Langsung ke konten utama

76. Belajar dari Kesalahan (Bagaimana Qassam n Qawwam berperan sebagai ayah)



Salah satu hak anak yang juga kebutuhan pokoknya adalah kebutuhan akan pembelajaran. Salah satu yang dianggap memenuhi kebutuhan pembelajaran adalah diberinya kesempatan oleh orang tuanya untuk melakukan kesalahan. Karena dari kesalahan itu anak akan belajar. Anak akan mencoba lagi agar dirinya merasa berhasil. Prestasi adalah ketika akhirnya ada progres positif dari kesalahan yang dibuatnya.
Lihat saja bagaimana anak belajar berjalan. Entah berapa puluh kali mencoba dan terjatuh. Dan kita sabar menunggu dan memberi apresiasi dan motivasi pada mereka.
Yang dibutuhkan anak yang melakukan kesalahan atau kegagalan bukanlah kritikan, bukan juga omelan apalagi hukuman.
Anak butuh respon positif dari orang tuanya. Respon positif itu bisa berupa memberi rasa aman bahwa gagal atau salah itu biasa. Bukan berarti kemudian kesalahan itu dibiarkan, anak tetap akan bertanggung jawab pada kesalahan yang dibuatnya. Misal seperti kasus yang terjadi pada Gaza tadi malam.
Tadi malam selepas isya, Gaza mencoba ambil air dari galon yg sudah dipasang kaki dan kran di ujung mulut galon.
Sengaja kami membeli alat ini, karena selama ini Gaza kesulitan mengambil air sendiri. Meski dia punya autonomi (insiatif untuk meminta tolong), tapi akhirnya membuatnya tergantung pada orang di sekitarnya untuk mengambil air minum.
----
Bunda: Ga, gelasnya tempelin ke mulutnya corong biar ga tumpah
Gaza: nggak usah, taruh dilantai juga bisa. Kan airnya kebawah juga Bun.
Bunda: sini Bunda contohin
Qosam: jangan bun, gak usah. Kasi kesempatan dia salah. Nanti kan belajar akibatnya
Bunda: iya tp ntar ngepel
Qowam: gpp Bun, kami yg ngepel
Kran galon pun dipencet, air keluar melengkung agak jauh dari gelas yg diletakkan gaza persis dibawah corong
Gaza: ouw, tumpah ya. Harusnya diletakkan lebih jauh disini ya Bun.
Bunda: iya, atau?
Qosam : diletakkan pas dicorongnya
Gaza: ok siap
Qowam: ayo kita pel Ga
------
Di kejadian ini, banyak hal yang bisa dipelajari.
Pertama. Bahwa abang2 Gaza, Qassam (12 thn) dan Qawwam (10 thn) memberi kesempatan pada Gaza untuk berbuat salah. Mereka tahu bahwa salah itu adalah proses belajar.
Kedua. Abang-abang Gaza memberikan dukungan dengan cara meyakinkan kami sebagai orang tuanya bahwa mereka akan membantu Gaza mengepel lantai yang basah jika Gaza gagal.
Ketiga. Abang-abang Gaza konsisten dengan menagih agar Gaza tetap mengepel dan membantu Gaza mengepel akibat dari gagalnya Gaza di percobaan pertama.
Keempat. Gaza akan belajar bagaimana meletakkan gelas agar air tidak tumpah.
Kelima. Sikap positif abang-abang Gaza ini bukan tiba-tiba. Tapi proses dari pengasuhan yang lama dan patut. Dan dahsyatnya adalah mereka mengambil sisi positif pola asuh kami, karena tidak jarang kami menghalangi mereka melakukan kegiatan karena takut mereka melakukan kesalahan dan merepotkan kami. Fitrah anak-anak sesungguhnya lebih bersih
Mereka tahu mana yang benar yang harus dilakukan.
19 Juli 2018
Rizqi Tajuddin
#BabahAca
--
Ditulis di
Camp Timor - Pertambangan Arutmin Satui Kalimantan Selatan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15. Tentang Tim Penagak Disiplin Sekolah

Di beberapa sekolah ada Tim yang bertugas untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Biasanya, tim ini dipilih oleh guru dari beberapa siswa yang memiliki kriteria tertentu. Bisa karena perilakunya yang baik, menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan lain sebagainya. Tugas dari tim ini bermacam-macam, masing-masing sekolah memiliki perbedaan. Ada yang bertugas mencatat kesalahan yang dilakukan siswa, menegur siswa yang masbuk dalam shalat, yang bermain-main dalam shalat,ada juga yang hanya tugasnya memotivasi anak lain atau menjadi model bagi anak lain. Disiplin bagi anak bukanlah perkara membalik telapak tangan. Displin bagi anak adalah proses jangka panjang yang dipengaruhi banyak faktor. Rumah, sekolah, lingkungan, teman dan banyak hal lain yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Kalau sekarang, mungkin TV, gadget dan game perlu dimasukkan dalam hal yang mempengaruhi anak.Bahkan, benda-benda itu kadang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku anak dibandingkan orang t

97. Saatnya Kita Berbenah

Mengapa Masih Terjadi Kekerasan dalam Sekolah Saya menulis ini bukan ingin menunjuk dan menyalahkan pihak-pihak yang berada sebagai stake holder. Tapi ini murni agar kita bisa refleksi dan memperbaiki ini semua. Saya melihat, ada 4 hal yang harusnya menjadi perhatian. Pertama, msalah pola asuh Bahwa tak bisa dipungkiri, bahwa sudah sangat banyak yang penelitian yang menyimpulkan bahwa pola asuh sangat berhubungan dengan perilaku manusia. Anak yang diasuh dengan pengasuhan yang patut akan tumbuh dengan jiwa yang lebih sehat, sebaliknya dengan anak yamg diasuh dengan keras dan pengabaian memyebabkan anak lebih rapuh. Bisa cenderung pasif, bisa pula sangat agresif. Dan sayangnya, masalah utama ini belum menjadi perhatian serius kita. Hampir tak ada kurikulum kita yang menyiapkan anak untuk menjadi orang tua. Begitu juga di sekolah, tak banyak sekolah yang mengadakan parenting secara rutin. Kedua, masalah pengetahuan guru tentang ilmu anak, jiwa dan keguruan. Masih ada guru-gu

16. Rapor Deskripsi

Rapor deskripsi sebenarnya sudah mulai sejak 2006. Sejak diperlakukan kurikulum 2006 seharusnya rapor sudah dalam bentuk deskripsi. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan rapor deskripsi sejak tahun 2006. Banyak hal mengapa belum diterapkan. Salah satunya adalah kesulitan dalam membuatnya. Perlu energi ekstra dan pelatihan dan evaluasi yang terus menerus. Proses edit dari kepala sekolah atau wakil sekolah dalam hal tata bahasa dan kepatutan juga menjadi hal yang penting. Saya ingin berbagi mengenai rapor deskripsi yang telah kami lakukan di Sahabat Alam. Rapor deskripsi ini kami bikin sejak awal sekolah ini berdiri tahun 2010. Dan terus mengalami perbaikan setiap semester. Di tulisan ini saya akan berbagi sedikit tentang apa yang dilakukan di Sahabat ALam Palangka Raya. Tentu masih banyak juga kekurangan yang kami lakukan. Silahkan beri masukan tulisan ini. Selamat menikmati 1. Rapor harusnya menggambarkan secara gamblang bagaimana kondisi capaian anak. Jadi ketika orang t