Ketika mengupload
(nanti dicari padanan katanya) ke Fb gambar ini ada yang berkomentar
mendukung ada juga yang tidak sepakat. Biasa memang, dalam setiap
wacana ada yang setuju dan tidak. Di sini saya akan berusaha
mendudukkan gambar ini secara proporsional agar penjelasan lebih
mengkristal lagi. Berbahaggia berbeda dengan besenang-senang.
Berbahagia maknanya jauh lebih hakiki dibandingkan dengan
bersenang-senang. Bisa jadi orang yang bahagia, dalam hidupnya tidak
bersenang-senang dan begitu sebaliknya orang yang bersenang-senang
belum tentu bahagia hidupnya.
Mengapa saya
menuliskan bahwa tujuan sekolah adalah kebahagiaan? Ya karena
sesungguhnya tujuan manusia adalah kebahagiaan, dunia dan akhirat.
Artinya dalam setiap aktivitas kita seharusnya juga bersandar pada
hal itu. Mengapa kita shalat, mengapa kita bekerja, mengapa kita
berkeluarga? Tentunya karena kita ingin bahagia. Sekolah adalah
bagian dari kehidupan kita, maka seyogyanya bertujuan juga untuk
kebagaian, bukan yang lain.
Bahagia adalah
sesuatu yang relatif. Tidak ada ukuran yang pasti. Tapi biasanya
bahagia dapat dilihat dari perilaku seseorang. Orang-orang yang
bahagia cenderung untuk tenang, emosinya terkontrol, memaknai
pemebrian dengan positif, tidak banyak mengeluh dan mudah tersenyum.
Bahagia tidak bisa
diukur dengan harta dan materi. Bahagia adanya pada perilaku dan
sikap dalam memaknai hidup, bukan pada ukuran fisik, titel, jabatan,
dan gelar akademis.
Nah, kita lihat
sekarang tujuan-tujuan sekolah pada umumnya. Sebagian besar memiliki
asumsi bahwa anak perlu pintar agar bisa meneruskan ke pendidikan
yang lebih tinggi, dan dengan pendidikan yang tinggi nanti akan mudah
mendapat kerja, maka bahagialah nanti hidupnya. Sebagian besar, jika
tidak mau dibilang semua sekolah. Artinya secara langsung, sekolah
menganggap kebahagian berasal dari apa yang didapat oleh manusia.
Artinya jika manusia tidak pintar maka sulit untuk meneruskan ke
pendidikan selajutnya, dan akan sulit nantinya mendapatkan pekerjaan
dan penghasilan yang layak untuk hidupnya.
Maka sekarang
sekolah-sekolah berlomba membuat anak didiknya menjadi anak-anak yang
pintar. Dibuatlah kurikulum untuk membuat mereka pintar tujuannya,
tanpa memikirkan apakah anak-anak ini bahagia dengan cara yang
seperti sekarang ini. Driling soal, pembeljaran yang hanya minds on
tanpa adanya hands on, pembelajaran berpusat pada guru, pemebelajaran
yang tidak mempertimbangkan tahapan perkembangan masing-masing anak,
dan berwacana prestasi akademik. Apakah salah mempunyai anak yang
pintar? Tidak salah. Tapi yang membuat kurang tepat adalah menjadikan
kepintaran sebagai barometer keberhasilan.
Ketika tujuan
sekolah adalah kebahagiaan, maka yang dipikirkan guru dan sekolah
pertama ketika memberikan materi adalah apakah anak akan bahagia
dengan apa yang kita berikann. Jangan artikan bahwa anak akan
seenaknya dan yang penting bahagia, gak perlu belajar gak perlu
bekerja keras, jangan artikan ke sana. Anak akan bahagia jika telah
anak menyelesaikan masalahny tanpa banyak bantuan dari orang dewasa,
bukan karena karena membebaskan sama sekali dari tanggung jawabnya.
Jangan artikan pula nantinya anak tidak perlu belajar sama sekali,
karena dianggap tidak belajar akan membuat anak bahagia, jangan
artikan ke sana.
Jika tujuan sekolah
adalah kebagahiaan, maka guru akan membuat tantangan yang sesuai
dengan perkembangan anak, tidak membebani anak dengan tuntutan
akademis yang tinggi dan juga tidak meletakkan citra sekolah pada
pundak anak dengan mengeksplotasi dengan lomba-lomba dan
kompetisi-kompetisi. Sekolah juga tidak akan menforsir siswa untuk
menjadi pintar secara akademis seperti sekarang, karena memang tidak
semua manusia diciptakan dengan tingkat kepintaran yang sama, ada
banyak anak ditakdirkan dengan keterbatasan. Jika tujuan sekolah
adalah kepintaran maka anak-anak ini tidak akan bahagia. Tapi jika
tujuan adalah kebahagiaan, maka anak akan dihargai apapun hasilnya
oleh orang dewasa di sekitarnya. Anak-anak yang dihargai seperti ini
akan merasa dirinya berbahagia dan berharga.
Kebahagiaan adalah
hal yang lebih penting dari kepintaran. Karena bahagia itu dibutuhkan
oleh semua orang. Banyk orang yang pintar tapi tidak bahagia, tapi
orang-orang yang sejak kecil dibiasakan untuk berbahagia, dia akan
menikmati hidupnya meski tidak lebih pintar dari orang lain.
Ungkapan "Saya
bahagia dengan hidup saya" adalah sebuah ungkapan kesederhanaan.
Tapi mengatakan, "Saya memang orang yang pandai" adalah
ungkapan kesombongan. Bahagia adalah klaim pribadi, tapi kalo pandai
adalah penilaian orang lain. Jadi, jadikanlah anak-anak kita
anak-anak yang bahagia karena dari kebahagiaan itu akan muncul
berbagai macam potensi dirinya. Sesungguhnya yang benar datangnya
hanya dari Allah.
Komentar
Posting Komentar