Langsung ke konten utama

82. Sekolah Murah, Mungkinkah?

Sekolah Murah,  Mungkinkah?

Sebelum mengatakan murah dan mahal,  alangkah baiknya kita melihat komponen apa saja yang dikeluarkan dalam operasional sekolah.

Komponen terpenting adalah kesejahteraan guru berupa gaji,  THR dan tunjangan kesehatan serta tunjangan hari tua. 

*Kedua* adalah komponen operasional bulanan berupa listrik,  internet,  air,  dan biaya jasa bulanan lainnya.

*Ketiga* adalah komponen program sekolah yang bisa berupa program kegiatan siswa maupun kegiatan orang tua berupa parenting maupun family gathering.

*Keempat* adalah komponen biaya upgraiding guru atau SDM.  Yang bisa saja berupa pelatihan di luar sekolah atau in house training dengan mendatangkan pemateri dari luar.

*Kelima* adalah komponen fasilitas sekolah yang bisa berupa gedung dan perawatannya, buku perpustakaan, alat pembelajaran,  mebeler dan lain-lain yang biasanya ini masuk dalam pengeluaran tahunan.

Nah,  kira-kira kelima komponen inilah yang menjadi acuan pembiayaan di sebuah sekolah.

Untuk sekolah seperti sekolah kita yang satu kelas maksimal 20-25 siswa dengan 2 orang guru,  tentu ini akan menjadi sekolah yang padat karya.  Perlu tenaga yang rasionya 1:5 hingga 1:7 antara karyawan dan murid.  Artinya,  jika UMP di daerah tersebut 3 juta,  dan biaya SPP 70% untuk kesejahteraan guru n karyawan dan 30% untu operasional,  maka SPP yang realistis adalah antara 1 - 1,5 juta per bulan. Mahal?  Tentu jika dibandingkan sekolah-sekolah lain yang bisa per kelaa 30-35 siswa dengan 1 orang guru. Ini baru biaya SPP.

Lalu,  ada komponen biaya yang biasa dibayarkan di awal masuk.  Uang gedung atau apalah namanya. Bagi saya,  membuat kelas perlu kokoh dan long life dan sedikit perawatan agar bisa menekan biaya di kemudian hari, tapi akan mahal di awal pendirian.  Mahal?  Perlu dihitung memang.  Namun,  kita bisa menghindari operasional yang mahal dengan bahan yg simple,  sederhana,  sedikit listrik dan sedikit oerawatan. Sayangnya,  banyak dari kita sibuk pada asesoris hingga kadang biaya untuk aksesoris itu hampir sama dengan biaya esensi sebuah sekolah.

Nah,  bisakah sekolah murah?  Relatif.  Bisa jika kita mampu mencari income di luar biaya murid. Misal investasi,  usaha dan lain-lain. Yang benar serius dikelola.  Jangan sampai kita membuat sekolah murah dan kita jumawa dengan itu,  tapi dampaknya pada kesejahteraan guru. 

Ada 2 lembaga oendidikan besar di dunia ini yang bisa dipelajari bagaimana mereka mengelola dana waqaf/dana abadinya. Yakni Al-azhar Cairo yang bisa menggrratiskan seluruh biaya pendidikan dan Harvard di Amerika yang bisa menekan biaya pendidikan hingga 30%-50%.

Apalagi?  Berikutnya adalah kita benar-benar mengurangi aksesoris dalam pengeluaran sekolah.  Keindahan itu penting,  tapi ketika biaya keindahan itu hampir sama dengan kekuatan maka sebenarnya kita telah mengeluarkan biaya yang tidak diperlukan.

Nah,  jadi menurut saya akan menjadi sebuah utopi jika kita ingin sekolah murah tapi belum memikirkan 2 hal yang saya bahas di akhir tulisan ini.  Pengelolaan dana abadi dan mengurangi biaya untuk aksesoris.


Masjid Ash-shobirin Surabaya,  1 Juni 2019

Rizqi Tajuddin
#BabahAca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t...

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t...

106. Design Thinking/Design Sprint for Education

Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Sering kita mendengar kata-kata magic ini. Perubahan adalah bagian dari kehidupan memang. Punahnya hewan yang ada di alam ini adalah karena hewan tersebut tidak bisa melakukan perubahan di kondisi yang ada. Dan memang itulah fitrah mereka. Sedangkan kita, manusia, adalah makhluk yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan. Manusia diberi akal untuk itu. Nah, tapi kita juga sering melihat perusahaan atau usaha akhirnya gagal beradaptasi dan akhirnya gagal pula melanjutkan kiprahnya.Namun, ada juga usaha yang sudah berusia ratusan tahun, tapi kita melihat masih eksis dan terlihat masih menggunakan model aslinya. Tapi benarkah tidak ada perubahan sama sekali sehingga usaha tersebut bisa bertahan ? Ternyata tidak juga, Mereka tetap melakukan inovasi, meski kadang inovasinya bukan di produknya, tapi bisa jadi di marketingnya, kemasannya, manajemennya dan hal-hal lainnya.  Saya ambil contoh Montessori, mereka menggunakan kurikulum...