Langsung ke konten utama

22. Semua Bahagia di Festival Anak 2015 (cerita pertama)

Ketika sedang membereskan stan pasca festival, seseorang mendekati saya.
"Maaf pak, bisa ganggu waktunya?" tanya orang tersebut.
"Boleh. Maaf bapak siapa ?" jawab saya.
"Saya dari Kalteng Pos pak."
"oh ya pak silahkan."
"Apa pendapat bapak tentang acara Festival anak 2015 ini ?" pertanyaan pertama dari wartawan tersebut.
"Saya rasa, Festival ini acara terbaik untuk anak-anak yang ada di Kalimantan Tengah. Coba bapak lihat, wajah anak ceria dan tersenyum. Tidak ada lomba-lomba yang membuat anak tertekan, semua anak boleh mencoba semua permaianan yang ada di sini. Inting (engklek), gasing, lompat tali, terompah,  menyusun karton bekas, mencoret dan berbagai macam kegiatan lain, bla bla bla .... " lanjut saya

Saya sedang tidak membual atau lip service saja, tapi ini memang harus saya akui bahwa acara Festival Anak yang digagas Bu Selvie adalah acara terbaik yang ada di Kalimantan Tengah. Tak ada anak menangis karena kalah dari perlombaan, tak ada ada yang memasang wajah sedih karena ditekan oleh guru dan ayah bundanya untuk mewarnai atau mencoret dengan baik dan benar, tak ada wajah murung anak karena karena merasa dirinya lebih baik tapi kalah dalam pertandingan. Tak ada itu semua. Semua bergembira. Semua merasakan bahwa dirinya berharga karena boleh mencoba semua wahana yang ada. Jika dapat digambarkan, acara ini mirip dengan Dunia Fantasi, namun jika di Dufan permainannya modern, di sini semua permainan tradisional dan kreatifitas. Di pojok sana gasing, di tengah inting, di sebelah sana lagi enggrang, ada juga pojok untuk terompah berjamaah.
Sekitar bulan Desember, Bu Selvie sebagai penggagas acaara ini datang ke Sahabat Alam, mengajak kami ikut berpartisipasi. Awalnya saya tidak langsung mengiyakan karena Desember- Januari acara di sekolah sangat padat. Mulai dari Penerimaan Murid Baru hingga Berkemah.
Bu Selvie datang menjelaskan bahwa acara ini dilaksanakan bersama dengan komunitas Earth Hour Palangka Raya kalau tidak salah. Teringat saya 2 tahun lalu kedatangan panitia Peringatan Earth Hour dari WWF Kalimantan Tengah. Rencana 2 tahun lalu yang akan memakai Lokasi Sahabat Alam sebagai lokasi peringatan. Tapi saya menolak, karena konsep acara yang saya tidak sepakat. Ada lomba-lomba dan kompetisi-kompetisi. Bahka lomba mewarnaipun dilakukan. Ini yang kami tidak sepakat. Dan karena panitia tidak mau mengubah konsep acara, mereka tidak jadi bekerja sama dengan kami. Hal ini saya jelaskan ke Bu Selvie. Bahwa jika konsep acara sama dengan konsep acara kegiatan-kegiatan lain yang ada lomba-lomba, Sahabat Alam tidak dapat berkontribusi dan turut serta meramaikan.
Luar biasa, ternyata Bu Selvie membawa ide yang sama dengan Sahabat Alam. Semua anak berbahagia konsepnya. Tak ada lomba-lomba yang membuat anak tertekan. Tak ada kompetisi yang membuat ayah bunda terlalu banyak turut campur. Tak ada saling mengalahkan. Yang ada hanya sinergi, dan bermain bersama. Sebuah konsep yang Sahabat Alam banget. Kita banget. Keren.
Dan ketika hari H, saya melihat konsep itu benar-benar berjalan dengan baik. Meski menurut pengakuan bu Selvie, ada juga orang-orang yang bertanya kenapa gak ada lombanya.
Lomba itu akan menyisakan tangisan di akhir bagi yang kalah. Kesal karena merasa dicurangi (meski tidak ada yang curang). Juga anak-anak yang tertekan karena keinginan orang dewasa yang ingin melihat anak-anaknya membawa piala ke rumah.
Luar biasa kerja relawan dan panitia, rapi dan bekerja dengan gigih. Pemerintah perlu belajar dari mereka bagaimana mengelola Festival yang ramah anak dan bagiaman mengelola kepanitian yang efektif tanpa banyak hal-hal yang tak penting yang dikerjakan.
Di akhir wawancara, wartawan tersebut bertanya, "Apakah Pak Rizqi akan melaksanakan kegiatan yang seperti ini juga ?"
Saya jawab, "Jika dalam skala  sekolah kami sudah terbiasa dengan hal ini, namun jika dalam skala yang sebesar ini, kami cukup sebagai suporter dan penggembira saja. Karena bagi kami, ketika ada orang lain yang sudah mempunyai visi yang sama dengan kami, maka kami tidak akan sibuk mengerjakan itu, kita hanya mensuport dan turut serta saja. Kita hanya akan mengerjakan apa yang belum dikerjakan, jadi banyak anak yang akan mendapatkan kebahagiaan."
Salut pada panitia Festival Anak 2015 Kalimantan Tengah. Semoga Festival adalah festival pertama, kami menunggu festival berikutnya di tahun 2016 Insya Allah.
Hmm dan satu lagi, Festival tanpa lomba ini telah mematahkan asumsi bahwa kegiatan anak tanpa lomba itu garing, Festival Anak membuktikan sebaliknya. Salut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t