi hari.
3. Bapak/ibunya tetap memberi apresiasi dan suport ketika dia dihukum dan tidak membuatnya makin tertekan. Kata-kata seperti ini perlu dihindarkan, "tuh kan, kamu kena hukum karena telat."
Seharusnya kita menanyakan perasaannya tentang hukuman itu.
Banyak hal di dunia ini belum sempurna & belum ideal. Tugas kita adalah mendampingi anak-anak kita berhadapan dengan kondisi itu. Memang idealnya kita bisa merubah itu jika punya kemampuan, tapi jika tidak maka paling ringan adalah menyiapkan anak-anak kita.
Semua pilihan punya konsekuensi. Dan kita perlu menimbang mana konsekuensi yang pas menurut kita.
Baik menyampaikan ke sekolah tentang aturan itu, atau hanya cukup menyiapkan anak kita saja.
Bangil, 28 Juli 2018
Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t