Langsung ke konten utama

60. Ayo Jadi Indonesia sesungguhnya


Sulit mengatakan bahwa keturunan China itu minoritas.
Karena jumlahnya hampir sama dengan suku Banjar, jauh lebih tinggi dibanding suku-suku terluar di Indonesia bahkan lebih tinggi dari keturunan India.
Keturunan C
Ayo Jadi Indonesia sesungguhnya
Sulit mengatakan bahwa keturunan China itu minoritas.
Karena jumlahnya hampir sama dengan suku Banjar, jauh lebih tinggi dibanding suku-suku terluar di Indonesia bahkan lebih tinggi dari keturunan India.
Keturunan China juga menguasai ekonomi Indonesia.
Yang perlu kita bantu itu suku-suku yang benar-benar minoritas . Baik dari jumlah, penguasaan ekonomi, kesempatan pendidikan yang baik, dan kesejahteraan.
Jika merasa dibuat tidak adil karena sering diteriakin "cina loe", yakinlah bukan hanya kalian yang dibegitukan.
Suku-suku lain juga sering menjadi korban rasis seperti itu. Bahkan suku Jawa yang mayoritas.
Saya pernah nonton Arema vs Persib di Bandung tahun 97, teriakan "Jawa Jawa Jawa!" Itu menggema di stadion Bandung setiap pemain Arema memegang bola.
Begitu juga sebaliknya.
Teriakan "Dasar Batak loe" juga pernah saya dengar ketika kuliah di Depok.
Begitu juga ketika saya SMA, turun dari stasiun Gambir, dimaki sopir taksi dengan kata "Arab pelit loe" karena saya menolak tawaran mereka, padahal saya bukan keturunan Arab mungkin wajah saja yang mirip.
Begitu juga cerita dari seorang teman yang bekerja di sebuah hotel besar di Prigen, gajinya lebih kecil dari bawahannya hanya karena bawahannya sesuku dengan pemilik hotel. Tanpa saya beritahupun, kita juga tahu keturunan apa pemilik hotel itu. Begitu juga sikapnya pada pegawai "pribumi" yang cenderung merendahkan. Ini fakta bukan dongeng.
Jadi begini saudara, semua kita ini pernah merasakan dibedakan. Pernah jadi korban, pernah pula mungkin jadi pelaku rasis, minimal membiarkan hal itu terjadi di perusahaan kita atau lingkungan kita.
Mungkin perlu sejak sekarang STOP playing Victim bahwa Suku kita adalah korban rasis paling menderita sedunia. Sikap itu tak membangun Indonesia, karena sikap seperti ini seakan-akan menunjuk bahwa suku lain adalah pelaku rasis yang ganas.
Yakinlah bahwa Indonesia itu dibangun dengan kelapangan hati, kebesaran jiwa, saling memahami, saling memaafkan dan kontribusi kita pada negeri ini.
Jadikan Indonesia sebagai ayah kandung kita, bukan ayah angkat kita. Meskipun saya masih suka nonton film Amir Khan dan makan roti prata dan kari kambing, di dada saya tetap akan ada merah putih dan Indonesia tetap ayah kandung saya, toh saya juga makan pecel dan nonton Laskar Pelangi. Dan saya takkan lari ke Singapura ketika negeri ini bergejolak.

Tumapel pagi, Bangil-Sidoarjo 22 April 2017
#BabahAca
hina juga menguasai ekonomi Indonesia.
Yang perlu kita bantu itu suku-suku yang benar-benar minoritas . Baik dari jumlah, penguasaan ekonomi, kesempatan pendidikan yang baik, dan kesejahteraan.
Jika merasa dibuat tidak adil karena sering diteriakin "cina loe", yakinlah bukan hanya kalian yang dibegitukan.
Suku-suku lain juga sering menjadi korban rasis seperti itu. Bahkan suku Jawa yang mayoritas.
Saya pernah nonton Arema vs Persib di Bandung tahun 97, teriakan "Jawa Jawa Jawa!" Itu menggema di stadion Bandung setiap pemain Arema memegang bola.
Begitu juga sebaliknya.
Teriakan "Dasar Batak loe" juga pernah saya dengar ketika kuliah di Depok.
Begitu juga ketika saya SMA, turun dari stasiun Gambir, dimaki sopir taksi dengan kata "Arab pelit loe" karena saya menolak tawaran mereka, padahal saya bukan keturunan Arab mungkin wajah saja yang mirip.
Begitu juga cerita dari seorang teman yang bekerja di sebuah hotel besar di Prigen, gajinya lebih kecil dari bawahannya hanya karena bawahannya sesuku dengan pemilik hotel. Tanpa saya beritahupun, kita juga tahu keturunan apa pemilik hotel itu. Begitu juga sikapnya pada pegawai "pribumi" yang cenderung merendahkan. Ini fakta bukan dongeng.
Jadi begini saudara, semua kita ini pernah merasakan dibedakan. Pernah jadi korban, pernah pula mungkin jadi pelaku rasis, minimal membiarkan hal itu terjadi di perusahaan kita atau lingkungan kita.
Mungkin perlu sejak sekarang STOP playing Victim bahwa Suku kita adalah korban rasis paling menderita sedunia. Sikap itu tak membangun Indonesia, karena sikap seperti ini seakan-akan menunjuk bahwa suku lain adalah pelaku rasis yang ganas.
Yakinlah bahwa Indonesia itu dibangun dengan kelapangan hati, kebesaran jiwa, saling memahami, saling memaafkan dan kontribusi kita pada negeri ini.
Jadikan Indonesia sebagai ayah kandung kita, bukan ayah angkat kita. Meskipun saya masih suka nonton film Amir Khan dan makan roti prata dan kari kambing, di dada saya tetap akan ada merah putih dan Indonesia tetap ayah kandung saya, toh saya juga makan pecel dan nonton Laskar Pelangi. Dan saya takkan lari ke Singapura ketika negeri ini bergejolak.

Tumapel pagi, Bangil-Sidoarjo 22 April 2017
#BabahAca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t