Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain.
Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang tua maupun gurunya sendiri.
Bagi anak, perilaku adalah cerminan dari perilaku orang dewasa sekitarnya. Ayah, bunda dan guru yang baik akan dicerminkan oleh anak melalui perilakunya.
Bagi saya, menempatkan siswa sebagai pengawas disiplin bagi siswa lainnya agak kurang tepat. Ini diibaratkan menjadikan anak menjadi mata-mata bagi siswa yang lain. Banyak hal yang akan menjadi bias di lapangan. Anak belumlah memiliki flesibilitas berpikir seperti orang dewasa. Jika anak melihat anak-anak bercakap-cakap ketika shalat, mereka gak paham mengapa temannya berbuat seperti itu, atau juga teman yang bercakap-cakap juga gak paham mengapa dirinya sulit mengendalikan diri untuk tidak bercakap-cakap ketika shalat. Anak yang menjadi tim penegak disiplin hanya melihat hitam putih saja. Anak bicara tanpa tahu sebabnya. Anak terlambat tanpa tahu sebabnya.
Jika itu konteksnya untuk pembelajaran siswa menjadi pemimpin, maka kita perlu tahu bahwa sifat pemimpin yang paling utama adalah kebijaksanaannya dalam memaafkan kesalahan bawahannya, bukan seseorang yang mencari-cari kesalahan bawahannya. Kalaupun anak-anak itu melakukan kesalahan, harusnya ada mekanisme pembelaan dari apa yang diperbuatnya. Gak bisa dengan kaca mata kuda melihatnya, kesalahan anak tidak hitam putih, pun orang dewasa. Seseorang yang mencuri bisa saja lolos dari hukuman jika alasannya untuk bertahan hidup kan ?
Disiplin anak ditumbuhkan dengan memberi rasa kepercayaan pada dirinya, karena hal itu akan menumbuhkan harga dirinya. Anak-anak yang tumbuh dengan kepercayaan dari orang dewasa di sekitarnya akan tumbuh menjadi anak yang memiliki harga diri yang baik. Sebaliknya, anak yang tumbuh dengan rasa curiga dan ketidakpercayaan akan rusak pula harga dirinya.
Sekedar berbagi
Rizqi Tajuddin
Palangka Raya. 17 September 2014
setuju
BalasHapus