Rizqi Tajuddin:
Tahun 2013 saya pernah berkunjung ke sebuah sekolah di bilangan Jakarta Selatan. Waktu itu, saya melihat hal unik di kelas. Seorang ibu sedang mengajar dan di lantai juga ada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Spontan saya bertanya pada pemilik sekolah, "anak siapa itu Bu ?"
"Oh, itu anak ibu guru yang sedang mengajar itu pak," jawab pemilik sekolah.
Sekolah ini bukan sekolah murah. Tahun 2013 SPP nya sudah hampir 1,5 juta per bulan. Pasti anak-anak orang berada di situ. Itu yang menggelitik saya untuk bertanya lagi, "Apa orang tua gak komplain Bu ? Apa nanti dianggap gak profesional?" Cecar saya.
"Alhamdulillah tidak pak. Kalopun ada yang bertanya, kami jawab bahwa bukankah ini bonus dari kami pak" jawab beliau lagi.
"Bonus Bu?" Tanya saya sambil menarik alis mata saya ke atas. Bingung dengan jawaban ini.
"Iya pak bonus. Ortu bayar SPP itu agar anaknya belajar matematika, bahasa, dll. Mereka membayar bukan untuk anaknya belajar mengasuh anak. Dan kami beri bonus itu. Anak2 tahu bgmn caranya mengasuh, mengganti popok juga menggendong."
Wow, luar biasa batin saya.
"Saya juga akan persilahkan orang tua untuk cari sekolah lain jika tak sepakat dengan apa yang kami lakukan." Lanjut ibu berjilbab itu.
"Yang kami service itu guru pak bukan wali murid. Guru yang diservice baik, akan bahagia. Maka dia akan mengajar dengan bahagia. Dampaknya ke anak pak. Anak yang bahagia kan akan cerita ke ortunya pak. Jadi meski ortu gak sependapat dengan sekolah, tapi anak merasa bahagia, mereka tentu akan berpikir berulang kali untuk memindahkan anaknya."
Sebuah filosofi yang luar biasa yang saya dapat dari sekolah kecil ini. Teguh pada pendirian.
Beda cerita lagi saya dengar dari selatan Jawa timur, sebuah sekolah besar dengan SPP yang kurang lebih sama dengan sekolah di atas, seorang guru perempuan perlu izin 3 lapis hanya sekedar untuk memberi ASI anaknya yang dititipkan di lembaga pengasuhan yang ada di luar sekolah.
Jika anda pemilik sekolah, model sekolah mana yang akan Anda pilih ?
Jika Anda seorang guru, sekolah yang mana yang Anda harapkan ?
Semua ada pilihan dan semua ada konsekuensinya.
Bangil, 31 Juli 2018.
.Rizqi Tajuddin
#babahAca
Tahun 2013 saya pernah berkunjung ke sebuah sekolah di bilangan Jakarta Selatan. Waktu itu, saya melihat hal unik di kelas. Seorang ibu sedang mengajar dan di lantai juga ada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Spontan saya bertanya pada pemilik sekolah, "anak siapa itu Bu ?"
"Oh, itu anak ibu guru yang sedang mengajar itu pak," jawab pemilik sekolah.
Sekolah ini bukan sekolah murah. Tahun 2013 SPP nya sudah hampir 1,5 juta per bulan. Pasti anak-anak orang berada di situ. Itu yang menggelitik saya untuk bertanya lagi, "Apa orang tua gak komplain Bu ? Apa nanti dianggap gak profesional?" Cecar saya.
"Alhamdulillah tidak pak. Kalopun ada yang bertanya, kami jawab bahwa bukankah ini bonus dari kami pak" jawab beliau lagi.
"Bonus Bu?" Tanya saya sambil menarik alis mata saya ke atas. Bingung dengan jawaban ini.
"Iya pak bonus. Ortu bayar SPP itu agar anaknya belajar matematika, bahasa, dll. Mereka membayar bukan untuk anaknya belajar mengasuh anak. Dan kami beri bonus itu. Anak2 tahu bgmn caranya mengasuh, mengganti popok juga menggendong."
Wow, luar biasa batin saya.
"Saya juga akan persilahkan orang tua untuk cari sekolah lain jika tak sepakat dengan apa yang kami lakukan." Lanjut ibu berjilbab itu.
"Yang kami service itu guru pak bukan wali murid. Guru yang diservice baik, akan bahagia. Maka dia akan mengajar dengan bahagia. Dampaknya ke anak pak. Anak yang bahagia kan akan cerita ke ortunya pak. Jadi meski ortu gak sependapat dengan sekolah, tapi anak merasa bahagia, mereka tentu akan berpikir berulang kali untuk memindahkan anaknya."
Sebuah filosofi yang luar biasa yang saya dapat dari sekolah kecil ini. Teguh pada pendirian.
Beda cerita lagi saya dengar dari selatan Jawa timur, sebuah sekolah besar dengan SPP yang kurang lebih sama dengan sekolah di atas, seorang guru perempuan perlu izin 3 lapis hanya sekedar untuk memberi ASI anaknya yang dititipkan di lembaga pengasuhan yang ada di luar sekolah.
Jika anda pemilik sekolah, model sekolah mana yang akan Anda pilih ?
Jika Anda seorang guru, sekolah yang mana yang Anda harapkan ?
Semua ada pilihan dan semua ada konsekuensinya.
Bangil, 31 Juli 2018.
.Rizqi Tajuddin
#babahAca
Komentar
Posting Komentar