Langsung ke konten utama

43. Qassam, prekoks 2015 (bingung kasi judulnya)

"Untuk apa lagi aku ke dokter ? Dokter apa bunda ?" 
Pertanyaan dari Qassam ini muncul ketika kami sampaikan bahwa pekan depan Qassam akan kami bawa ke dokter bedah saraf anak di Graha Amerta RS Dr Soetomo Surabaya. Ya, Qassam akan kami konsulkan ke dokter bedah saraf atas saran dokter anak endokrin di Soetomo. Sejak 2010 Qassam kami mulai tahu bahwa ada yang berbeda dari pertumbuhan Qassam. Qassam menderita kelaianan hormonal yang disebut prekoks pubertas, atau disebut juga pubertas dini karena adanya "sesuatu" di otaknya. Agustus 2015 Qassam sudah 6 kali menjalankan pemeriksaan dengan MRI. Dan karena hasil MRI terakhir ini, dokter anak memutuskan agar kami konsul ke dokter bedah saraf. Di MRI terakhir ini, semakin jelas adanya pembesaran di sekitar kelenjar hipofisenya (kelenjar yang mengontrol hormon pertumbuhan). Dan menurut beliau, perlu adanya tindakan dari dokter bedah saraf. 
Setelah janji melalui whatsapp, kami bertemu dengan dokter bedah saraf di Graha Amerta. Kami bawa juga Qassam. Kami tak ingin menutup-nutupi apa yang diderita dirinya. Karena menutupinyapun tak akan membawa perubahan menurut kami. Qassama akan semakin bertanya-tanya mengapa harus MRI 6 bulan sekali, mengapa harus disuntik hormon 3 bulan sekali dan mengapa harus rontgen untuk mengetahui umur tulangnya setiap 1 tahun sekali. Dia harus tahu apa yang terjadi pada dirinya.
Nama Qassam dipanggil dan kami masuk ke dalam ruang periksa. Dingin dan harum dalam ruangan itu. Ada meja kecil ukuran anak TK dan ada meja dokter dengan 2 kursi untuk pasien dan keluarganya di seberang meja. Kami bertiga. Qassam duduk 2 meter di samping kami, duduk di kursi TK berwarna hijau. 
Dengan sangat sopan dan lembut, dokter itu bertanya "Apa yang bisa saya bantu ?"
"Ini dokter, kami diminta bertemu dokter, oleh dr FY (dokter anak). Konsul mengenai hasil MRI anak kami dok." Bunda Qassam mengawali pembicaraan.
"Baik ibu. Ada hasil MRI nya ?
Kami berikan beberapa hasil MRI. Beliau mengambil 2 yang terakhir dan kemudian membacanya sambil mengangguk-angguk.
"Baik ibu, bapak. Boleh saya bertanya ?" 
"Silahkan dokter " jawab saya
"Apakah selama ini ada gangguan psikologis dari ananda ? Misal minder karena tubuhnya lebih besar dibanding usianya. Atau malu berteman. Atau ada hambatan akademis misalnya ?" tanya dokter itu
"Sejauh ini nggak ada dok. Dia banyak teman, dia mudah bergaul dan untuk akademis, seprtinya tak ada masalah yang berarti."
"Bagaimana dengan penglihatannya ? Apakah ada gangguan ? Atau dampak lain selain hormonalnya ?" 
"Sejauh ini nggak ada dok" jawab kami lagi.
"Baik ibu/bapak. Jadi begini .... bla bla bla.." dokterpun menjelaskan keuntungan dan resiko jika dilakukan operasi pada bagian otak Qassam. Panjang beliau menjelaskan. Bahkan hingga membuat ilustrasi di kertas tentang resiko-resikonya. Cukup jelas bagi saya yang awam memahami apa yang dijelaskan oleh sang dokter. 
Intinya, Qassam tidak akan dioperasi karena resikonya jauh lebih besar daripada keuntungan yang didapat. Apalagi Qassam juga tak mengalami hambatan di psiologis, fisik maupun kognitifnya.
Sepanjang kami diskusi dengan dokter, sesekali mata saya melihat apa yang dikerjakan Qassam. Matanya menari-nari melihat seluruh isi ruangan. Tangannya kadang mengetuk-ngetuk meja, menjadikan meja bak ketipung. Dan kadang juga matanya menatap kosong. Saya yakin apa yang kami bicarakan tak akan dipahami anak yang usianya hampir 9 tahun ini. Terlalu rumit bagi dia mengerti apa yang disampaikan dokter ini. 
Sesampai di rumah, kami goda dia dengan mengatakan bahwa dokter minta dia dioperasi.
Terkecengang kami dengan jawaban Qassam.
"Ayah bunda jangan bohong. Dokternya tadi bilang kalau aku gak perlu dioperasi."
"Loh kenapa ?" tanya kami
"pertama, aku masih bisa punya teman. Terus bahaya operasi itu bisa bikin aku kencing 6-10 L sehari seumur hidupku. Dokternya juga bilang, kalo ada gangguan di mataku (penglihatan) baru disuruh datang lagi dan mungkin nanti operasi. Nah, sekarang aku masih baik-baik aja. Dokternya cuma minta foto otak (MRI) 1 tahun sekali kan untuk lihat "sesuatu" di otakku itu membesar apa enggak. Betul kan aku ?" Qassam menjelaskan begitu lancar apa yang disampaikan dokter bedah saraf dengan bahasa yang dipahaminya
"Bagaimana kamu tahu itu ?" tanya kami dengan takjub
"Ya tahulah. Mataku emang muter-muter tapi aku dengerin dokternya ngomong apa. Aku tahu semua/" jawabnya.
 Beruntung kami memiliki anak seperti ini. Bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan, mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Memang selama ini kami juga mengajaknya diskusi tentang kelainan hormonal yang ada dala dirinya. Mengapa dirinya selalu menjalani MRI 1 tahun sekali atau mengapa disuntik hormon untuk menghambat laju pertumbuhannya. Tak ada yang kami simpan. Tentu dengan bahasa yang dimengerti dan mudah dipahami. Kami sesuaikan dengan usianya tentunya. 
Mungkin bagi orang tua lain, ada yang merasa harus menutupinya dan mengatakan tidak ada apa-apa dalam diri anaknya. Tapi kami memilih untuk terbuka padanya. Tidak menjadikan kelaianan itu sebagai penderitaan tapi kami anggap sebagai anugrah dia untuk mendapat pahala karena kesababarannya. Tak pernah kami menangis di depannya karena masalah ini. Kami tak ingin dia cengeng dengan ujian yang dihadapinya. 
Dan alhamdulillah sejauh ini, dia tampak bahagia dan ceria dalam hidupnya. Mungkin nervosu atau takut ketika akan MRI, itu masih dalam batas kewajaran. Dan biasanya dia akan mengungkapkan kecemasannya ketika akan MRI.
Ini adalah pilihan. Dan kami memilih cara ini. Menghadapi tantangan dan ujian dari Tuhan bersama. Bukan menghindar atau marah dengan apa yang terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t